Musuh Tapi Menikah.

Mobil Devano terus melaju membelah padatnya jalanan ibu kota. Inayah yang masih teringat akan pengakuan Devano beberapa saat lalu sesekali terlihat melirik pada pria itu. "Semalam kami melakukannya lebih dari dua kali, dan mas Deva nggak pake pengaman???." batin Inayah, masih setia melirik ke arah Devano yang nampak fokus menatap garis putih jalanan. "Bisa-bisa gue beneran hamil nih kalo kayak gini." sambungnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal sama sekali.

Beberapa saat kemudian Inayah justru nampak mengulum senyum. "Serasa mimpi, gue menikah dan melewati malam pertama bersama pria yang dulunya menjadi musuh bebuyutan gue." batin Inayah seakan tak percaya jika musuh bebuyutannya itu telah menjadi suaminya, bahkan mungkin sebentar lagi akan menjadi ayah dari anak-anaknya.

Kini Inayah kembali fokus menatap lurus ke depan. "Loh, ini kan bukan jalan ke rumah mama, mas."

"Memangnya siapa yang bilang kita bakal pulang ke rumah???." bukannya menjawab, Devano justru balik bertanya hingga membuat Inayah mendengus dibuatnya.

"Terus kita mau kemana???."

"Hotel..." jawab Devano dengan entengnya.

"Memangnya mau ngapain lagi di hotel, Kenapa nggak langsung pulang aja sih, mas??." cicit Inayah, merasa tak enak belum kembali ke rumah mertuanya sejak semalam.

"Lagian apa kata mama kamu nanti, mas. Bisa-bisa aku di cap sebagai menantu durhaka lagi. mana semalam kita nggak pamit buat nginep lagi." semakin tak enak hati saja Inayah terhadap kedua orang tua Devano.

"Nggak masalah, mama dan papa pasti ngerti kalau anak sama menantunya lagi berusaha membuatkan cucu untuk mereka." ujar Devano melirik ke arah Inayah sambil mengulum senyum penuh arti.

Devano terus melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sebelum kembali ke hotel Devano memutuskan untuk mampir dulu ke sebuah restoran ketika mendengar suara aneh yang berasal dari perut istrinya.

"Kenapa nggak bilang kalau kamu lapar, Hem." ujar Devano sambil mengelus puncak kepala Inayah.

"Kamu aja yang nggak peka jadi suami. Seharusnya tanpa di bilang pun kamu tuh udah tahu kalau aku sudah kelaparan. Mana semalam kerjanya lembur lagi." cetus Inayah.

"Iya, maaf." Sahut Devano dengan nada yang terdengar begitu tulus dan lembut.

Mobil Devano memasuki kawasan restoran. Devano turun dari mobil, kemudian beranjak membukakan pintu mobil untuk Inayah. Tidak ingin membuang waktu, apalagi saat ini perutnya pun sudah sangat ingin di isi, Devano lantas mengandeng tangan Inayah memasuki pintu masuk utama resto. Meja paling sudut menjadi pilihan Inayah.

Devano melambaikan tangan ke arah pelayan resto.

"Selamat pagi Tuan... Selamat pagi nyonya.... selamat datang di restoran kami." ujar pelayan resto dengan senyum ramahnya. Pelayan resto lantas menyampaikan kepada Devano dan Inayah beberapa menu spesial di restoran mereka.

"Mau pilih yang mana tuan... Nyonya...?????." sambung pelayan resto setelah menyampaikan beberapa jenis menu spesial kepada keduanya.

"Kami pesan semua menu spesial yang ada di restoran ini!!!." ujar Devano ketika melihat istrinya masih bingung menentukan pilihannya.

"Baik tuan." setelahnya pelayan resto pamit untuk menyiapkan menu pesanan Devano.

"Semuanya????." ulang Inayah. "Apa nggak kebanyakan, mas???." sambung Inayah.

"Daripada kamu bingung menentukan pilihan, Ya lebih baik pesan semuanya, Nay.." jawab Devano dengan entengnya.

"emmmmm.... ternyata enak juga ya jadi bininya orang kaya, di saat bingung menentukan pilihan tinggal pesan saja semuanya." kata Inayah sambil nyengir kuda. "Jadi kalau aku pengen jet pribadi, boleh???." sambung Inayah bergurau.

"Nggak gitu juga konsepnya, Nay...lagian kerjaan suami kamu ini hanya seorang dokter, bukannya beternak tuyul." sahut Devano ikut berkelakar.

"Haaaahaaahaaaa..." Inayah tergelak mendengar jawaban Devano. "Iya juga ya..." sambung Inayah di sisa gelak tawanya.

Tak lama kemudian pelayan resto kembali untuk menghidangkan pesanan mereka. "Selamat menikmati tuan.... nyonya... semoga puas dengan hidangan serta pelayanan dari restoran kami!!!."

