"Hentikan berbuat konyol untuk menarik perhatianku, segera tanda tangani surat cerai?!" kata pria itu sedikit arogan.
Lisa menatap pria itu, dan tidak mengenalinya sama sekali. Kecelakaan yang dialami membuatnya amnesia.
Lisa tak lagi memandang Jonathan penuh cinta, dan bahkan setuju untuk menandatangani surat cerai. Namun, sikap yang acuh malah membuat Jonathan kalang-kabut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon erma _roviko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Anna memeluk Lisa dengan erat, menunjukkan empati dan dukungan kepada sahabatnya yang sedang patah hati.
"Aku tahu kamu sedang patah hati, tapi aku punya obatnya!" seru Anna dengan senyum ceria, mencoba mengalihkan perhatian Lisa dari kesedihannya.
Anna memiliki banyak cara untuk membuat Lisa bahagia dan melupakan masalahnya. Mungkin mereka bisa melakukan sesuatu yang menyenangkan bersama, seperti berbelanja, menonton film, atau mencoba hobi baru.
Anna siap membantu Lisa melewati masa sulit ini dan menemukan kebahagiaan kembali.
"Dasar pelupa, aku masih amnesia dan tidak tahu apa-apa mengenai Jonathan. Jadi, apapun situasi yang panas, aku tidak akan kepanasan," ujar Lisa santai dan acuh tak acuh, seolah-olah dia tidak peduli dengan situasi yang sedang terjadi.
Anna menatap Lisa dengan takjub, memberikan dua jempol tangan sebagai apresiasi atas sikap santai Lisa.
"Aku traktir makan es krim," tawar Anna, mencoba menghibur Lisa.
Lisa mengangguk senang, dan kemudian meminta Anna untuk menemaninya mencari rumah baru yang letaknya sangat strategis.
"Oh ya, temani aku juga mencari rumah baru yang letaknya sangat strategis," pinta Lisa sedikit memohon, dia sudah merencanakan untuk memulai hidup baru.
"Kamu ingin pindah?" Anna terkejut, tidak percaya bahwa Lisa sudah memikirkan untuk meninggalkan rumahnya saat ini.
Namun, Lisa mengangguk dengan mantap, menunjukkan bahwa dia sudah siap untuk memulai hidup baru.
"Cepat atau lambat aku bercerai dengan si brengsek itu, jadi sediakan payung sebelum hujan," jelas Lisa tegas, menunjukkan bahwa dia sudah tidak sabar untuk melepaskan diri dari pernikahannya yang tidak bahagia.
Anna memahami keputusan Lisa dan siap mendukungnya dalam setiap langkah yang dia ambil.
"Aku tahu siapa yang bisa membantu!" kata Anna dengan senyum misterius, membuat Lisa semakin penasaran.
"Siapa?" tanya Lisa, mencoba memancing informasi dari Anna, tapi sahabatnya itu hanya tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa lagi.
Lisa semakin penasaran dan mencoba menebak-nebak siapa orang yang dimaksudkan oleh Anna.
Anna hanya tersenyum dan menggelengkan kepala.
"Tunggu saja."
Lisa tidak menyangka jika orang yang dimaksud Anna adalah Alex, teman lama mereka.
Namun, dia sedikit kesal karena Anna memiliki banyak alasan untuk tidak datang, seperti memberikan peluang untuknya berduaan dengan Alex.
Lisa tersenyum kikuk, merasa sedikit tidak nyaman dengan kehadiran Alex.
Namun, Alex tidak tampak terganggu oleh reaksi Lisa. Dia fokus menunjukkan rumah dengan letak yang strategis, menjelaskan kelebihan dan kekurangan rumah tersebut.
Lisa mencoba memperhatikan penjelasan Alex, tapi dia tidak bisa tidak memikirkan interaksi mereka sebelumnya.
Alex tampak profesional dan fokus, membuat Lisa sedikit terkesan.
Setelah mempertimbangkan beberapa pilihan, Lisa akhirnya memutuskan untuk memilih rumah yang tidak jauh dari kota dan dekat dengan akses fasilitas umum.
Dia merasa bahwa lokasi ini sangat strategis dan memudahkan dirinya untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Dengan rumah baru ini, Lisa berharap bisa memulai hidup baru yang lebih baik dan lebih nyaman. Dia juga merasa lega karena sudah memiliki rencana untuk masa depan, dan siap untuk meninggalkan masa lalunya yang tidak bahagia.
"Apa ini pekerjaanmu?" tanya Lisa, penasaran dengan profesi Alex yang bisa membuatnya memiliki gaya hidup mewah.
Dia teringat saat Alex hadir di acara reuni dengan penampilan yang sangat stylish dan elegan, serta mobil yang dikendarainya yang memiliki harga fantastis.
Alex tersenyum dan menjelaskan bahwa dia bekerja sebagai pengembang properti, yang membuatnya memiliki pengetahuan luas tentang pasar properti dan gaya hidup yang sesuai dengan statusnya.
