Raya naksir dosen baru di kampusnya, dan kebetulan dosen itu juga yang dijodohkan dengannya. Tapi sayang, dia harus memperjuangkan perasaannya, karena suaminya berhati sedingin kutub selatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu Asmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BUKAN LAYANG-LAYANG
"Kamu darimana saja, sampai harus pulang selarut ini?" tegur Bagas yang sekarang tengah duduk di pinggiran ranjang. Sementara Raya baru saja selesai mandi, dan duduk di depan meja riasnya.
"Kemana aku hari ini memangnya penting buat kamu, Mas? Sebentar lagi, kita bukan siapa-siapa. Jadi Mas Bagas tidak perlu bertindak seperti pasangan pada umumnya." Raya menyahut santai. Wanita itu tengah memakai skincare malamnya.
Padahal Raya kemarin sudah mengatakan kalau dirinya akan menghadiri acara teman kampusnya. Apakah Bagas melupakan apa yang dia katakan?
"Mengapa kamu berbicara seperti itu, Raya? Saya belum memutuskan apapun, jadi selama itu, saya masih suami sah kamu. Saya berhak tahu kamu ada di mana, dengan siapa, dan lain sebagainya." Bagas tampak tak mau kalah.
"Wow! Kamu perhatian sekali, Mas. Aku sangat berterima kasih atas kemurahan hati kamu. Aku tahu kamu belum ambil tindakan apapun, tetapi aku perlu membiasakan diri mandiri. Lagipula kamu juga tidak menginginkan pernikahan ini, bukan? Terus kenapa sekarang kamu ngotot ingin validasi dari aku?" Raya berkata dengan santai, tetapi kalimatnya begitu menusuk.
Seketika Bagas gugup. Dia juga tidak tahu, mengapa dirinya bisa seambisius ini untuk mendapatkan pengakuan dari Raya. Mendadak dia tidak rela Raya menjadi mandiri. Dia juga tidak ingin Raya berpindah hati ke laki-laki lain. Melihat istri kecilnya itu bisa akrab dengan teman lelakinya membuat Bagas khawatir. Dia terpikirkan oleh perkataan Doni, tentang Raya yang populer. Dan Bagas tidak menyangkal, kalau Raya memang wanita yang menarik.
"Kita sudah terlambat. Sekarang juga kita harus berangkat ke rumah mama." Bagas mengalihkan topik pembicaraan.
Raya padahal sudah sengaja untuk pulang sangar terlambat mungkin, dengan alasan menghadiri ulang tahun temannya. Ternyata Bagas tetap menunggunya untuk datang ke acara ulang tahun mamanya. Sebesar itukah niatnya? Padahal Bagas bisa saja pergi sendiri ke sana. Apa artinya yang dikatakan oleh Tasya ada benarnya? Bagas mulai menaruh hati pada Raya? Pertanyaan-pertanyaan itu mendadak berisik di kepala Raya.
"Bagaimana kalau besok saja, Mas? Aku belum beli hadiah buat mama. Kita nggak mungkin ke sana bawa tangan kosong, bukan?" Raya berusaha menunda.
Bukan hanya alasan, dia memang belum menyiapkan kado apapun untuk ibu mertuanya. Walaupun hubungannya tidak baik dengan Bagas, bukan berarti Raya harus tidak respek pada mertuanya. Raya tetap ingin memberikan yang terbaik untuk keluarga Bagas. Berpisah pun nanti, dia ingin berpisah secara baik-baik.
"Kamu tidak perlu memikirkan kado, Raya. Saya sudah membelikan sesuatu untuk kado mama atas nama kamu. Ada beberapa, kamu pilih sendiri yang paling pantas untuk mama yang mana. Barang-barangnya ada di atas meja. Kamu lihat, ya. Setelah itu cepat bersiap. Saya sudah bilang ke mama akan datang telat karena kita pergi ke acara teman kamu terlebih dahulu."
Raya melongo mendengar semua yang Bagas katakan baru saja. Suaminya bahkan sudah menyiapkan hadiah seorang diri. Ada sedikit rasa bersalah yang timbul di hatinya. Seharusnya dia hari ini tidak pulang telat, supaya bisa menghadiri acara ulang tahun ibu mertuanya dengan tepat waktu.
"Raya, kenapa kamu malah mematung seperti itu? Kamu tetap menolak datang ke acara ulang tahun mama? Kamu lelah?"
Bagas berusaha menyadarkan Raya dari lamunannya. Seketika Raya langsung merespon.
"Hah? Oh, tidak-tidak. Kita harus tetap datang. Aku akan memilih hadiahnya sekarang."
Raya menyempatkan diri memastikan kalau riasannya sudah rapi di cermin. Setelahnya, dia langsung menuju ke meja di mana hadiah-hadiah yang dibeli oleh Bagas tertata rapi. Raya hampir tidak percaya dengan yang dilihatnya. Semua barang yang dibeli oleh Bagas berasal dari brand terkenal, dan itu tidak murah.
Kalau dipikir-pikir lagi, Bagas hanya seorang dosen. Raya heran, darimana Bagas bisa dapat uang sebanyak itu? Semua pakaian, dan barang-barang yang ada di rumah mereka juga semuanya mahal.
Sesaat kemudian Raya menepis isi pikirannya. Darimana uang Bagas sekarang bukan hal yang penting untuk dipikirkan. Dia harus fokus memilih hadiah untuk mama mertuanya. Dari sekian banyak hadiah yang ada, dia memilih satu buah bros mutiara, dan kalung permata. Dia lalu membawa dua benda itu pada Bagas.
