Kehidupan Su Wanwan yang semula dipuja-puja seperti bintang di langit, berubah menjadi batu di dalam lumpur begitu Gu—Linchao yang merupakan keponakannya kembali ke Sky Hill.
Tidak hanya dilecehkan lagi dan lagi sampai tubuhnya remuk, hati Su Wanwan juga hancur hingga berkeping saat mendapati Li Yunhan—calon suaminya berselingkuh. Bahkan, dia juga dijual olehnya ke Barbara Club sehingga terpaksa menjadi budak nafsu pria bertopeng.
Ketika bisa melarikan diri, Su Wanwan malah masuk perangkap Xu Yingwei—tunangan Gu Linchao—dan dia dibakar hidup-hidup!
Pada saat semua orang menyangka Su Wanwan sudah mati, wanita itu kembali dengan wajah dan misi baru, yaitu memikat semua musuh dengan pesonanya ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kalian Bisa Membawa Mayatku Saja!
Su Wanwan berjalan hilir mudik, mengabaikan rasa sakit pada area kewanitaannya. Sebentar duduk, sebentar berdiri dan sebentar lagi berbaring. Dia pun berkali-kali mencoba membuka pintu, berharap benda penghalang itu tidak terkunci lagi. Karena kelelahan tidak berhasil menemukan jalan keluar dari kamar yang luasnya bisa dijadikan lapangan bola, Su Wanwan pun tertidur.
Su Wanwan terperanjat ketika mendengar pintu terbuka dan kedua pelayan tadi kembali mendatanginya. Dia langsung menyambar pecahan kaca yang tergeletak di atas nakas, lalu mengacungkannya ke arah Rachel dan Rose.
Keduanya hanya memutar bola mata seolah-olah merasa bosan menghadapi kegilaan Su Wanwan, lalu mereka bergerak ke tepi untuk memberi jalan kepada dua pria yang Su Wanwan yakini jabatannya sebagai pengawal di Skyline Palace dan mendapatkan tugas untuk menjemputnya pergi.
Benar saja, salah satu pengawal dengan sopan membujuk Su Wanwan dan berjalan mendekat. “Nona, mari ikuti kami.”
Menyadari lawannya tidaklah sebanding dengan tenaganya yang sudah hampir habis terkuras karena perbuatan bejat Mr. X, Su Wanwan memutar arah pecahan kaca yang tajam itu ke arah lehernya. Dia menekan kaca tersebut hingga melukai lehernya dan mengeluarkan darah, membuat langkah kedua pengawal itu terhenti.
“Kalian ingin membawaku bertemu dengan bos kalian, kan? Kalian bisa membawa mayatku saja,” ejek Su Wanwan pada kedua pengawal itu.
Kedua pengawal itu tidak berani bergerak, perintah Mr. X jelas dan tegas. “Jangan sampai wanita itu terluka sedikitpun!”
Namun, wanita itu malah melukai dirinya sendiri. Jika Mr. X salah paham, maka leher mereka berdualah yang akan ditebas hingga putus.
Keduanya mundur dan saling mengangguk, yang satu kembali bicara. “Baiklah, Nona. Kami akan keluar asal Anda berhenti menyakiti dirimu sendiri.”
Su Wanwan tetap menekan kaca runcing itu ke lehernya hingga keempat orang yang datang bersamaan itu pergi dan menutup pintu rapat-rapat. Dia langsung melepaskan kaca itu dan menekan luka di lehernya yang terasa perih dan mengeluarkan darah. Mulut Su Wanwan terbuka dan dia menjerit tanpa suara, bahkan sampai meloncat-loncat menahan sakit akibat luka yang mengucurkan darah itu.
Su Wanwan mengambil selimut dari atas ranjang untuk menutup lukanya dan kembali menangis memanggil ibunya seperti anak kecil.
Sementara itu, Mr. X yang menunggu kedatangan Su Wanwan di lantai satu merasa murka ketika melihat kedua pengawal yang dia tugaskan gagal membawa Su Wanwan. “Membawa satu wanita yang tidak bertenaga seperti itu saja kalian tidak bisa? Dasar tidak berguna!”
“Maaf, Mr. X … kami sudah membujuk Nona Su Wanwan, tapi dia menolak dan malah mengancam mau bunuh diri dengan serpihan kaca,” adu sang pengawal dengan suara bergetar.
Mendengar apa yang diucapkan pengawalnya, Mr. X tidak tahu harus marah atau tertawa. Dia hanya merasa geli hati, lalu mendengus dan membatin, “Hah, bunuh diri menggunakan kaca?”
Mr X tersenyum miring sebelum akhirnya berdiri, mengibaskan tangan dan melarang siapa pun mengikutinya. Dalam perjalanan menuju kamar pribadinya, Mr. X memikirkan Su Wanwan. Kenapa wanita pembangkang dan pemberontak itu tidak pernah hilang dari pikirannya?
Padahal, biasanya dia bahkan tidak pernah ingin meniduri wanita mana pun selain hanya minta dipuaskan dengan cara verbal. Setelah hasratnya terpenuhi, maka Mr. X sudah kehilangan minat pada mereka semua.
Namun, Su Wanwan membuat Mr X semakin menginginkannya. Hanya dengan membayangkan wajah Su Wanwan yang sedang marah, justru membuatnya bergairah. Akan tetapi, wanita itu malah tidak sudi diberi tempat terhormat dengan dijadikan sebagai wanitanya.
Selama ini, belum pernah ada wanita yang menolak Mr. X. Sekarang, dia tahu bagaimana terhinanya jika mendapat penolakan.
“Wanita bodoh, kau menolakku dan lebih memikirkan cintamu pada pria bajingan itu. Tidakkah kau ingat dia sudah menjualmu ke club malam dan aku yang membelimu di pelelangan?” gumam Mr. X dengan raut wajah kesal seolah-olah Su Wanwan saat ini sudah ada di depan matanya.
