Byan, seorang pria yang memiliki mimpi, mimpi tentang sebuah keadaan ideal dimana dia membahagiakan semua orang terkasihnya. terjebak diantara cinta dan sayang, hingga terjawab oleh deburan laut biru muda.
tentang asa, waktu, pertemuan, rasa, takdir, perpisahan.
tentang mimpi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arief Jayadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
mimpi tentang laut biru muda
"Halo, ini Asih, kita ketemu di tempat upacara ya!"
"iya"
Hari ini tanggal penting buatku, ini tanggal pernikahan ku dengan Asih. Persiapan sudah selesai, matang, sangat matang. Asih melakukan semuanya dengan sempurna untuk hari ini, sisanya tinggal bagaimana nanti hari ini akan berlangsung. Keluarga ku dan keluarga Asih sudah berkumpul bersama, diujung sana, aku sendirian disini, menunggu mereka di dekat altar ini, ingin rasanya menghampiri mereka dan memeluk mereka satu persatu. Tapi ada yang mengganjal di hatiku saat ini, ganjalan yang membuat kakiku tak mau menapak, aku seperti tidak bisa untuk melangkah kesana. Selayaknya sedang terikat, aku merasa seperti sedang kehilangan sesuatu dari diriku.
Tema upacara kali ini adalah laut, maka semua tamu dan keluarga akan menggunakan pakaian biru muda. Diujung tebing di pulau dewata, ditemani suara ombak yang menerpa karang, angin berderu, dan aroma garam laut bisa kami nikmati sepenuhnya dari atas gunung bertebing ini. Upacara bertema luar ruangan, perpaduan antara gedung megah ditepi tebing laut. Luar biasa menakjubkan suasananya, rona khusyuk dari lampu temaram dan obor kecil di tiap beberapa langkah menuju altar. Tepat seperti mimpiku, mimpi Asih tentunya, ini konsep upacara impiannya semenjak ia masih gadis kecil. Mimpi tentang laut biru muda, kami menyebutnya. Mimpi yang entah kenapa sempat muncul di bunga tidur Ony, bersamaan dengan mimpi yang sama dalam tidurku selepas melamar Asih malam itu. Mimpi yang menjadi awal mula kisah kami, sempat membuat rumit hubungan kami, kini diwujudkan menjadi kenyataan dalam keadaan yang baik dan berbeda.
Disudut sana aku melihat kawan kawanku, mereka saling bertegur sapa, sesekali memandangku di altar tempat aku menunggu. Aku tidak dapat melihat jelas wajah mereka, tetapi mereka khusyuk, serius sekali memandangiku di sini. Aku memandang ke sekitar, mencari gadis yang menjadikanku lelaki beruntung hari ini, aku melihat Asih, berdiri di kejauhan sana, bersiap berjalan menuju altar, gaun biru muda, dengan juntai megah dan mewah, kerlip kristal sesekali memantul dari gaunnya, ia begitu anggun, ia begitu mempesona. Tepat sekali, hari ini ia adalah RATU pemilik upacara. Tak ada yang menandingi penampilannya hari ini, semua mata pasti akan dapat menangkap anggunnya Asih hari ini. Namun mataku juga tak kalah menangkap sosok pendamping yang berdiri disamping Asih, aku amat mengenalnya, terakhir kami bertemu saat aku dirawat di rumah sakit tempo hari. Pertemuan pertama antara kami bertiga yang menurutku berjalan cukup hangat dan akrab. Pertemuan yang di baluri percakapan yang canggung namun sekaligus memecah bongkah bongkah gunung es. Ony, tampak lembut dengan gaun ringkas biru muda, tak terlalu banyak pernik dan aksesoris tapi cukup menonjolkan karakter dan kecantikannya.
"ahh...akhirnya mereka sudah menjadi sahabat" pikirku.