"Aku pilih dua ini, Mas. Aku rasa ini cocok untuk mama." Raya menunjukkan pilihannya itu.
"Pilihan kamu tidak mengecewakan. Kita bawa dua barang itu untuk hadiah mama. Sisanya buat kamu. Kalau kamu tidak suka model, atau warnanya, bilang saja sama saya. Saya akan langsung meminta perusahaan untuk menggantinya."
Di atas meja sana, masih ada beberapa buah baju, sepatu, jam tangan, juga perhiasan. Bukan Raya tidak suka, tetapi barang-barang itu terlalu mewah untuknya. Apalagi sebelum itu Bagas sudah membelikannya banyak pakaian bermerk.
"Mas, apa tidak sebaiknya kamu kembalikan saja ke tokonya? Barang-barang itu terlalu mahal, sayang uangnya. Bisa kamu tabung. Kemarin baju-baju yang dibelikan kamu juga masih banyak yang belum kupakai."
"Jadi maksudnya kamu menolak pemberian saya?" tanya Bagas dengan ekspresi tidak terima. Membuat Raya menjadi serba salah.
"Nggak. Bukan gitu, Mas."
"Ya sudah. Tinggal terima saja apa susahnya? Ah, saya juga harus menyampaikan satu hal penting. Sebenarnya saya katakan ini lebih cepat, tetapi saya selalu lupa."
"Ada apa, Mas? Kamu mau bahas soal Kinan? Kalian mau melanjutkan hubungan kalian? Silakan, Mas. Aku tidak akan menghalangi. Kalau sejak awal aku tahu kamu punya calon istri, aku juga tidak akan mengganggu hidup kamu. Maaf untuk itu, Mas."
Raya mengantisipasi. Dia bisa menebak kalau Bagas pasti akan membahas soal Kinan. Untuk itu Raya berusaha menunjukkan kalau dia baik-baik saja dengan semua yang terjadi. Dia ingin terlihat siap kehilangan Bagas.
"Kamu seharusnya mendengarkan apa yang ingin saya sampaikan sebelum berargumentasi sendiri. Saya bukan ingin membahas Kinan, tetapi soal mobil yang baru saja beli beberapa hari lalu. Itu mobil untuk kamu. Kalau kamu ke mana-mana naik mobil, kamu bisa terhindar dari panas, dan hujan. Keamanan juga lebih terjamin. Kalau kamu belum bisa menyetir, untuk sementara kamu bisa berangkat bersama sopir. Biar nanti saya yang ajarkan kamu menyetir."
"Hah? Mobil itu buat aku, Mas? Kamu dengerin aku ya, Mas. Kalau kamu memang nggak suka sama pernikahan ini, nggak masalah. Aku bisa pergi dari hidup kamu. Kamu tidak perlu beliin aku ini itu untuk menghapus rasa bersalah kamu, Mas."
Bagas menghela napas kasar. Dia tidak suka Raya selalu membahas soal perpisahan. Bagas sendiri belum menentukan siapa yang akan dia pilih.
"Raya, boleh saya minta tolong? Tolong jangan bahas perpisahan, perceraian, atau apapun itu. Saya membelikan kamu mobil bukan untuk menutupi rasa bersalah. Saya memang ingin, dan saya harap kamu tidak menolaknya."
Bagas menegaskan. Seolah kalimatnya itu memberikan penekanan supaya Raya tidak memiliki kesempatan untuk menolak.
"Oke. Oke. Terserah kamu saja, Mas. Aku juga mau mengingatkan kamu, Mas. Tolong jangan tarik ulur. Ini perasaan, bukan layang-layang."
Setelah mengatakan itu, Raya menuju ke lemari pakaian. Dia memilih pakaian terbaik yang ada di sana untuk dipakainya. Sementara Bagas terdiam, sambil memikirkan kalimat Raya yang baru saja terucap.
kinan pantas dpt yg lebih baik darinya😀
ndang gass kinan ...
tp klo bagas pintar hrsnya bagas sadar dgn sikap kinan sprti it berarti dia bkn wanita baik2.kesannya kinan itu jalang beneran yg lg kegatelan minta digaruk ama trenggiling thor....
dosen kok kelakuannya minim akhlak balik aj ke tk lajut sekolah mondok 😁😁😁
mo bagas ngapain aj ma pacarny raya g peduli yg penting dia ttp fokus kuliah d berteman dg spapun.happy slalu saat di dpn bagas.
menurut ak stlh ap yg sdh raya ketahui dr si bibik.mending raya pergi dari rumah itu tp hrs izin bagas dulu.klo memang akn meneruskan pernikahany baikny jauhi bayang2 mantan.apalg it rmh suaminy hasil beli ber2 ama mantany.scr tdk lgsng raya sama aj ikut menzolimi mantan suaminy krn sdh tau.kecuali mantany sdh mengikhlaskany.dr pd nanti dihujat mantan pak su mending raya melipir keluar dr rmh it d cari hunian sendiri entah itu ngekos at ap .yah....emang raya g salah tp tetap dia akn ikut terseret krn kelakuan suaminy yg g punya ketegasan d tanggung jawab pd keputusan yg diambil.aliase pengecut berkedok berbakti nurut sama orang tua .tp yg ad penjahat yg akn menyakiti banyak hati terutama istri d para orang tua bila sdh tau semua yg terjd
jujur klo suami yg menghargai pernikahn pasti klo niaty mo nolong wanita ln aplg mlm2 hrsy ajk istriy.agr tdk ad kesalh pahaman.nah ini...org emang egois d maruk.maunya dptin semuany demi nama baik diriny sendiri