NovelToon NovelToon
Legenda Kaisar Roh

Legenda Kaisar Roh

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Spiritual / Reinkarnasi / Roh Supernatural / Light Novel
Popularitas:776
Nilai: 5
Nama Author: Hinjeki No Yuri

Di tepi Hutan Perak, pemuda desa bernama Liang Feng tanpa sengaja melepaskan Tianlong Mark yang merupakan tanda darah naga Kuno, ketika ia menyelamatkan roh rubah sakti bernama Bai Xue. Bersama, mereka dihadapkan pada ancaman bangkitnya Gerbang Utama, celah yang menghubungkan dunia manusia dan alam roh.

Dibimbing oleh sang bijak Nenek Li, Liang Feng dan Bai Xue menapaki perjalanan berbahaya seperti menetralkan Cawan Arus Roh di Celah Pertapa, mendaki lereng curam ke reruntuhan Kuil Naga, dan berjuang melawan roh "Koru" yang menghalangi segel suci.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hinjeki No Yuri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Roh Kura-Kura Menuntun Mereka ke Gua Bawah Tanah

Matahari pagi baru saja menampakkan sinarnya di ujung timur ketika Liang Feng dan Bai Xue meninggalkan Desa Bayangan. Embun kristal menetes perlahan dari helaian daun pinus, menciptakan kilauan bagai permata di atas dedaunan yang rapuh. Tanah lembap di tepi Sungai Bayangan mengeluarkan aroma segar, perpaduan tanah basah dan harum lumut yang menenangkan. Dua pertapa muda, Yan Hua dan Qian Li, mengikuti jejak mereka dengan hati-hati. Masing-masing dari mereka membawa obor ramuan asap biru, pedang suci mungil dan kantong penuh ramuan penyembuh.

Liang Feng membuka jalan, menapaki batu-batu kecil yang tertata alami mengikuti alur sungai. Dia menatap peta kasar yang telah diwarnai dengan tinta permai, garis-garis biru mewakili arus Sungai Bayangan, sedangkan tanda merah menunjukkan pos-pos roh yang pernah dikunjunginya. “Roh Kura-Kura berkata bahwa pintu gua tersembunyi di antara akar-akar purba.” gumamnya, suaranya nyaris tenggelam oleh gemericik air. Bai Xue mengerling, bulu peraknya berpendar redup di bawah kabut pagi saat ia terbang rendah di samping Liang Feng.

Di sinilah letak rahasianya… bisik Bai Xue dalam benak Liang Feng. Matanya menelusuri tepi sungai hingga berhenti pada lekukan akar pohon raksasa yang menjulur panjang.

Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah cerukan di tepian sungai disana terdapat sebuah pohon ek-perak raksasa, batangnya seukuran satu pondasi rumah kecil. Akar-akar tebalnya menjalar semrawut, menumpuk dan membentuk lengkungan alami yang seolah-olah membuka gerbang menuju dunia lain. Lumut hijau tua menyelimuti setiap celah, menciptakan pola ukiran alam yang indah sekaligus misterius. Liang Feng mengerem langkahnya, dada terasa berdebar saat ia menuntun mata pada pahatan lembut di pangkal akar yang berpola garis-garis halus menyerupai sosok naga melingkar, motif yang sama persis seperti dalam naskah Roh Kura-Kura.

“Lihat….” bisik Liang Feng pelan kepada Yan Hua, sambil menunjuk pada pahatan naga itu. Yan Hua mengangguk perlahan, mata bersinar kagum. Qian Li menyalakan obornya, asap birunya mengepul membentuk kabut kecil di sekitar mereka.

Bai Xue pun mendarat di akar paling menonjol, bulu peraknya bersinar lembut saat ia menyalurkan aura peraknya. Cahaya temaram merambat di permukaan kayu, menembus lapisan lumut hingga terlihat celah tipis. Liang Feng merendahkan diri, meletakkan tangan di atas akar, merasakan getaran halus seakan sedang membuka pintu yang lama terkunci. Perlahan, akar-akar itu bergeser satu per satu, membuka ruang sempit yang memancarkan hawa dingin lembap. Udara dalam gua itu beraroma batu basah dan lumut kuno, mengundang rasa penasaran sekaligus kewaspadaan.

“Masuklah.” bisik Bai Xue, suaranya lembut namun tegas. Dari dalam kegelapan terdengar gemericik tetesan air, seakan menyambut langkah mereka ke kedalaman yang tak pernah dijamah manusia.

Liang Feng menarik napas panjang, memasang obor asap biru di dinding akar, lalu melangkah masuk paling depan. Suasana langsung berubah intim dan mencekam ketika dinding gua sempit, berlumut, dengan akar-akar menonjol seperti tentakel raksasa yang menggantung dari langit-langit. Butiran embun jatuh sesekali, membentuk riak kecil di genangan air di lantai gua. Bai Xue terbang di atas mereka, sinarnya yang lembut menebar ke lengkungan gelap, menuntun langkah mereka pelan tapi pasti.

“Jaga barisan.” perintah Liang Feng pelan. Yan Hua dan Qian Li berdiri rapat di belakang, obor mereka menyala terang, mengejar kegelapan. Kilau asap biru mengiris arus lembut di udara, menampilkan lukisan-lukisan kuno di dinding dengan gambaran lima pilar naga mengelilingi sebuah kubah berbatu yang memiliki simbol Inti Neraka Roh.

