"Cih! Aku tak kan pernah mau menikah dengan lelaki yang sudah tua. Apalagi umurnya hampir sebaya dengan bapak ku."
Batin Nisha seakan tak terima saat mata liar Ridwan memandang kemolekan tubuh nya dengan penuh nafsu.
Nisha terpaksa melayani nafsu bejat pria setengah baya itu untuk membayar hutang ibu nya.
Semua tragedi hidup Nisha, berawal dari hasrat Ridwan yang ingin memperistrinya.
Pria itu cemburu buta saat Nisha tampak berduaan dengan kekasihnya Farel. Ridwan pun menuntut Nisha untuk membayar semua hutang budi yang pernah ia berikan pada Nisha dan keluarganya dengan cara ia harus menyerahkan tubuhnya pada Ridwan.
Nisha pun hamil di luar nikah dan terpaksa menikah dengan Ridwan. Lelaki tua yang tak di cintainya.
Bagaimana nasib Nisha selanjutnya ?
Jangan lupa kepoin ceritanya y 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TINGGAL BERSAMA PRIA KAYA
Satu jam kemudian, Nisha yang berdandan ala kadar nya dengan make up sederhana dan mengenakan gaun pendek selutut berwarna hitam motif bunga-bunga mawar di bagian bawah serta sepatu balet berwarna putih dengan hiasan pita kecil tampak berjalan pelan keluar dari kamar yang ia tempati itu.
Mata nya tampak takjub memandang ke sekeliling rumah yang tampak luas dan mewah dengan aneka perabot mahal yang modern. Hati nya berdecak kagum. Rumah itu sangat bagus, jauh lebih bagus dari rumah Ridwan yang ia tempati dulu.
Tak ia sangka, pria tampan penyelamat hidup nya adalah orang kaya raya. Mimpi apa ia semalam?Nisha mencubit tangan nya keras.
Ssh...!
Nisha mendesis sakit. Ia tidak mimpi, ini nyata.
"Hei!"
Nisha segera sadar saat pria tampan itu terlihat berdiri di depan pintu masuk seraya melambaikan tangan nya ke arah Nisha.
Dengan cepat Nisha pun bergegas keluar rumah di ikuti pria itu yang buru-buru mengunci pintu rumah nya dan mengajak Nisha masuk ke dalam mobil sedan hitam yang terlihat masih baru dan mengkilat. Nisha yakin, mobil itu harga nya jauh lebih mahal di bandingkan mobil yang dulu sering di pakai Ridwan suami nya.
Mendadak ia ingat, mobil mahal itu pasti gores-gores karna kejadian semalam. Ia pun memperhatikan mobil itu dengan seksama. Ada bekas goresan bagian kiri depan. Biaya perawatan mobil itu pasti mahal. Ia pun menarik nafas berat, rasa bersalah menghantui nya.
Selama di perjalanan menuju super market. Nisha tampak terpukau dengan fasilitas mobil yang di lengkapi berbagai alat modern yang tak ia ketahui fungsi nya. Wajah nya yang lugu dan sikap nya yang polos terlihat jelas saat menaiki mobil itu.
Pria tampan yang sedari tadi duduk di samping nya terlihat senyum-senyum sendiri memperhatikan kelakuan Nisha yang bisa di katakan udik dan kampungan.
"Oh ya, aku lupa menanyakan nama mu. Nama ku Vicky, kalau kamu nama nya siapa?" Pria tampan yang ternyata bernama Vicky itu sekilas melirik ke arah Nisha dengan senyuman manis yang selalu menghias bibir tipis nya.
"Nisha, nama ku Nisha!" sahut Nisha dengan sikap yang masih kaku dan canggung.
Rasa penasaran nya sedikit berkurang setelah mengetahui nama orang yang telah menyelamatkan hidup nya itu.
"Ngomong-ngomong kalau aku boleh tahu, sebenar nya tadi malam kamu hendak pergi kemana membawa koper malam-malam begitu?" tanya Vicky.
Pertanyaan Vicky sontak membuat Nisha terdiam.
Wajah nya tampak kembali murung dan sedih membuat Vicky yang tengah mengemudi jadi merasa tak enak hati.
Ia tampak menggigit ujung jari nya sambil sesekali melirik Nisha diam-diam dengan ujung mata nya.
"Sebenarnya, aku tak tahu harus kemana. Aku di usir ibu ku dari rumah." jawab Nisha sedih.
Sekian lama menunggu, akhir nya Nisha buka mulut.
Vicky pun tampak terdiam menyimak cerita sedih Nisha yang di usir ibu kandung nya dan kebingungan karna tak punya saudara atau pun kerabat yang bisa ia tumpangi.
"Emang kamu salah apa sampai di usir ibu mu?" Ia jadi penasaran.
Nisha menarik nafas berat. Ia tak mungkin menceritakan masalah pribadi nya pada Vicky yang baru ia kenal.
