NovelToon NovelToon
Hati-hati Dengan Keinginanmu

Hati-hati Dengan Keinginanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Persahabatan / Kutukan / Romansa
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Palma Jebugan

Kisah cinta?
Bisa jadi.

Mistik?
Mungkin bisa dikatakan begitu.

Aneh?
Sudah pasti, tapi memang ini yang terjadi.

Akira, pria muda berusia 38 tahun yang sukses dalam setiap hal di hidupnya, yang malah membuatnya sedemikian bosan karena ketiadaan tantangan disana, terjebak dalam lingkaran kehidupan aneh yang terus saja melemparkannya ke berbagai jenis kehidupan lain tanpa mampu ia cegah.

Sementara ia terus belajar banyak hal mengenai beragam jenis kehidupan yang sebelumnya tak pernah ia mengerti atau bahkan perhatikan, Akira menemukan hal yang selama ini ia cari.

Hidup yang pernah ia miliki adalah yang terbaik, dan ia mulai merindukan dirinya sendiri dan semakin lama, semakin ia mencoba untuk kembali...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Palma Jebugan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Secepat Inikah Harusnya?

Hidup Akira sangat menyenangkan. Uang di tabungannya cukup baginya untuk menjalani hidup yang menyenangkan bahkan tanpa bekerja sekalipun. Sementara itu, nilai saham yang dimilikinya dari berbagai emiten yang kelak akan dikenal sebagai saham bluechip akan memastikan ia tetap memiliki sedemikian banyak uang. Belum lagi tempat usahanya akan meledak dan menghasilkan banyak sampai kira-kira sekitar sepuluh tahun ke depan paling tidak.

Hubungannya dengan Asih bisa dibilang mengalami kemajuan meski tak banyak. Namun paling tidak gadis itu tidak melonjak ketakutan dan melakukan hal-hal tak masuk akal setiap kali ada sesuatu yang membuat Akira kesal. Menimbang ketika ia bertemu gadis itu dulu, hubungannya sudah dibilang maju sangat jauh.

Dan mama?

Wanita yang saat ini sangat bangga dengan nama barunya, asyik berceloteh dan tertawa dengan teman-teman barunya di pinggir api unggun dalam balutan outfit outdoor yang bahkan tampak pas ia pakai seakan memang sudah biasa baginya menggunakannya.

Harusnya semua indah, dan menyenangkan. Semuanya berjalan dengan indah. Hanya saja, pendar lemah yang muncul dari gelang kristal yang digunakan Akira mengempiskan semua kegembiraan yang ia rasakan saat ini.

Pendar kuning itu sangat lemah. Akan mudah untuk mengira itu hanya sekedar pantulan cahaya yang datang dari api unggun di depannya. Namun Akira tak mungkin salah mengira.

Waktunya sudah tak lagi lama...

......................

Perjalanan kembali dari lokasi tempat acara semalam sama sekali tak membantu pikiran Akira untuk bekerja sedikitpun. Mobil yang awalnya hanya berisi dia dan mama, sekarang dipenuhi banyak orang dan barang tambahan yang dijejalkan dengan semena-mena. Sementara itu, orang-orang di dalamnya pun seakan habis mengkonsumsi penambah vitalitas dan energi. Tak ada satupun diantara mereka yang berencana tidur atau apa setelah rangkaian panjang kegiatan semalam. Hanya ketika mereka berhenti di sebuah warung makan atas inisiatif mama, akhirnya Akira bisa melarikan diri dari situasi yang saat ini, terasa menyesakkan baginya.

Menjauhkan diri dari rombongan energik itu, Akira memilih untuk duduk di area tempat parkir, setelah beralasan untuk menunggu rekan lain yang masih di belakang. Meski sebenarnya hampir bisa dibilang tak perlu. Adul sudah mengambil inisiatif untuk memberitahu kawan lain kalau mereka berhenti di warung tersebut lewat HT sebelumnya. Akira cuma perlu sendirian saat ini...

Dengan rokok yang seakan hanya berfungsi sebagai hiasan karena tak dihisap sama sekali, pikiran Akira kalut dengan berbagai hal.