Penjelasan Alex membuat Lisa semakin yakin bahwa dia telah membuat pilihan yang tepat dengan meminta bantuan Alex dalam mencari rumah baru.
"Eh, itu seperti Lisa istrimu," ucap Meira seraya menunjuk dua orang yang tampak akrab, yaitu Lisa dan Alex.
Jonathan menatap ke arah yang ditunjuk oleh Meira, dan setelah memastikan bahwa itu benar-benar Lisa, dia merasa sedikit tidak nyaman.
Jonathan kemudian menepis tangan Meira yang melingkar ke tangannya, seolah-olah ingin menunjukkan bahwa dia tidak ingin terlalu dekat dengan Meira saat ini.
Perhatian Jonathan sepenuhnya teralihkan pada Lisa dan Alex, yang tampak sangat akrab dan bahagia.
Meira tersenyum manis, menikmati reaksi Jonathan yang tampak tidak nyaman ketika melihat Lisa dengan Alex. Bagi Meira, ini adalah kesempatan yang sempurna untuk memanfaatkan situasi dan menjatuhkan Lisa.
Sementara itu, Lisa terkejut mendengar suara deheman yang mengganggu, dan dia menoleh ke sumber suara. Ketika dia melihat Jonathan, dia merasa sedikit terkejut dan tidak nyaman.
Jonathan tampaknya memiliki ekspresi yang tidak biasa, seakan dia telah berhasil mengungkap perselingkuhan sang istri.
Lisa tersenyum mengejek melihat suaminya yang datang bersama wanita lain, Meira.
"Apa dia pria yang sama mengantarmu pulang?" tanya Jonathan, menatap Lisa dengan menyelidik dan sedikit cemas.
Lisa mengangguk dan berdiri, mengenalkan mereka satu sama lain dengan nada yang santai.
"Namanya Alex," kata Lisa dengan lugas. Lalu, dengan nada yang sedikit berbeda dan sedikit sinis, Lisa melanjutkan.
"Dan Alex, perkenalkan ... pria ini adalah suamiku, dan di sebelahnya selingkuhannya."
Perkenalan ini membuat suasana menjadi tidak kondusif, dan Jonathan terkejut karena Lisa mempermalukannya di depan orang lain.
Wajah Jonathan memerah karena marah dan malu, sementara Meira terlihat tidak nyaman dengan situasi yang terjadi.
Alex, di sisi lain, terlihat tenang dan tidak terpengaruh oleh drama yang sedang berlangsung.
"Apa-apaan semua ini, tidak masuk akal," protes Jonathan, mencoba menepis perkataan Lisa dan menjaga citranya agar tidak tercemar.
Namun, Lisa tampaknya tidak peduli dengan reaksi Jonathan dan terus menunjukkan sikapnya yang santai dan percaya diri.
"Kamu tidak perlu bersikap seperti ini, Lisa," kata Jonathan, mencoba menenangkan situasi.
Namun, Lisa hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. "Kamu tidak perlu khawatir tentang aku, aku sudah tahu apa yang aku lakukan."
Suasana menjadi semakin tegang, dan Meira terlihat ingin melarikan diri dari situasi yang tidak nyaman ini.
Alex, di sisi lain, terlihat menikmati drama yang sedang berlangsung, dan dia tidak melakukan apa-apa untuk menenangkan situasi.
Dia membalikkan badan dan berjabat tangan dengan Alex. Setelah itu, dia membalikkan badan dan berjalan pergi meninggalkan adegan memalukan itu.
Dengan langkah tegap dan percaya diri, dia melangkah pergi tanpa menoleh ke belakang. Lambaian tangan yang santai dan elegan membuat kesan bahwa dia adalah wanita yang kuat dan mandiri.
Dia meninggalkan kesan bahwa dia tidak peduli dengan pendapat orang lain dan tidak mau terjebak dalam drama yang tidak perlu. Dengan keberanian dan kepercayaan dirinya, melangkah pergi meninggalkan masa lalunya yang tidak bahagia.
“Sekali lagi kamu melangkah, aku menceraikanmu!” teriak Jonathan dengan nada mengancam, menunjukkan betapa frustasinya terhadap Lisa yang semakin lama semakin membuatnya kesal.
Lisa tidak peduli dengan ancaman Jonathan, dia tahu bahwa itu hanya sekedar kata-kata yang tidak memiliki makna.
Jonathan semakin kesal karena merasa tidak bisa mengendalikan Lisa, dan ulah-ulah Lisa semakin membuatnya pusing.
Dia merasa bahwa Lisa telah melewati batas dan tidak lagi menghormatinya sebagai suami.
Ancaman perceraian yang diucapkan Jonathan mungkin hanya sebagai upaya terakhir untuk menunjukkan kekuasaannya, namun Lisa tidak lagi takut dengan ancaman tersebut.
Lisa tersenyum miring. “Selingkuh teriak selingkuh,” gumamnya yang sudah hafal dengan pola pikir suaminya.
cinta nanti dulu biarakam si Alex membuktikan jangan cuma ngomong doang