Cinta Kedua Setelah Penghianatan Suamiku

"Dania...., apakah kamu sangat mencintai suamimu?" tanya Arjun, ia bicara dengan sangat pelan dan hati-hati, namun raut muka nya justru kelihatan memelas.

"Aku? sangat mencintainya? aku justru sudah lupa bagaimana dulu aku pernah mencintainya, bahkan sampai menikahinya, jawab Dania dengan pandangan lurus ke depan.

"Lalu, apa yang kamu rencanakan sekarang?"

"Aku ini tidak punya siapa-siapa mas, Bobby sedang bersandiwara bersama Sinta untuk merebut semua milikku, jadi sekarang akupun ikut menjadi pemerannya, demi menyelamatkan perusahaan peninggalan papaku. Sekarang aku hanya memanfaatkannya untuk memimpin perusahaan itu sampai aku sudah bisa menggantikannya. Makanya aku sangat berharap besar padamu untuk mengajariku, kamu tidak tahu yang terjadi padaku hik hik hik," Air mata Dania tiba-tiba langsung tumpah, begitu ia teringat pemandangan mengerikan yang dia saksikan dua malam ini.

"Kamu tidak tahu mas, betapa jijiknya aku setiap malam menyaksikan pemandangan mengerikan itu!" Tangis Dania meledak.

Arjun yang berada di sampingnya reflek langsung memeluknya. Hatinya begitu teriris melihat Dania menangis seperti itu.

"Kamu tidak sendirian Dania, ada aku bersamamu, percayakan semua padaku."

Dania melepaskan pelukan Arjun. Di tatapnya laki-laki itu.

"Terimakasih," ucapnya kemudian ia menundukkan wajahnya.

"Belajar akan lebih mudah jika kamu langsung terjun ke lapangan, bahkan besok kamu sudah bisa memimpin perusahaanmu, apa kamu meragukan kekuatanku?"

Dania menggeleng.

"Lalu bagaimana kalau sebelum kita bisa jebloskan mereka ke penjara, dan mereka malah kabur?"

"Aku akan mencarinya sampai ke lubang semut sekalipun, jangan ragukan kekuatan ku Dania, aku akan melakukannya untukmu!" tegas Arjun.

Dania terdiam. Dia sedang berpikir dan mencerna kata-kata yang di ucapkan Arjun.

"Akan aku pikirkan nanti di rumah." lirih Dania.

Arjun bangkit dari duduknya. Kemudian ia mengulurkan tangannya pada Dania. Sikap nya sungguh sangat manis sekali.

Dengan bingung Dania menyambut uluran tangan Arjun. Arjun membawa Dania keluar dari ruanganya.

Mereka berjalan bergandengan. Sambil berjalan Dania masih terus menatap Arjun.

Seperti biasa, semua mata memandang mereka. Ada yang merasa kagum, dan ada yang menganggap mereka sebagai pasangan yang serasi. Cantik dan tampan.

Di antara semua orang yang ada di kantor itu, hanya ada satu orang yang menatap dengan sinis. Dialah Vita, sekretaris itu sudah lama tergila-gila pada bos nya.

Vita begitu terobsesi untuk menjadi kekasih sang bos yang selama ini di kenal sangat dingin. Dan tidak pernah berhubungan dengan wanita manapun semenjak perceraiannya dengan sang istri.

Kita tinggalkan dulu Vita dengan kekecewaannya.

Arjun masih terus menggandeng tangan Dania, hingga mereka memasuki lift.

Di dalam lift hanya ada mereka berdua.

"Kita mau kemana mas?" akhirnya Dania tidak sabar lagi untuk bertanya.

"Ke rumah sakit, untuk mencari bukti kejahatan mereka."

Pintu lift terbuka. Arjun kembali menggandeng tangan Dania. Sampai di depan mobil, Arjun membuka pintu mobil, dan menganggukkan kepalanya memberi isyarat agar Dania segera masuk ke dalam mobil.

Setelahnya ia pun masuk ke dalam mobil. Sesaat di pandangnya wajah Dania.

"Dania...., apa kamu masih mencintai suamimu?" ia bertanya dengan lembut.

"Tidal ada lagi yang tersisa, rasa cintaku sudah habis semenjak aku mengetahui semuanya. Yang ada hanya kebencian atas rasa sakit yang dia ciptakan. Aku sangat membencinya!!" tegas Dania.