"Terima kasih." Inayah tersenyum ramah, Sementara Devano hanya meresponnya dengan anggukan sekilas.tak sabar ingin segera kembali ke hotel, Devano lantas meminta Inayah untuk segera menyantap makanannya.

Kurang lebih empat puluh menit kemudian keduanya pun telah selesai makan. menyantap makanan berat dipagi hari seperti saat ini tentu saja bukanlah kebiasaan Devano, yang sudah terbiasa menerapkan pola hidup sehat. Namun apa daya, kegiatan mereka semalam sepertinya banyak menguras tenaga hingga membuat pria tampan tersebut pada akhirnya sarapan pagi dengan makanan berat untuk mengembalikan tenaga dan staminanya.

"Putri Inayah..." seruan seseorang berhasil mengalihkan perhatian Inayah dan juga Devano ke sumber suara.

Sorot mata Devano berubah tajam bak elang yang hendak menerkam mangsanya ketika melihat keberadaan Pandu. tidak berbeda jauh dengan sang suami, Inayah pun menunjukkan sikap tak sukanya melihat keberadaan Pandu.

Puas memandang wajah gadis yang sejak semalam membuatnya terus kepikiran, Pandu pun mengalihkan pandangannya ke arah Devano. kedua pria tersebut saling melempar pandangan satu sama lain, tentunya pandangan tak bersahabat.

Pandu kembali mengalihkan pandangannya pada Inayah. "Kalau cuma buat bayarin Lo makan di restoran mewah seperti ini gue juga mampu kali Nay..." Pandu sengaja menyindir Devano. "Atau jangan-jangan dia memaksa Lo buat nemenin dia di sini???." tudingan Pandu sepertinya sudah membuat Devano benar-benar kehabisan kesabaran. Tanpa banyak basa-basi, Devano melayangkan bogem mentah ke wajah Pandu hingga membuat tubuh pria itu terhuyung beberapa langkah ke belakang.

"Jaga ucapan Lo!!! Gue bukan laki-laki bang_sat kayak Lo, yang rela menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan." ketus Devano. sebenarnya kemarahan Devano terhadap pria bernama Pandu tersebut bukan hanya di sebabkan oleh kalimat pandu barusan tetapi karena apa yang telah dilakukan pandu semalam terhadap Inayah, sehingga membuat Devano melayangkan bogem mentah ke wajah Pandu.

Tak terima dengan perlakuan Devano terhadapnya, Pandu lantas membalas pukulan Devano. Namun sayangnya pukulan pandu hanya mengenai udara sebab Devano dengan cepat menepisnya. sama-sama tersulut emosi, akhirnya perkelahian diantara kedua pria tampan tersebut tak lagi dapat dihindarkan. kini mereka pun menjadi pusat perhatian dari para pengunjung resto yang lainnya. Devano yang telah mempelajari ilmu bela diri sejak usia tujuh tahun tersebut mampu membuat Pandu kewalahan menghadapinya.

"Stop it!!!!." dengan tubuh gemetar ketakutan, Inayah memberanikan diri berteriak dan pada akhirnya tindakan Inayah tersebut berhasil melerai perkelahian di antara Devano dan pandu, dan di saat yang bersamaan pihak keamanan resto tiba.

Entah sadar atau tidak, Inayah sontak menyentuh wajah suaminya, memastikan apakah Devano terluka atau tidak. Setelah memastikan keadaan suaminya baik-baik saja, Inayah lantas mengalihkan pandangan ke arah berdirinya pria bernama Pandu tersebut.

"Gue salah apa sih ke Elo sampai Lo tiba-tiba datang dan mengusir ketenangan hidup gue???." kesal Inayah.

"Lo emang nggak salah, Nay, tapi perasaan gue ke Elo juga nggak salah. Gue suka sama Lo, Nay..." pandu yang tidak tahu menahu tentang pernikahan Devano dan Inayah, lantas mengutarakan isi hatinya tanpa peduli dengan keberadaan Devano.

Jantung Devano seperti ingin meledak mendengar pengakuan Pandu. Jika ingin menuruti keinginan hatinya, ingin sekali rasanya Devano kembali menghajar pria tidak tahu malu itu hingga bertemu dengan sang pencipta. namun semua itu urung di lakukan Devano ketika menyadari keberadaan pihak keamanan resto.

Devano mencoba lebih tenang. "Apa di dunia ini sudah kehabisan stok wanita sehingga Lo harus suka sama wanita yang sudah bersuami???." sindiran pedas di lontarkan Devano kepada Pandu. usai mengucapkan kalimat tersebut Devano mengandeng tangan Inayah. "Ayo sayang!!!." ujarnya.

Tanpa di sadari oleh Inayah, pandu serta Devano, ada seseorang yang sejak tadi juga ikut menyaksikan kejadian tersebut. setelah kepergian Devano dan Inayah, gadis itu pun nampak menghampiri Pandu.