GELORA CINTA SIENA

Siena mengenakan selendang hitam, tubuhnya berayun saat dia berjalan dengan anggun, dan pinggangnya ramping. Siena layaknya seorang jenderal perempuan, ia memimpin adik-adiknya pergi ke ‘medan perang’ yang dipenuhi kanibal.

Villa Keluarga Zuard terlihat terang benderang. Tampak para pria dan wanita yang berpura-pura akur mengobrol dan tertawa di bawah cahaya lampu hias. Perjamuan perlahan-lahan dimulai. Alara mengenakan gaun berwarna sampanye dan mahkota bertahtakan berlian kecil. Dia seperti seorang putri kecil yang keluar dari kastil, menarik banyak perhatian saat dia masuk.

Kamila dengan bangga memegang lengan Alara dan berbisik di telinganya, “Ara, kamu harus tampil bagus malam ini. Tuan Tommi Crest terkenal. Jika dia menyukaimu, kamu bisa menikah dengan keluarga bangsawan mana pun di masa depan.”

Alara mengerutkan kening seolah dia merasa tidak nyaman mendengar kata-kata ibunya yang penuh tujuan. Dia menarik pakaian Kamilla dan berkata, “Bu, jangan terus-terusan mengatakan hal itu. Aku tahu apa yang harus aku lakukan.”

Alara akhirnya berhasil menyingkirkan si cacat, sekarang, dia harus tetap membuka mata dan menemukan pria yang layak untuknya. Kehidupan indahnya akan segera dimulai...Kamila tahu bahwa putrinya tahu apa yang harus dia lakukan. Dia tersenyum dan menepuk tangannya. "Ya, ya. Aku tahu kalau kamu tahu apa yang harus dilakukan. Aku yakin kamu tahu yang terbaik.”

Kali ini, para tamu yang hadir di jamuan makan semuanya adalah orang-orang penting dari berbagai kalangan. Keluarga Ghazy tidak ada bandingannya dengan keluarga lain. Mereka berusaha keras untuk mendapatkan undangan agar bisa hadir dijamuan hari ini.

Tidak jauh dari situ, Ezaz memandangi duo ibu dan anak dari keluarga Ghazy yang hendak menulis kata “mata duitan” di wajah mereka.

Ezaz menyenggol orang di sampingnya. “Qiana, apakah kamu melihat itu? Itu adalah saudara dari kakak iparmu dan ibu tirinya. Aneh… dengan status keluarga Ghazy, mereka seharusnya tidak diundang ke perjamuan ini, kan?”

“Ezaz, aku sudah bilang bahwa aku tidak punya saudara ipar perempuan. Jika kamu terus mengatakan hal yang tidak masuk akal, aku akan pergi.” Qiana dengan tidak sabar mengambil gelas anggurnya. “Wanita yang berasal dari daerah miskin ingin menjadi kakak iparku? Apakah dia layak?”

Qiana, putri keempat dari keluarga Yilmaz, baru saja kembali dari luar negeri tadi malam ketika dia diundang ke perjamuan ini oleh teman dekatnya. Dia hanya pergi ke luar negeri untuk belajar sebentar. Setelah kembali, segalanya berubah. Kakak tertuanya mengalami kecelakaan mobil dan sekarang lumpuh.

Kakak tertuanya itu bahkan menikah dengan seorang wanita kasar dan cuek yang berasal dari daerah miskin...Sial, memangnya kenapa jika kakak tertuanya cacat? Dalam hatinya, Abhie masih seperti dewa. Dia bukanlah seseorang yang bisa didekati oleh wanita sembarangan!

Sekarang, setiap kali dia mendengar tentang wanita itu, Qiana merasa kesal, terutama ketika Ezaz memberitahunya tentang apa yang terjadi beberapa waktu lalu.

Ezaz mengatakan kalau Siena adalah seorang wanita yang dengan santainya berkelahi, dia bahkan lebih tidak layak menjadi saudara iparnya! Dia tidak ingin seorang gadis nakal menjadi saudara iparnya!

Sikap Qiana membuat Ezaz senang. Dia tersenyum pahit dan mengangguk. “Ya, aku tidak mau mengakui bahwa wanita seperti itu adalah sepupu ipar ku. Kakak sepupu adalah orang yang baik, bagaimana dia bisa menikahi wanita seperti itu… Aku merasa tidak adil hanya memikirkannya.”

“Baiklah, bukankah aku sudah memberitahumu untuk tidak menyebut tentang dia?” Semakin banyak Qiana mendengarkan, dia menjadi semakin jengkel. Dia mengambil gelas anggurnya dan menenggaknya dalam satu tegukan. "Aku sangat kecewa. Aku tidak ingin kembali ke vila. Apakah kamu punya tempat bagus yang bisa direkomendasikan?”