Ia menikmati setiap detik yang dihabiskannya di kehidupan ini. Rencana-rencananya menjangkau hampir setiap orang yang dekat dengannya dan memastikan setiap dari mereka turut serta menikmati hidup yang indah ini.

Ia berencana untuk akhirnya bisa menjadikan Asih sebagai pasangannya, dan membiarkan mama berbahagia dengan hidup yang sempurna.

Ia masih ingin membuat teman-temannya yang saat ini masih di bangku kelas 3 SMU bisa mengenyam hidup layak setelah mereka lulus sarjana mereka nanti. Dengan semua hal yang ia ketahui dari masanya sendiri, tak akan sulit untuk melakukannya.

Belum lagi beragam hal dan tempat yang ingin ia kunjungi sekarang ketika ia memiliki jaminan keuangan yang hampir tanpa batas...

Tapi sekarang, ia tahu bahwa hidupnya tak akan lebih dari setahun lagi saja.

Apa yang harus kulakukan?

Haruskah aku memaksakan diri pada Asih tanpa perduli bagaimana kedepannya, toh ia tak akan lama disini, dan ada mama yang bisa merawat gadis itu di kemudian hari?

Haruskah ia mengaku pada wanita cantik mempesona yang usianya tak jauh dari usianya sendiri itu dan menikmati waktunya yang tersisa bersamanya?

Haruskah aku membahagiakan diriku sendiri dengan semua hal yang ada?

Aku mesti bagaimana?

Dalam pengertiannya sebelumnya, Akira hanya merasa sebagai seorang penumpang di tubuh ini. Tapi ternyata ketika waktunya sudah ditentukan, ternyata ia merasa tak sanggup untuk meninggalkan semua hal ini tak terselesaikan. Terlalu banyak hal yang belum ia capai. Akira terseret dalam labirin kebingungan dalam pikirannya yang makin penuh dengan haruskah dan bagaimana kalau...

"Lep..."

Sedikit kaget, Akira menoleh dan makin terpana ketika ternyata mama yang memanggilnya.

Melihat ekspresi di wajah pemuda yang duduk di besi pembatas area parkir yang teduh itu, wanita itu tersenyum lembut dan duduk disebelahnya.

"Aku tak tahu apa yang ada dalam pikiranmu, dan selama kau tak mau membaginya, aku tak akan menanyakannya, Lep. Hanya saja, kawan lain menunggu, dan kau pasti tak ingin membuat mereka merasa tak nyaman dengan tampangmu saat ini kan?"

Aku dan kamu?

Apa jadinya dengan mama dan adek?

Dan kolep???

Akira tertawa kecil tanpa sadar ketika pikiran itu muncul selintas, menggeser setiap hal berat disana.

"Astaga, Ma, sudah sejauh apa mama tersesat coba?" godanya pada wanita muda yang langsung saja tertawa mendengar gurauan anaknya ini.

"Jangan jadi perusak pesta. Mama baru enjoying my new role. Awas ya nanti di rumah." balasnya ditengah tawanya.

Akira tertawa dan berdiri. Melihat mama tertawa seperti itu, ternyata membuat pikirannya seakan meng-konsumsi narkotika tingkat tinggi. Otaknya sontak tenang dan tak banyak berulah dengan menghadirkan beragam hal yang memberatkan pikirannya.

"Maaf deh kalau begitu. Ayo, Sis. Makan terus pulang, kasihan Sekar di rumah sendiri mulu." jawabnya sambil mengulurkan tangannya pada mama.

Mama tersenyum manis dan menyambut tangan yang terulur itu dan tak melepasnya ketika mereka kembali berjalan memasuki warung makan itu menuju serombongan ribut yang tak henti berteriak san bercanda itu.

Sudahlah, setahun-pun jadilah. Biarkan saja apa yang akan datang. Kuhadapi saat itu datang...

Mau tak mau Akira berusaha berdamai dengan semua pikirannya saat ini. Untuk saat ini, ia benar-benar tak ingin jadi perusak suasana dengan bertingkah seperti peminjam pinjol gagal bayar yang diteror harian di garis waktunya. Saat ini, ia benar-benar ingin menikmatinya saja. Biarlah semua yang akan datang nanti, akan ada waktu untuk memikirkannya baik-baik.