“Di sinilah ujian pertama dimulai.” desah Bai Xue di benak Liang Feng, menambahkan getaran semangat sekaligus kewaspadaan.

Mereka menyusuri koridor, dindingnya berkelok seolah saling berpelukan. Sesekali batang akar memelintir keluar, memaksa mereka membungkuk. Di satu titik, Liang Feng berhenti, meraba pahatan ukiran naga kecil di dinding yang merupakan petunjuk bahwa mereka mengikuti jalur yang benar. Suara tetesan air terus memandu, membentuk irama lembut yang menenangkan sekaligus menggetarkan.

Setelah berjalan beberapa puluh meter, ruang yang lebih luas terbentang. Empat pilar naga besar berdiri tegak, masing-masing setinggi hampir tiga meter, berlapis lumut hitam dan retakan halus yang memancar aura kelabu. Pilar-pilar itu nampak seperti penjaga abadi, siap memeriksa kesucian setiap jiwa yang datang. Di tengah ruangan, tanah menggantung menajam membentuk lubang bulat, dimana disana terdapat inti gua bawah tanah yang diyakini mengarah ke tempat Inti Neraka Roh tersegel.

Liang Feng memberi tanda pada teman-temannya untuk berkumpul. Ia mengangkat tongkat kecil berukir naga, melantunkan mantra.

“Tianlong Mark, lenturkan kegelapan,

Buka pintu Neraka, pancarkan terang.”

Energi hijau-perak keluar dari ujung tongkat, berkelindan dengan aura perak Bai Xue. Cahaya mereka bertubrukan, menciptakan pancaran kilauan yang menembus kegelapan, menyingkap retakan kecil pada pilar-pilar naga. Namun, retakan itu justru memicu gelombang energi kegelapan yang meradang dengan suara gemuruh halus terdengar dari celah, menandakan kesadaran roh-roh penjaga yang terbuang.

Tiba-tiba, bayangan-bayangan roh koru menyeruak dari balik pilar. Wujud mereka mirip ular berkepala naga, tubuhnya bersisik hitam mengkilap dengan detak cahaya merah di sela-sela sisik. Mereka meluncur cepat, mengepung ruangan itu.

“Bersiaplah!” teriak Liang Feng. Ia menyambar pedang naga dari sarungnya, mengayunnya ke depan. Gelombang energi hijau melesat, mencabik-cabik sisik kegelapan. Bai Xue memutar tubuhnya di udara, ekornya berputar membentuk cakram cahaya perak, menerobos barisan bayangan, memecah kegelapan dan menenangkan pilar-pilar yang bergetar.

Yan Hua dan Qian Li tidak gentar. Yan Hua melancarkan tendangan tombak dengan gerakan berelin tapi kuat, menembus bayangan roh terkecil. Qian Li sibuk mengayun tongkat kayu putih, memotong energi kegelapan yang mencoba menjalar ke permukaan dinding. Keempatnya bergerak lincah, saling melengkapi dengan serangan ofensif Liang Feng dan Bai Xue, dukungan defensif dari Yan Hua dan Qian Li.

Dalam keriuhan itu, suara gemuruh halus bergema, terdengar bagai bisikan dari dalam tanah.

“Dengan keberanian suci dan hati murni,

Kalian telah melewati pintu pertama…”

Suara itu terdengar hampir seperti ciuman lembut di pikiran Liang Feng, memberi semangat baru dan menenteramkan ketegangan. Semangatnya melonjak, ia memimpin serangan terakhir. Sebuah tebasan memantulkan cahaya hijau yang tajam, menghancurkan bayangan terakhir. Tubuh pilar-pilar bergetar, gelombang energi menyebar.

Saat kegelapan mereda, pilar-pilar berdiri hening, lumut hitam terkelupas di beberapa retakan, memperlihatkan batu tua yang masih kuat. Akar-akar dan lumut gelap perlahan luruh, menguak celah menuju jalur menurun yang lebih dalam dengan tangga batu licin yang dipenuhi ceceran kristal hitam, memantulkan sinar obor seperti bintang-bintang kecil.

Liang Feng menghembuskan napas panjang, berkeringat dingin mengalir di dahinya. “Inilah pintu menuju lima pilar neraka… Kita harus ekstra hati-hati, setiap langkah akan diuji dengan jebakan roh paling ganas.” ujarnya, suaranya tenang namun tegas. Ia menoleh pada Bai Xue, yang menyalurkan aura peraknya membentuk perisai pelindung tipis di sekeliling mereka.

“Bersama-sama.” gumamnya sambil mengulurkan tangan. Bai Xue hinggap dengan jemarinya menyentuh tangan Liang Feng. Kilauan peraknya melebur dengan energi hijau dari tongkat, menciptakan aura pelindung hangat yang menenangkan detak jantung mereka sekaligus memperkuat tekad semuanya.

Yan Hua dan Qian Li mengatur posisi, menyalakan obor asap biru mereka agar lebih terang. Ruang itu kembali hening, hanya suara napas dan detak jantung yang terdengar. Mereka menatap lekukan tangga yang menurun ke kedalaman, kegelapan yang amat gelap menanti di bawah.

Liang Feng mengangkat obor, memberi isyarat. “Ayo… mari kita bongkar satu demi satu pilar neraka dan segel Inti Neraka Roh selamanya.”

1
Oertapa jaman dulu
Menarik dan berbeda dg cerita lainya
Awal cukup menarik... 👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!