Pengantin Pengganti Bu Dosen

Tidak berapa lama pramusaji sudah mengantarkan berbagai macam pesanan makanan berikut minumannya yang di pesankan oleh Gilang untuk istri tercintanya.

Gilang memilih tiga jenis menu makanan yakni Nyonya Fried Rice, Chicken Curry Laksa, dan Mango Crispy Chicken.

"Maa syaa Allah, apakah ini tidak kebanyakan, Mas?'' Nada begitu sangat terkejut ketika pramusaji mengantar berbagai jenis makanan untuk dirinya.

"Jika tidak habis biar aku yang membantu untuk menghabiskannya hunny!"

Gilang merasa gemas melihat wajah baby face milik Nada, ingin sekali dirinya memberi sentuhan hangat di bibir manis sang istri. Tapi, Gilang berusaha menahan diri, ia tidak ingin gegabah untuk kembali melancarkan aksinya mengingat sang istri yang baru dalam proses pemulihan pasca sakitnya dan sedang dalam mode lapar. Tentunya Gilang lebih memilih membebaskan sang istri untuk bernafas sejenak.

Netra Nada terlihat berbinar kala melihat menu Nyonya Fried Rice yang terdiri dari nasi goreng tradisional yang disajikan dengan sate ayam, ayam goreng krispi, udang, telur, dan acar.

 Sepintas Nada melihat nasi goreng itu seperti nasi goreng biasa, tetapi potongan kacang panjang yang dicampur bersama nasi goreng membuat menu makanan itu terasa segar dan menggugah selera.

"Mas yang ini menu berkuah, wah ... ini sepertinya enak sekali!" Nada mencicipi Chicken Laksa yang dipadukan bersama Mi telur dan mihun dengan kuah santan yang disajikan bersama daging ayam atau bebek fillet, dan tahu goreng terasa pas dan nikmat dilidahnya.

"Iya sayang, makannya pelan-pelan ya? kau boleh menikmati semua hidangan yang ada. Jika ingin hidangan yang lebih segar, kamu bisa mencoba Mango Crispy Chicken ini, aku suapi ya?" Gilang sengaja memanjakan sang istri.

 Nada yang sudah terlanjur merasa nyaman bersama Gilang, tanpa rasa sungkan dan malu iapun menerima suapan sang suami dengan lahapnya.

"Mas makan juga dong! aku suapin ya? dari tadi aku perhatikan Mas hanya mengutamakan diriku. Aku ingin Mas juga menikmati hidangannya!"

Nada menyuapi Mango Crispy Chicken untuk Gilang. Menu tersebut tak kalah menggoda selera, digoreng garing dengan taburan wijen, serta disajikan dengan salad mangga dengan dilengkapi nasi putih yang mengepul hangat hingga membuat Gilang begitu menikmati hidangan tersebut apalagi yang menyuapi adalah sang istri tercintanya.

"Maa syaa Allah, ia manis dan tampan sekali seperti oppa Korea! duh, suami berondongku menggemaskan sekali!" monolog Nada sambil mengingat kembali adegan mesranya dengan Gilang yang mampu membuat tubuhnya panas dingin.

"Kenapa sayang? aku memang tampan, kamu baru menyadari ya?" Gilang seolah bisa membaca pikiran sang istri.

"Jika dinilai dengan menggunakan nilai mata kuliah, aku bisa mendapatkan nilai A plus-plus karena ketampanan dan pesona ku ini!" Gilang terlihat kepedean. Ia sengaja berkata demikian untuk menggoda sang istri.

"Dasar suami gombal, ihh ... Tapi aku suka!" ucap Nada yang mulai geregetan dengan suami berondongnya, iapun mencubit kedua pipi Gilang yang halus dan kenyal itu.

"Wah, mirip pipi para artis yang sedang naik daun. Pasti ikutan pakai skincare mahal seperti idola ternama itu, ya?" Nada terus menoel-noel pipi lembut Gilang, hingga sentuhan halus tangan Nada membangkitkan partikel yang tersembunyi dalam diri Gilang.

"Kau sudah membangkitkan gair*hku sayang, jangan salahkan aku jika menginginkan ini!" Gilang menempelkan jari telunjuknya di bibir Nada sehingga membuat tubuh Nada meremang.

Nada yang baru menyadari jika tingkah absurdnya telah membangunkan singa lapar, membuatnya bergidik ngeri saat melihat tatapan mata Gilang seolah menginginkan hal yang lebih terhadap dirinya.

"Mas, nanti malam saja ya? inikan sudah sore, kita habiskan dulu makanannya. Kita bersih-bersih dulu, sabar ya sayang!" Nada mengusap lembut kedua pipi Gilang, ia menatap sang suami dengan tatapan penuh kasih yang kini telah bertumbuh dihatinya.

"Janji ya sayang?" ucap Gilang sambil mengusap bibir Nada yang basah karena sentuhan air mineral yang baru saja ditegak oleh Nada lantaran berusaha menetralkan kegugupannya kala mendapati sang suami mulai meminta haknya untuk segera ditunaikan.

