Difitnah, ditalak, dan diusir suaminya tidak membuat seorang wanita bernama Mila menyerah. Dia tetap bertahan demi untuk mendapatkan hak asuh anaknya.
Setelah dipisahkan dengan anaknya, Mila akan terus berjuang untuk mendapatkan anaknya kembali.
Apa yang akan Mila lakukan agar Aluna bisa kembali ke dalam pelukannya lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Adnan di pesta
Mila menatap tajam seorang lelaki yang sedang berdiri bersama seorang wanita cantik nan seksi di dalam pesta itu.
Mata Mila mulai memanas saat dia melihat Adnan bersama Monika ada di dalam pesta itu juga. Namun Mila berusaha untuk tidak menangis.
Mila mundur ke belakang dan bersembunyi di balik punggung Zaki yang sedang ngobrol dengan rekan-rekan bisnisnya. Mila tidak mau Adnan tahu kehadirannya di pesta itu.
Kenapa aku harus ketemu Mas Adnan dan wanita itu di sini sih. Kenapa Mas Zaki harus ngajakin aku ke sini, batin Mila.
Zaki sejak tadi masih mengobrol dengan Pak Prasetyo sang Tuan rumah. Dia sama sekali tidak menyadari kalau Mila sudah pergi darinya.
Zaki menatap ke sampingnya berdiri.
"Lho, Mila ke mana. Kenapa dia malah pergi," ucap Zaki.
Pak Prasetyo menatap Zaki lekat.
"Kenapa Pak Zaki? cari siapa?" tanya Pak Pras.
"Saya cari teman saya Mila. Tadi dia ada di samping saya. Tapi dia tidak tahu pergi ke mana."
"Mungkin teman anda sedang ke toilet Pak Zaki."
"Iya, mungkin."
Zaki melanjutkan ngobrol-ngobrol dengan Pak Pras tanpa dia tahu, kalau saat ini Mila sedang menangis di depan rumah Pak Pras.
Hiks...hiks...hiks...
"Kenapa Mas Adnan begitu cepat melupakan aku. Kenapa dia sudah menggandeng wanita lain. Padahal kami kan belum resmi bercerai," ucap Mila di sela-sela tangisannya.
Mila sesekali mengusap air matanya. Dia sebenarnya sudah tidak sanggup untuk melihat kedekatan Adnan dengan wanita lain. Tapi Mila tidak mungkin mengajak Zaki dan memaksanya untuk pulang. Mila lebih memilih untuk menghindar dari Adnan dari pada dia harus berkumpul di dalam pesta itu bersama orang-orang kaya itu.
"Mila," ucap Adnan.
Mila terkejut saat mendengar suara berat Adnan.
Mila mengusap air matanya dan langsung menatap Adnan lekat.
"Mas Adnan."
"Mila, kamu ngapain di sini? kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Adnan bingung saat melihat Mila ada di pesta besar bosnya.
Adnan tidak tahu, kenapa Mila bisa ada di dalam pestanya Pak Pras.
"Kamu sendiri, kenapa kamu ada di sini?'" Mila balik bertanya.
"Aku ke sini karena aku dapat undangan dari Pak Pras. Pak Pras kan Bos aku di kantor. Kamu sendiri? siapa yang ngundang kamu ke sini?"
"Aku ke sini sama..." Mila menghentikan ucapannya saat dia melihat Monika mendekatinya dan Adnan.
"Mas Adnan, aku cariin, ternyata kamu ada di sini?" ucap Monika.
Adnan menatap Monika lekat.
"Sayang, kamu lama sekali ke toiletnya. Aku gerah di dalam. Jadi aku keluar."
"Maaf ya Mas. Kalau kamu udah nungguin aku lama," ucap Monika.
"Iya. Nggak apa-apa."
Monika menatap Mila lekat.
"Kok, mantan istri kamu bisa ada di sini? siapa yang ngundang dia ke sini," ucap Monika.
"Aku juga nggak tahu, kenapa dia bisa ada di sini."
"Kamu kenapa malah di luar sih Mas. Ayo kita masuk ke dalam," ajak Monika.
"Aluna nangis nyariin aku. Aku harus pulang sekarang," ucap Adnan.
Mila terkejut saat mendengar ucapan Adnan.
"Mas, Aluna kenapa?"tanya Mila.
"Itu bukan urusan kamu," jawab Adnan ketus.
"Mas jangan gitu dong Mas. Aluna juga anak aku. Aku juga berhak tahu, keadaan dan kondisi Aluna. Aluna gimana Mas kabarnya?"
"Aluna baik-baik saja tanpa kamu. Sebentar lagi, dia pasti akan melupakan kamu Mila."
Mila menghela nafas dalam. Mila tahu, kalau Adnan bicara seperti itu hanya untuk membuat Mila kesal. Dan Mila harus bisa mengendalikan emosinya saat bicara dengan Adnan.
"Mas, untuk apa sih kamu ngeladenin dia. Nggak penting banget tahu nggak. Kita masuk yuk! acara belum selesai Mas."