Musik pun mulai menunjukkan bahwa upacara akan segera dimulai. Asih dan Ony sebagai pendampingnya mulai melangkahkan kaki menuju altar. Mereka tampak berpegangan tangan, dan berjalan dengan sangat Anggun. Mataku menikmati keindahan ini. Betapa beruntungnya aku melihat pemandangan ini, aku teramat sangat bahagia. Home band mulai memperkecil suara musik mereka. Aku semakin jelas melihat wajah mereka berdua. Ony tampak menahan airmata menetes di wajahnya, ia tampak terharu. Tapi mengapa Asih juga menangis? Apa yang sedang ditangisinya? Aku bertanya tanya, Apakah tangis bahagia? ataukah malah ia tak menginginkan lagi hari ini? Atau sedang ada hal lain yang dipikirkannya, atau sedang terjadi? Jelas sekali Asih sedang tampak muram, sangat sedih. aku tidak terlalu menangkap aura bahagia darinya, ada apa?
Tunggu dulu, apa yang sedang terjadi? Beberapa hari terakhir menjelang hari ini aku tidak berkomunikasi dengan Asih maupun Ony. Kenapa mereka bisa berdiri bersama menuju altar yang sama? Pertemuan tempo hari belum membuat kesimpulan Asih menerima Ony menjadi pendamping. Kenapa Asih dan Ony terus berjalan kearahku? Bukankah pendamping seharusnya hanya sampai sebelum altar agar kemudian aku menjemput pengantinku? Begitu banyak pertanyaan yang tiba tiba muncul di kepalaku.
Mendadak kepalaku begitu ringan, aku seperti terbang, aku tidak pusing, hanya ringan. Kakiku masih seperti terikat, tergantung, tak ingin menapak, aku menjadi semakin bingung saat mereka hanya berjarak beberapa langkah sebelum altar, suasana menjadi demikian suram, tangis menjadi lebih dominan. Suasana menjadi semakin kelabu, aku semakin jelas mendengar haru dan tangis dari para keluarga dan teman temanku. Aku sendiri menjadi ingin menangis, tapi aku seperti tak memiliki emosi, aku hanya memandangi mereka datar, dan untuk kali ini, dan mungkin terakhir kali, admin yang berada di otak ku, akhirnya ia bisa bekerja benar, dia menyuruhku melihat kebawah, kearah kakiku. Aku melihat diriku, terbaring pucat, masih dengan tubuh besar yang menampung seluruh hatiku. Bedanya aku terpejam, dengan kemeja biru muda namun dengan senyum yang lebih tenang. Upacara yang kuimpikan! Namun berbeda peruntukan, bukan tentang pernikahanku.
Hari ini tetap menjadi hari penting buatku, namun ternyata tanggal ini adalah tanggal pemakamanku bukan lagi pernikahanku. Cideraku puluhan tahun lalu, selain mengubur mimpiku menjadi Atlet, juga menguburku hari ini, tumbuh tumor yang yang sudah terlambat ditangani. Dokter tempo hari mengatakan tulangku sudah tergerogoti terlalu jauh, sudah tidak banyak yang bisa mereka lakukan. Aaaahh iya, aku ingat setelah itu aku di ruang rontgen, dan Asih datang menghampiriku. Aku ingat semua sekarang, pertemuan pertama kami bertiga menjadi gelap, dan aku terjatuh, ternyata itu batas usiaku. Tapi aku mendapati kembali ketenanganku. Bahkan mungkin hari ini hari terbahagiaku, wanita yang memiliki hatiku berdiri bersama, termasuk ibu pun ada disana.
"hey kalian....wanita Wanita hebatku. I love you"
*****
"Hai pagi, apa kabarmu saat ini,
masihkah sinar senyum mentari menghiasi?"
"Bagaimana denganmu hari,
Kau selalu menantang kami tuk terus berlari!"
"lalu kau senja,
merah rona lembayung, penyejuk darah dari didih siang"
"ah...tiba malam menjelang,
menuntunku tuk selalu melangkah pulang"
*****
"kalian memilikiku dengan porsi yang sama, dan peran yang berbeda"