NovelToon NovelToon
Cinta Seorang Mafia Kejam

Cinta Seorang Mafia Kejam

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Mafia / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:24.5k
Nilai: 5
Nama Author: rnsa

Nayla adalah seorang wanita cantik yang pekerjaannya tidak menentu, ibunya sudah meninggal sementara ayahnya pergi yang entah kemana.

Tanpa sengaja Nayla mendengar percakapan dua orang yang berencana ingin membunuh seseorang. Yang pertama nyawa Nayla terselamatkan lalu Nayla bertemu lagi dengan pria itu. Nayla pun diculik dan dibawa ke mansion miliknya untuk dijadikan sebagai pelayan pribadi melayani selama 24 jam.

Lambat laun perubahan sikap pria itu berubah-ubah, Nayla tidak bisa menebak kepribadian si pria pembunuh ini. Bahkan Nayla menjadi bahan gosip oleh para pelayan karena ulah si pembunuh. Pada suatu hari mereka pergi ke pasar, ada seseorang yang ingin menusuk Nayla dengan pisau.

Bagaimana kehidupan Nayla di mansion si pria pembunuh? Akankah bernasib baik atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rnsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Salah tingkah

HAPPY READING!!!

.

.

.

Terdengar suara gemuruh petir, pagi hari yang biasanya ada matahari kini langit terlihat masih gelap karena hujan akan segera turun. Terdengar rintikan suara hujan mulai turun membasahi tanah, saat ini seorang wanita masih tertidur dengan posisi duduk.

Dari tadi malam hingga pagi ini Rayan memegang tangan Nayla, tangan Rayan tidak lepas dari tangan Nayla. Setelah Rayan diperiksa oleh dokter, Nayla pun sedikit tenang dan sepanjang malam Nayla tidak bisa tidur dengan tenang bahkan dalam beberapa menit pasti terbangun makanya pagi ini Nayla sangat kelelahan.

Beberapa saat kemudian Rayan membuka kedua matanya. “Di mana aku?” bingung seperti bukan di kamarnya sendiri.

Rayan merasa sedang memegang sesuatu, perlahan Rayan melihat ke arah samping seketika terkejut melihat ada Nayla tertidur di bawah sana.

“Kenapa dia tidur di sini?” batin Rayan. “Apa yang terjadi padaku tadi malam? Pingsan? Bagaimana bisa?” meringis menahan luka tembaknya.

Rayan menyadari bahwa tangannya sedang memegang tangan Nayla itu pun langsung dilepasnya begitu saja, Nayla terbangun dari alam bawah sadarnya dan merasakan seluruh badannya sakit.

Nayla merentangkan kedua tangannya. “Astaga seluruh badanku terasa sangat sakit.” Menggerakkan jari-jarinya.

Rayan menatap bingung Nayla. “Kenapa kau bisa ada disini? Dan kenapa kau juga tidur disini?” tiba-tiba melihat kancing baju bagian dadanya terbuka. “Kyaaa kau… Apa yang kau lakukan tadi malam?”

Nayla melempar handuk kecil di tangannya ke badan Rayan. “Berbicara apa kau ini, tadi malam aku…” Menatap Rayan dengan wajah kesalnya. “Bukannya berterima kasih kepadaku, malah memarahi dan berdebat denganku.”

“Di mana Luke dan Arga?” tanya Rayan karena tadi malam kedua temannya itu bersamanya.

“Setelah kau dibawa kesini, aku menyuruh mereka pergi.” Ucap Nayla.

“Kenapa kau malah mengusir mereka berdua dari sini, memangnya kau siapa?” Rayan menaikkan sebelah alisnya.

“Aku? Ya pelayan pribadimu, aku menyuruh mereka pergi agar kau bisa beristirahat.” Jelas Nayla.

Dengan pelayan Rayan mengangkat kedua tangannya karena ingin mengancing bajunya itu tetapi tangannya terasa sangat nyeri membuatnya kesusahan. Tapi Rayan bukan pria lemah, ia memaksakan kedua tangannya itu walaupun sakit.