"I-iya, Mas." Nada berucap sambil gemetar, membuat Gilang semakin usil ingin mengerjai sang istri.

"Mau apa, Mas? aku belum mandi, habis makan. Pasti bau, Mas." Tubuh Nada semakin bergetar hebat, ia merasakan seluruh tubuhnya mulai meremang kala Gilang menyingkap pasmina yang ia kenakan hingga menampakkan leher jenjangnya yang putih mulus.

"Boleh ya?" ucap Gilang dengan tatapan mata sayunya.

Nada ingin menolak, akan tetapi hati tak dapat membohongi segala rasa. Iapun menginginkan sentuhan hangat suami berondongnya.

Sore yang indah itu, Gilangpun kembali mengecapi bibir manis sang istri. Tidak sampai disitu Gilang juga memberikan sentuhan kissmark di leher putih Nada sebagai tanda kepemilikannya.

"Masss!" Nada mengerang nikmat kala Gilang menyentuh dan menyusuri dua aset berharganya.

Sentuhan suami berondongnya membuat Nada seketika terbang kepuncak nirwana yang indah.

"Sayang, kau begitu sangat memabukkan!'' puji Gilang sambil merem*s dua aset berharga milik sang istri.

Nada terlihat pasrah kala Gilang telah berada di atas tubuhnya, entah siapa yang menuntun dan memulainya, kini keduanya telah berada di ranjang pengantin yang empuk hingga menambah gelora yang ada.

Keduanya benar-benar menikmati alunan nada cinta yang penuh dengan kesyahduan. Nada menarik-narik rambut Gilang kala merasakan tubuhnya mengejang hebat merasakan sensasi nikmat dibawah sana.

Meskipun keduanya belum menyelami kenikmatan lembah surgawi yang sebenarnya. Namun sentuhan hangat yang berkabut gair*h itu mampu membuat Nada menggapai puncak kenikmatan yang tiada tara.

Gilang tersenyum nakal kala melihat sang istri begitu menikmati sentuhan hangatnya. "Terimakasih istriku!" ucap Gilang menyudahi aktivitas hangat mereka meskipun belum unboxing keduanya sama-sama menikmati permainan mereka barusan.

"Mas, aku malu!" ucap Nada dengan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Gilang. Lupalah keduanya tentang status mahasiswa dan dosen diantara keduanya.

Nada sendiri telah melanggar batasannya, surat perjanjian kontrak pernikahan yang sempat ia buat hampir semua poin sudah ia langgar. Termasuk bersentuhan fisik.

"Jadi, surat perjanjiannya tidak sah dan dibatalkan! bukan begitu Bu Nada Rindu Kinandita!" Gilang sengaja menggoda sang istri, sehingga semburat merah semakin merona di pipi Nada.

"Mas, jangan menggodaku! kau ini!'' Nada memukul kecil dada bidang milik sang suami, hingga tanpa sengaja bagian dari tubuhnya menempel dengan sesuatu milik Gilang yang sudah berdiri tegak di bawah sana.

"Sayang, kau telah membangunkannya!" ucap Gilang yang kembali terbakar kabut gair*h.

"A-aku, aku tidak sengaja Mas!" Nada terlihat gugup, iapun sontak melepaskan pelukannya dari tubuh Gilang.

"Tunggu sayang, mau kemana?" Gilang hendak berlari mengejar Nada, akan tetapi sang istri sudah berlali kencang dan masuk ke kamar mandi sambil menjulurkan lidahnya dengan ekspresi wajah yang terlihat berbinar karena telah berhasil mengerjai sang suami yang kini sedang menahan kabut gair*hnya.

"Dia mempermainkan ku, awas aja nanti malam giliranku yang beraktivitas di atasnya!" Gilang merasa tertipu oleh Nada, namun ia bahagia akhirnya Nada mulai menerima pernikahan mereka dan sudah merasa nyaman bersamanya.

"Maafkan aku suamiku, kau benar-benar menggodaku! dan aku tidak bisa terus berlama-lama di sampingmu," gumam Nada sambil merendamkan tubuhnya di bathub. Nada benar-benar tidak menyangka secepat ini dia jatuh hati pada sosok berondong manis setara Gilang Prasetya.

"Ternyata rasa cinta dan benci itu bedanya tipis!" Nada tersenyum-senyum kala membayangkan sentuhan hangat suami berondongnya, lupa lah ia tentang cinta dan rasa kecewanya terhadap Galang Saputra yang telah mengkhianatinya.

Ikatan halal antara Gilang dan Nada membuat kedua anak manusia itu tak bisa dipisahkan meskipun sejuta aral melintang kini hendak menghalangi keduanya. Namun, mereka tetap bertahan dalam biduk rumah tangga yang baru mereka bangun beberapa waktu itu.

"Sayang, ini sudah 30 menit berlalu! apa kau sudah menyelesaikan ritual mandi mu? aku sangat mengkhawatirkan mu!" Gilang mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi. Ia merasa gelisah lantaran sang istri belum keluar-keluar dari dalam sana.