“Qiana, vila itu milik keluarga Yilmaz. Kamu tidak bisa tidak pulang ke rumah karena wanita itu.” Ezaz berpura-pura terkejut. “Meskipun begitu, orang yang harus pergi bukanlah kamu! Tapi wanita tak tahu diri itu!”

Setelah mengatakan ini, Ezaz memutar matanya, merendahkan suaranya, dan berkata, “Bagaimana dengan ini? Kudengar wanita itu juga menghadiri jamuan makan hari ini. Ayo beri dia pelajaran? Agar dia menyadari posisinya. Jangan berpikir hanya karena dia menikah dengan keluarga Yilmaz, dia bisa naik ke puncak dan menjadi burung phoenix?”

Qiana tergerak. Saat ini, terdengar ada keributan di pintu. Mereka secara tidak sadar melihat ke sana. Tampak Siena mengenakan gaun buntut ikan berwarna perak. Gaun itu dibuat khusus dan kilau peraknya dijahit dengan tangan. Di bawah penerangan lampu, gaunnya berkilau dan menarik perhatian orang.

Namun, yang lebih menarik perhatian orang adalah sosoknya yang menawan. Tubuhnya berlekuk indah dan kulitnya putih. Rambut panjangnya yang hitam diikat ke belakang kepalanya dengan sederhana, yang menyempurnakan fitur wajahnya yang cantik, membuatnya tampak lembut.

Ujung roknya sedang mengepel lantai. Tidak memerlukan pelayan untuk membantunya, Zihan dan Jimmy, yang mengikuti di belakangnya, berdiri di sisinya seperti ksatria dan memegang ujung roknya untuknya. Kedua putra keluarga Yilmaz itu terlihat seperti melindungi Siena layaknya pengawal.

Melihat pemandangan ini, Qiana membelalak tak percaya. Apakah ini saudara laki-lakinya yang kedua, yang memiliki temperamen buruk dan berada di ambang kematian setiap hari?

Dan bagaimana dengan saudara laki-lakinya yang ketiga? Bukankah dia menyombongkan diri bahwa dia tidak terkalahkan dan tidak akan pernah menundukkan kepalanya demi seorang wanita?

Mengapa dia sekarang merendahkan dirinya untuk mengangkat ujung rok untuk wanita dari daerah miskin? Dan bagaimana dengan saudara perempuan Valerie yang pemalu dan malah berjalan di samping Siena? Mengapa dia berjalan begitu dekat dengan Siena? Dan mengapa dia memegang tangan Siena? Bukankah dia autis?

Yang dia lakukan setiap hari hanyalah bersembunyi di kamarnya untuk berlatih biola. Dia tidak berani bertemu siapa pun dan menangis sepanjang waktu. Apa yang sedang terjadi? Mengapa dunia berubah begitu banyak setelah dia meninggalkan Tnegara ini hanya selama beberapa bulan?

Yang paling penting, itu adalah wanita itu...

Tatapan Qiana sedikit tidak menentu. Temannya yang berdiri di sampingnya diam-diam menarik lengannya, dan nada suaranya dipenuhi rasa iri. “Apakah ini wanita yang menikah dengan Keluarga Yilmaz? Dia sangat cantik, dan…”

Dia sama sekali tidak terlihat seperti orang desa yang vulgar dan cuek. Hanya dengan berdiri di sana, dia menarik perhatian semua orang. Cara matanya menyapu seluruh kerumunan begitu gagah hingga membuat kaki orang-orang menjadi lemas.

Dia mengenakan gaun buntut ikan yang indah, tetapi saat mereka saling bertatapan, mereka merasa bahwa dia seperti seorang jenderal wanita yang melangkah ke medan perang. Dia penuh semangat, penuh niat membunuh, dan penuh tekanan!

Jika dia belum mengetahuinya, siapa yang mengira dia berasal dari daerah miskin? Benar sekali, bagaimana dia bisa begitu cantik... Qiana menatap lurus ke arahnya, tidak mampu menggambarkan perasaan di hatinya.

“Jadi bagaimana jika dia cantik.” Ezaz, yang juga terkejut dengan kecantikan Siena, kembali sadar. Ketika dia menyadari bahwa banyak orang terpesona oleh Siena, dia menjadi semakin marah.

Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata dengan sinis, “Apakah ada kekurangan wanita cantik di masyarakat ini? Selebriti wanita mana di industri hiburan yang tidak cantik? Masyarakat kelas atas menghargai sisi batin seorang perempuan, bukan wajahnya yang dangkal.”

Mengandalkan wajahnya memang bisa menghasilkan kekayaan dan kejayaan, tapi itu seperti rumput bebek di dalam air. Itu tidak bisa diandalkan. Dia bisa ditinggalkan kapan saja dan hancur berkeping-keping.

Dia berkata dengan nada sedikit sarkastik, “Hati-hati. Semakin tinggi kamu mendaki, semakin sulit kamu jatuh.”