......................

Waktu masih berlalu dengan manis bagi Akira. Ia terus saja menolak untuk memikirkan kondisinya. Ia akan berusaha mengalihkan pikirannya ke berbagai hal lain ketika rasa gamang akibat waktunya yang tersisa itu muncul. Hanya saja malam sebelum keberangkatan mama kembali ke Singapura kembali menguji pemikirannya.

Wanita cantik itu hampir selalu bersama Akira selama waktunya di Indonesia, dan bahkan tanpa Akira sadari, kedekatannya seringkali menimbulkan debaran-debaran rasa yang layaknya berada diantara wanita dan pria. Hanya saja Akira selalu berusaha menekannya sekuat dia bisa. Hal yang wajar sebenarnya jika kondisinya berbeda.

Mama memang sangat cantik. Badannya bahkan lebih mempesona daripada kawan-kawan sebayanya di basecamp. Dan sebagai seorang lelaki dewasa, meski hanya dalam bentuk jiwa, bagi Akira untuk menolak pesona wanita secantik itu, dengan kepribadiannya yang unik, hampir bisa dibilang tak mungkin. Hanya saja, apapun yang mungkin terjadi mustahil untuk dilakukan. Akira sadar bahwa apa yang ia rasa bukanlah sesuatu yang perlu untuk dipertimbangkan sama sekali. Susahnya, wanita muda itu sama sekali tak membantu. Mungkin saja wajar ketika sikapnya itu dikaitkan dengan posisinya sebagai seorang ibu, tapi tetap saja Akira berusaha sekuat tenaga untuk menolaknya. Namun tetap saja, entah tak menyadari kalau orang yang dia anggap sebagai putranya itu sudah beranjak dewasa atau memang sengaja, mama seringkali melakukan hal-hal yang memancing hal buruk untuk terjadi.

"Ma, kan kursinya masih banyak, kenapa mesti disini sih?" keluh Akira ketika mama yang sebelumnya membawa minuman dan makanan ringan tiba-tiba ikut duduk di depan TV bersamanya. Hanya saja, wanita muda memilih untuk berbaring di paha Akira dan melingkarkan tangan pemuda itu ke badannya sendiri.

"Ish, bawel sih. Besok mama sudah mau kembali ke Singapura lho. Kamu nggak pernah mau manja-manja sama mama, ya udah, mama aja yang manja-manja sama kamu." cetusnya sambil memeluk erat tangan Akira.

"Lha, ehm, ah... Kalau dibilang begitu sih, tapi... Ya udah, posisinya nggak enak ini." jawab Akira tanpa daya. Dari posisinya saat ini, ia akan disuguhi pemandangan menggugah hasrat karena kaos yang digunakan wanita itu sedikit tersingkap jika ia menunduk sedikit saja. Sementara dengan tangan yang dipeluk erat, sensasinya benar-benar sulit untuk ditahan.

"Bodo. Adek udah sering bertingkah macam pria tua yang lupa manja-manja. Biarin mama begini dulu." balasnya tanpa perduli sedikitpun dan malah mengeratkan pelukannya ke tangan Akira.

Akira makin panas dingin!

Sejak beberapa waktu, mama tak lagi banyak menggunakan baju gaun atau apa ketika di rumah. Ia lebih memilih memakai celana pendek dan kaos seperti banyak wanita muda seusianya. Dan susahnya, dari sensasi yang dirasakan Akira saat ini, wanita muda ini tak menggunakan baju lain dibalik kaos yang ia kenakan.

Sementara wanita itu terus berbicara dan bercanda tentang segala macam hal yang muncul di TV, Akira terus saja berkutat dengan dirinya sendiri.

Huh, setan alas kebakaran jenggot! Gimana caranya orang bisa bertahan kalau begini caranya??!

Tanpa henti, Akira terus mengutuk dalam hati, sementara wanita itu seakan tak perduli. Ia terus saja berceloteh riang tanpa melepaskan tangan Akira, membuat pemuda itu makin belingsatan panas dingin dibuatnya.

1
Akbar Asahan
Lagi fokus baca dulu ya kak
Dpangky: ahihihi, silahkan
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!