“Apa kau ingin aku bantu?” Nayla menawarkan bantuannya merasa tidak tega melihat Rayan yang seperti itu.

“Tidak perlu, diamlah disitu! Kalau kau melihat, yang ada nanti kau jadi bernafsu kepadaku.”

“Ishh… Si-siapa juga yang bernafsu denganmu, padahal tadi malam a-aku hanya…”

“Apa yang kau lakukan tadi malam hah?” tanya Rayan memotong penjelasan Nayla yang terbata-bata.

Nayla menggeleng cepat. “Tidak ada, tadi malam aku hanya mengelap keringat di wajah dan lehermu, tidak ada yang lain.” Jelasnya.

“Benarkah?”

Nayla mengangguk. “Tentu saja.”

Nayla pun duduk di atas ranjang lalu mendekati Rayan, seketika Rayan langsung menghindarinya dengan penuh kewaspadaan.

“Mau apa kau?”

Nayla menarik tangan Rayan lalu membantu mengancing bajunya. “Aku hanya ingin membantumu, diamlah.”

Rayan berusaha melepaskan tangan Nayla dari bajunya. “Menjauh lah, aku bisa sendiri.”

Nayla menatap Rayan. “Cobalah.”

“Aku…”

“Jangan gengsi untuk meminta bantuan kepadaku, aku akan membantumu mengancing baju.”

Kini wajah mereka berdua sangat dekat, sesaat mereka saling tatapan tanpa sadar ada seseorang yang sedang memperhatikan mereka. Rayan menoleh dan melihat Abe (Kepala pelayan) sedang berdiri di tengah-tengah kamar itu, dengan cepat Rayan mendorong Nayla hingga membuatnya ingin terjatuh ke bawah ranjang.

“KYAAAA KENAPA KAU MALAH MENDORONGKU.” Teriak Nayla.

Rayan menatap tajam Abe (Kepala pelayan). “Sejak kapan kau berdiri disitu? Kenapa langkahmu tidak terdengar?”

Abe (Kepala pelayan) menggelengkan kepalanya. “Tadi saya udah mengetuk pintu tetapi tidak ada sahutan apapun.” Nyengir.

Rayan menoleh Nayla. “Kau juga kenapa masih berdiam disitu? Kembalilah ke kamarmu!!!” usirnya.

Nayla menghentikan salah satu kakinya lalu berjalan keluar dari kamar tamu, Abe (Kepala pelayan) meletakkan minuman di atas meja kecil samping ranjang.

“Apa yang dilakukan oleh wanita itu tadi malam disini?” tanya Rayan.

“Sepanjang malam Nona yang merawat dan menjaga Tuan Rayan.” Jelas Abe (Kepala pelayan). “Sepertinya tadi malam juga Nona terjaga karena mengkhawatirkan kondisi Tuan.”

“Aku? Kenapa aku?”

“Setelah diobati dokter, tiba-tiba badan Tuan mendadak panas makanya Nona khawatir.”

Setelah mendengar itu Rayan menyuruh Abe (Kepala pelayan) keluar dari kamar itu, sementara Rayan berbaring kembali di atas ranjang menatap langit-langit kamar.

“Kenapa dia mengkhawatirkan aku?” batin Rayan bertanya-tanya.

.

.

.

Jam menunjukkan pukul 9 pagi, Nayla berjalan keluar kamar lalu masuk ke dalam mansion untuk sarapan pagi sambil tersenyum. Berharap hari ini adalah hari keberuntungan bagi dirinya. Nayla melihat Rayan keluar dari kamar tamu itu, Nayla tidak memperdulikannya. Nayla tetap saja melangkahkan kedua kakinya melewati kamar tamu disusul Rayan.

