NovelToon NovelToon
Perempuan Yang Tak Boleh Dipanggil Ibu

Perempuan Yang Tak Boleh Dipanggil Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Penyesalan Suami / Era Kolonial / Mengubah Takdir
Popularitas:47k
Nilai: 5
Nama Author: Hayisa Aaroon

1927. Ini kisah tentang seorang garwo ampil (istri selir) yang melahirkan anak yang tak boleh memanggilnya ibu.

Ini kisah tentang lebarnya jurang bangsawan dan rakyat kecil,
tapi bukan semata-mata tentang ningrat yang angkuh atau selir yang hina.

Ini kisah tentang perempuan yang kehilangan haknya di era kolonial, terbentur oleh adat dan terkungkung kuasa lelaki.

Ini kisah tentang bagaimana perempuan belajar bertahan dalam diam, karena di masa itu, menangis pun tak akan menggetarkan hati siapapun yang haus akan derajat.

Dilarang plagiat, mengambil sebagian scene atau mendaur ulangnya menjadi bentuk apapun. Apabila melihat novel serupa, tolong lapor ke IG/FB: @hayisaaaroon.

Novel ini bukan untuk menghakimi, melainkan untuk menyuarakan mereka yang dibungkam sejarah; perempuan-perempuan yang terkubur dalam catatan kaki, yang hidupnya ditentukan oleh kehendak patriarki yang mengatasnamakan adat, agama, dan negara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hayisa Aaroon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32. Sistem yang Busuk

Marius tersenyum getir. "Itu masalahnya. Karena ada dua sistem ini, hukumnya juga jadi rumit. Ningrat dihukum menggunakan hukum apa? Hukum kolonial yang ketat? Atau hukum adat yang lebih longgar?"

Dia diam sejenak, menatap Pariyem yang tampak semakin bingung.

"Pemerintah kolonial memilih jalan tengah, membiarkan ningrat dihukum dengan cara mereka sendiri kalau ada yang bersalah, kecuali kalau kasusnya sangat besar sampai mengancam kekuasaan kami. Karena kalau kami terlalu keras, ningrat akan memberontak. Kalau ningrat memberontak, rakyatnya ikut memberontak. Kalau rakyat memberontak, kekuasaan kolonial akan runtuh."

Pariyem mengangguk pelan, mulai paham. "Jadi ... pemerintah Belanda butuh ningrat untuk menjaga rakyat tetap patuh. Itu sebabnya ningrat tetap mendapat prioritas dan dilindungi meski berbuat semena-mena pada rakyat kecil?"

"Persis." Marius menatapnya dengan tatapan kagum, perempuan ini lebih cerdas dari yang dia kira. "Itulah kenapa orang seperti Kusumawati sangat sulit dijatuhkan. Dia bukan hanya ningrat biasa. Dia punya pengalaman lama mendampingi pejabat tinggi. Dia mantan istri bupati, sekaligus ibu dari Bupati yang kami andalkan untuk menjaga wilayah ini tetap stabil. Kalau kami hukum dia, pendukungnya bisa tidak terima. Kalau pendukungnya membalas, seluruh kadipaten bisa goyah."

Pariyem mengerutkan dahi, tidak sepenuhnya mengerti mengenai pendukung.

Marius menghela napas panjang lagi. "Bisa berbahaya jika dia mempengaruhi rakyat untuk mogok kerja di pabrik-pabrik orang Eropa, dan masih banyak lagi intrik yang bisa dilakukan. Sistem ini memang tidak adil. Sangat tidak adil. Tapi itulah cara pemerintah kolonial dengan jumlah orang Eropa yang sedikit, menggunakan tangan ningrat untuk memukul rakyat mereka sendiri. Ningrat mendapat keuntungan gaji dan fasilitas, kerajaan Belanda meraup keuntungan lebih untuk membangun negeri yang jauh di sana."

Hening sejenak. Pariyem mencerna semua itu dengan kepala yang sedikit pusing tapi paham.

"Jadi …," suaranya pelan, "rakyat seperti saya tidak akan pernah mendapat keadilan?"

Marius menatapnya lama. Lalu menjawab dengan suara yang jujur menyakitkan.

"Dalam sistem ini? Sangat sulit. Hampir tidak mungkin."

Dia bangkit dari kursi, berjalan ke jendela, menatap ke luar dengan tangan di belakang punggung.

"Golongan ningrat itu ... diistimewakan. Pemerintah kami menjaga hubungan baik dengan para bangsawan lokal untuk meneguhkan kekuasaan. Karena tanpa dukungan mereka, akan sangat sulit mengontrol jutaan rakyat pribumi."

Marius berbalik, menatapnya. "Jadi kalau ada ningrat yang melakukan korupsi, bahkan pembunuhan sekalipun, sangat sulit menghukum mereka seperti rakyat biasa. Paling banter ... mereka hanya akan diasingkan ke tempat yang jauh. Ke pulau terpencil. Tapi tetap mendapat uang bulanan dari pemerintah untuk hidup di pengasingan."