"Ini masalah pribadi, aku tak bisa menceritakan nya pada mu." ujar Nisha dengan nada sedih.
Vicky maklum dengan alasan Nisha.
Hati pria itu pun ikut sedih saat Nisha bercerita tentang Bapak dan ibu tiri nya yang tak mau memberi tumpangan untuk ia menginap selama satu malam.
Perasaan nya makin iba dan kasihan melihat nasib Nisha yang mengaku setiap hari hanya bekerja sebagai pedagang sayur mayur keliling desa.
Selama ia hidup di kota besar, baru kali ini ia bertemu pedagang sayur yang cantik jelita. Tak sadar, senyuman tipis mengembang di bibir nya membayang kan penampilan Nisha yang sedang berdagang sayuran.
Vicky jadi prihatin dan sedikit kagum pada Nisha yang tidak gengsi untuk berdagang sayur mayur berkeliling. Setahu nya, rata-rata perempuan cantik lebih suka berhias diri ke salon-salon kecantikan, duduk nongkrong di cafe dan resto mahal, shoping ke butik-butik terkenal dan menghabiskan uang di Mall pusat perbelanjaan.
"Hmm, bagaimana kalau kamu tinggal di rumah ku saja untuk sementara waktu." celetuk Vicky tiba-tiba mengejutkan Nisha.
Nisha yang sebenarnya masih putus asa memikirkan mau tinggal dimana terlihat menatap Vicky dengan wajah tak percaya.
Awal nya ia sangat gembira mendapat tawaran tak terduga yang meloncat keluar dari mulut Vicky. Namun, keraguan pun mulai menyelimuti hati nya yang masih punya harga diri dan takut untuk ber hutang budi. Trauma masa lalu nya bersama Ridwan sejenak meracuni pikiran nya.
"Ku rasa, aku tak mungkin terus menumpang di rumah mu. Aku tak mau berhutang budi, dengan tinggal gratis di rumah mu begitu saja. Apalagi, rumah mu bukan kos-kosan atau pun wisma yang bisa di bayar dengan harga murah. Apalagi aku, cuma perempuan miskin yang tak punya uang untuk bayar sewa." Nisha menolak tawaran Vicky yang ia rasa sangat mustahil bagi nya untuk tinggal di sana.
Vicky tergelak mendengar alasan Nisha yang menurut nya hanya seperti dalih Nisha saja.
"Jangan-jangan kamu takut, tinggal serumah dengan ku?!" sindir Vicky.
Nisha tersenyum tipis menanggapi ejekan Vicky yang menurut nya hanya lelucon saja.
"Aku hanya tak mau berhutang budi pada mu." sahut Nisha singkat membuat Vicky sejenak terdiam.
Vicky menghela nafas pelan.
"Hmm gitu ya, kalau kamu takut hutang budi pada ku, kamu kerja saja mengurus rumah dan memasak untuk ku. kamu dapat gaji bulanan, bonus tempat tinggal dan makan gratis. Gimana? Mau gak?" ucap Vicky menawarkan.
Nisha yang awalnya menolak, tampak tertarik dengan tawaran Vicky yang di ajukan Vicky.
"Baiklah, aku mau." jawab Nisha cepat.
Vicky pun tersenyum senang mendengar Nisha mau menerima tawaran nya.
"Makasih tuan."
Nisha pun menundukkan kepala nya memberi hormat pada Vicky mengucapkan terima kasih.
Pria itu spontan tertawa terbahak-bahak dengan perlakuan Nisha pada nya.
"Gak usah panggil aku Tuan. Panggil nama ku saja, jadi aneh tau gak!" ucap nya keberatan.
Nisha jadi canggung sendiri. Ia pun mengangguk patuh sambil cengengesan.
Bertemu Vicky bagi dirinya adalah suatu keberuntungan. Tak masalah jika ia harus jadi pembantu sekali pun. Kebaikan hati dewa penolong nya harus di balas dengan tenaga nya. Dikasih gaji, tempat tinggal dan makan gratis. Ia rasa itu sudah luar biasa. Kali ini Nisha merasa tuhan sedang berpihak pada nya.
Tak lama kemudian, mereka berdua sampai disebuah super market. Mata Nisha membelalak kaget, tatkala Vicky dengan sikap cuek nya menggandeng tangan Nisha masuk ke dalam super market.
Ia merasa di perlakukan seperti ratu sehari oleh Vicky sejak mereka bertemu. Tidur di kamar mewah, ditutupin selimut tebal, bangun tidur di hidang kan sarapan, naik turun mobil di buka kan pintu. Dan sekarang, di gandeng pria tampan itu berbelanja di supermarket.
Heran, bingung, aneh, semua jadi satu dalam pikiran Nisha. Ia pun tampak patuh mengikuti langkah Vicky yang tak lama kemudian melepas kan gandengan tangan nya dan sibuk berbelanja.
.
.
.
Bersambung