Sesampai di ruang makan, Rayan duduk di depan Nayla. Nayla sama sekali tidak peduli dengan kedatangan Rayan membuat Rayan terheran dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah menjadi seperti itu.

Sesaat Rayan menatap Nayla. “Ada apa denganmu? Kenapa kau terlihat marah? Apa salahku?”

Rayan mengambil daging lalu memotong beberapa bagian, setelah itu Rayan meletakkan piring yang berisi daging itu di depan Nayla.

“Terima kasih tadi malam kau sudah merawat dan menjagaku.” Ucap Rayan.

“Sudah menjadi tugasku sebagai pelayan pribadimu, bukan begitu?” tersenyum tipis.

“Sebagai pelayan? Benarkah? Sepertinya tadi malam kau sangat mengkhawatirkanku.”

Sesaat Nayla berdehem dan menelan saliva nya. “Wa-wajar saja aku merasa khawatir dengan kondisimu itu karena kau Tuanku! Bagaimana kalau kau mat*? Nasibku akan menjadi malang ditinggal majikan.” Nayla berusaha mencari alasan agar Rayan percaya dengan ucapannya.

Rayan hanya menarik ujung bibirnya lalu memasukkan potongan daging ke dalam mulutnya. Tidak lama kemudian mereka berdua selesai sarapan bersama, Nayla menarik tangan Rayan dan membawanya ke kamar tamu.

Rayan melepas paksa tangan Nayla. “Apalagi yang ingin kau lakukan?”

“Aku ingin membantumu mengganti perban.”

Rayan menjauhkan tangannya itu dari Nayla. “Tidak perlu, kau kembali saja ke kamar samping.” Berdehem. “Apa kau juga ingin melihat dadaku?”

“Bu-bukan itu maksudku, berbicara apa kau ini?” kesal Nayla. “Aku ingin mengganti perban tanganmu.”

“Tapi dibagian dadaku juga ada luka.” Ucap Rayan dengan wajah jahilnya. “Bagaimana? Apa kau tertarik ingin mengobati di bagian dada? Masa kau hanya mengganti dibagian tanganku saja?”

Nayla membulatkan kedua matanya. “Kyaaaa jangan gila kau, kau ganti saja sendiri.” Berlari keluar dari kamar tamu sambil menahan rasa malu karena digoda Rayan.

“KENAPA KAU PERGI? BUKANKAH KAU INGIN MENGGANTI PERBAN KU?” teriak usil.

.

.

.

Nayla berjalan keluar dari mansion, dari tadi tidak henti-hentinya mulutnya bergumam kesal. Wajah Nayla berubah menjadi merah muda, tidak kuat menahan rasa malunya.

“Nona, kenapa wajah Nona merah?” tanya Abe (Kepala pelayan) yang sedang berjongkok di dekat kolam ikan.

“Wajahku?” Nayla memegang kedua pipinya. “Tidak ada, hanya kepanasan.” Berlari melewati kolam renang.

Sesaat Abe (Kepala pelayan) mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat langit. “Awan masih mendung, seharusnya dingin bukan karena kepanasan.” Menggeleng heran. “Atau mungkin wajah Nona merah karena kedinginan?”

...Bersambung…....

Jangan lupa dukung karya ini agar Author tidak malas untuk melanjutkan ceritanya:)

1
Secret
terima kasih kakak sudah mampir 🤗💜
@Intan.PS_Army🐨💜
cerita nya seru kak 🌹🌹🌹🌹🌹
Valen Angelina
jgn2 bos besar nya papa nayla wkkwkw
Amisaroh
padahal bagus ceritanya tpi kok sepi ya
Secret: terima kasih kakak sudah mampir🤗Semoga suka dengan ceritanya
total 1 replies
marrydianaa26
mampir thor, mampir juga ya dikarya aku😆
Secret
Terima kasih yang sudah mampir, jangan salah lapak ya🤗hargai penulis yang menulis karyanya jangan asal komentar diluar dari cerita penulis💗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!