Baiklah, apapun itu aku tidak boleh terlalu dalam mencampuri urusanmu, sekarang yang terpenting mari kita selesaikan masalahmu."

Dania menatap Arjun.

"Apakah lelaki ini begitu kasihan padaku, aku tidak ingin di kasihani!" batinnya.

Mobil yang mereka naiki melaju membelah jalanan kota yang padat, menuju alamat rumah sakit yang Dania sebutkan.

Karena kondisi jalanan yang macet akhirnya mereka tiba di rumah sakit setelah memakan waktu hampir satu jam.

Arjun membawa Dania menemui manajer rumah sakit tersebut.

Dalam ruangan tertutup itu hanya ada manager rumah sakit yang bernama Indra, usianya sudah lumayan mungkin sudah sekitar 45 tahun, Arjun dan Dania.

Arjun mengeluarkan uang dari dalam tas yang di tentengnya. Sebelumnya saat masih di kantor ia sempat menyuruh Bian menyiapkan sejumlah uang dan meletakkan uang itu di dalam mobilnya.

Arjun meletakkan tumpukan uang itu di atas meja. Jumlahnya lumayan, ada dua puluh gepok uang pecahan seratus ribu.

"Apa yang bisa saya bantu tuan?" tanya pak Indra.

"Saya mengiginkan rekaman cctv yang mengarah ke kamar VIP nomor 404 pada empat tahun yang lalu. Uang ini sebagai uang muka! setelah pekerjaan anda berhasil saya akan membayar lebih dari itu!" tegas Arjun.

"Itu sudah sangat lama sekali tuan, saya butuh waktu untuk mencari hard disk mana yang telah mem back-up file rekaman itu."

"Semua saya serahkan pada anda, saya ingin secepatnya anda mendapatkan rekaman itu."

"Baik tuan, akan saya lakukan tugas ini mulai dari sekarang."

Arjun meletakkan kartu nama miliknya di atas meja.

"Ini kartu nama saya, hubungi saya secepatnya jika sudah ada kabar baik! ingat jangan sampai masalah ini bocor keluar!!"

"Baik tuan."

"Ok terimakasih sudah mau bekerjasama." Arjun menjabat tangan pak Indra.

Lalu lagi-lagi di gandengnya tangan Dania. Mereka keluar dari ruangan pak Indra.

"Mas....?"

"Nanti saja bicara di dalam mobil!" potong Arjun.

Dania diam dan nurut.

Mereka masuk ke dalam mobil.

Dania menghela nafas, rasanya sejak tadi banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada Arjun.

"Mas, kenapa kamu memberikan uang sebanyak itu padanya?" tanya Dania.

"Nah ini, ini juga bagian dari ilmu bisnis yang harus kamu pelajari. Uang itu tidak ada artinya untuk berita besar yang akan kita dapatkan."

"Tapi dia belum tentu berhasil mas."

"Dia pasti berhasil, dengan uang itu dia akan berusaha melakukan pekerjaannya sebaik mungkin, uang itu sudah mengikatnya. Dengan uang orang akan melakukan apa saja lebih mudah. Dalam bisnis tidak ada yang geratis! kita butuh jasanya maka kita harus siapkan bayaran untuknya. Kamu paham."

"Hemmm," Dania mengangguk.

Arjun membawa mobilnya keluar dari halaman rumah sakit.

"Apa kamu lapar?" ia menoleh pada Dania yang duduk di sampingnya.

"iya," Dania menjawab sambil tersenyum.

"Aku tahu, sejak tadi aku sudah mendengar suara cacing yang menari-nari dalam perutmu," goda Arjun.

Mereka tertawa bersama-sama.

Untuk sejenak Dania seperti lupa akan masalahnya. Ia merasa ada yang baru dalam dirinya.

Arjun membelokkan mobilnya di halaman sebuah restorant. Mereka masuk, duduk dan memesan makanan.

Arjun memesan ruang vip di restorant itu. Ruang privat yang nyaman tanpa akan ada orang yang melihat mereka ketika berada disana.

Tujuan Arjun hanya ingin melindungi Dania, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan sebelum waktunya. Contohnya agar mereka aman dan tidak terpergok oleh Bobby dan Sinta.

Bersambung.....