"Nggak. Aku mau pulang. Tadi ibu nelpon. Katanya Aluna nangis dan ibu minta aku pulang. Dan aku harus pulang sekarang Mon," ucap Adnan sembari menatap Monika lekat.
"Ya udah kalau gitu. Aku ikut kamu pulang ya sayang," ucap Monika yang sengaja memanggil Adnan sayang, untuk membuat Mila cemburu.
Adnan mengangguk. Tanpa bicara sedikit pun dengan Mila, Adnan dan Monika pergi meninggalkan Mila.
Mila hanya bisa menatap Adnan dan Monika sampai mobil mereka menghilang dari hadapan Mila.
"Kenapa hati aku sakit banget begini, saat melihat sikap Mas Zaki dan Monika. Kenapa mereka harus menunjukan kemesraan mereka di depanku," gumam Mila. Setetes air mata Mila, membasahi pelupuknya lagi.
Setelah cukup lama Mila ada di luar rumah Pak Pras. Zaki tiba-tiba saja menghampiri Mila.
"Mila, kenapa kamu ada di sini. Aku fikir tadi kamu ke toilet," ucap Zaki.
Mila diam. Dia sejak tadi masih disibukan dengan tangisannya.
"Mila, kamu kenapa?" tanya Zaki menatap Mila lekat.
Zaki meraih wajah Mila dan menghadapkan wajah Mila ke wajahnya.
"Kamu nangis?" ucap Zaki sembari mengangkat dagu Mila.
"Aku nggak apa-apa," ucap Mila sembari mengusap air matanya.
Zaki menghela nafas dalam. Zaki tidak tahu kenapa Mila menangis. Niat Zaki mengajak Mila ke pesta, karena dia ingin membuat Mila melupakan masalahnya dengan mantan suaminya. Tapi entah kenapa Mila malah semakin sedih saat diajak ke pesta.
"Kamu kenapa Mil? kenapa kamu nangis?" tanya Zaki.
"Aku nggak apa-apa Mas."
"Bohong. Kamu pasti bohong kan. Kamu jangan bohongin aku Mil. Nggak mungkin kamu nangis tanpa sebab."
Mila menghela nafas dalam sebelum dia cerita dengan Adnan apa masalahnya.
"Seharusnya Mas Zaki nggak usah ngajakin aku ke sini Mas," ucap Mila.
Zaki mengernyit bingung.
"Kenapa Mil? apa yang sudah terjadi sama kamu?"
"Tadi aku ketemu sama mantan suami aku."
Zaki terkejut saat mendengar ucapan Mila.
"Apa? kamu ketemu sama mantan suami kamu? terus?"
"Aku nggak sanggup melihat dia mesra-mesraan sama cewek lain."
Hiks...hiks...hiks...
Mila kembali menangis. Kali ini tangisnya semakin kencang saja."
Zaki hanya tersenyum saat melihat Mila.
"Mila, Mila, kamu ini kenapa sih Mil? kamu belum bisa move on dari mantan suami kamu. Dia itu kan sudah talak kamu, ngusir kamu, dan dia juga sudah mengajukan gugatan cerainya ke pengadilan. Itu artinya, dia sudah tidak cinta sama kamu. Lalu, kenapa kamu harus tangisi lelaki seperti dia."
Mila menghela nafas dalam. Dia kemudian menatap Zaki lekat.
"Sepuluh tahun, bukan waktu yang sebentar Mas. Aku sudah sepuluh tahun hidup dengan Mas Adnan. Tidak mudah untuk aku melupakan kenangan-kenangan masa lalu aku dengan Mas Adnan juga Aluna."
"Oke aku tahu itu Mil. Tapi setidaknya, belajarlah sedikit untuk menerima kenyataan, kalau sebentar lagi kamu akan cerai dari dia. Aku harap, kamu ngerti maksud aku Mil."
"Jangan kamu menatap ke belakang Mil. Tatap lah ke depan, dan jangan kembali menatap ke belakang. Karena waktu saja berjalan maju, bukan mundur. Aku tahu kamu cinta sama ayahnya Aluna. Tapi aku juga yakin, kamu pasti bisa melupakan dia kalau kamu mau berusaha."
Mila mengusap air matanya.
"Iya Mas. Aku ngerti maksud kamu. Mulai sekarang, aku akan belajar untuk melupakan masa lalu aku dengan Mas Adnan."
"Bagus itu Mil"
"Mungkin aku bisa melupakan Mas Adnan. Tali aku tidak akan bisa melupakan Aluna."
"Kalau itu aku tahu Mil. Tidak ada seorang ibu yang bisa melupakan anak kandungnya sendiri. Karena selamanya anak kandung itu, tidak akan pernah jadi mantan. Tapi kalau suami, jika sudah cerai, dia akan jadi orang lain."
karena ketika enak sj yg d kejar setelah dapat akan di balik kondisinya. apalagi kau memulai ny dgn tidak baik.
.
buat koreksi aj kak, agar ke depan ceritanya lebih enak di baca, ^^