Dia kembali ke kursinya, duduk dengan napas berat. "Kebanyakan dari mereka akan mati di pengasingan karena usia tua atau sakit. Jarang yang benar-benar dihukum berat. Karena kalau dihukum langsung; ditangkap, dipenjara, apalagi dihukum mati, itu akan sangat berbahaya."

"Berbahaya bagaimana, Tuan?" tanya Pariyem dengan suara goyah.

"Akan memicu pemberontakan. Ningrat seperti Kusumawati itu punya pengaruh besar. Keluarga besar yang juga ningrat. Pendukung dari berbagai kalangan. Semua pejabat di bawah bupati, semuanya masih ada hubungan kekerabatan dengan mereka. Apalagi Bupati Soedarsono juga didukung kuat oleh kalangan santri; Kiai Hasan dan pesantren-pesantren besar. Kalau kami menyentuh ibunya tanpa bukti yang sangat kuat dan proses yang sangat hati-hati, bisa-bisa terjadi pemberontakan massal. Darah akan tumpah. Banyak nyawa melayang."

Senyum di bibir Pariyem langsung surut. Lenyap. Digantikan kekecewaan yang sangat dalam.

Ternyata pemerintah kolonial pun tidak bisa berbuat banyak. Ternyata perempuan itu terlalu kuat untuk dijatuhkan. Terlalu terlindungi oleh sistem yang busuk.

Tapi Marius mengangkat tangan, menghentikan kekecewaan itu sebelum terlalu dalam.

"Meskipun tidak bisa menghukum seperti rakyat biasa, tapi ada yang bisa dilakukan."

Pariyem mendongak, mata kembali berbinar penuh harap.

"Paling tidak, pengawasan akan semakin ketat untuk proyek-proyek berikutnya. Kami akan menekan sekecil mungkin kesempatan korupsi. Menempatkan pengawas-pengawas yang lebih jujur. Audit keuangan yang lebih rutin dan mendadak."

Dia menatap Pariyem dengan tatapan serius. "Dan mungkin ... ada cara-cara lain yang lebih efektif tanpa menimbulkan perpecahan antara pemerintah kolonial dan kalangan bangsawan. Cara yang lebih ... halus. Tapi tetap menyakitkan bagi mereka."

Pariyem diam. Agak pusing mendengar begitu banyak tentang politik kolonial yang rumit. Tapi dia bisa memahami intinya; tidak ada hukuman langsung untuk Kusumawati. Tidak ada penjara. Tidak ada hukuman mati.

Yang ada hanya pengawasan lebih ketat. Dan "cara-cara halus" yang tidak jelas bentuknya.

"Sistem ini memang rumit, Nyonya. Saya sendiri tidak bisa berbuat banyak. Ada beberapa pejabat Belanda yang berusaha menegakkan kebenaran; melaporkan korupsi ningrat, penyalahgunaan wewenang, membela rakyat kecil yang ditindas. Tapi malah justru dipecat atau dipersulit dengan ditugaskan ke daerah rawan konflik, terpencil, akses sulit. Anda pernah mendengar Eduard Douwes Dekker?"

Pariyem menggeleng pelan.

"Seorang yang bekerja dengan jabatan seperti saya. Asisten Residen. Dia mencoba melaporkan Bupati Lebak yang sangat korup, memeras rakyat sampai kelaparan. Tapi tidak mendapat tanggapan dari atasannya. Malah diancam dipecat. Akhirnya dia mengundurkan diri, pulang ke Belanda, dan menulis buku yang mengungkap semua kebusukan sistem ini."

Dia tersenyum getir. "Bukunya sangat terkenal di Eropa. Max Havelaar judulnya. Novel ini mendorong kritik terhadap kerajaan Belanda, untuk membalas budi pada rakyat jajahan. Tapi di sini? Di Hindia? Tidak banyak yang berubah meski kerajaan telah menerapkan politik Balas Budi dengan adanya pendidikan, irigasi, dan transmigrasi. Bupati-bupati korup tetap berkuasa. Rakyat tetap diperas. Sistem tetap busuk."

Hening lagi. Hening yang berat.

Pariyem merasakan kekecewaan menggerogoti dada. Kalau pejabat Belanda seperti Marius saja tidak bisa berbuat banyak, apa yang bisa dilakukan olehnya? Perempuan jelata tanpa pendidikan, tanpa kekuasaan, tanpa apa-apa?

Tapi kemudian Marius bersandar, menatapnya dengan tatapan yang berbeda. Ada sesuatu di sana, sesuatu yang berbahaya tapi menjanjikan.

"Tapi tentu saja," ucapnya pelan, hampir berbisik, "saya punya cara sendiri agar perempuan itu tidak lagi semena-mena. Cara yang ... tidak resmi. Tapi efektif."

Pariyem mengangguk pelan. Meski kecewa, tapi dia tidak menyerah karena Kusumawati adalah satu-satunya penghalang antara dia dan putranya. Dan penghalang itu harus disingkirkan. Apapun yang terjadi.

Tapi sebelum itu, dia harus tahu. Harus memastikan bahwa Marius benar-benar tidak senang dengan Kusumawati.

Memastikan bahwa pria ini bukan hanya memanfaatkannya untuk kepentingan sendiri tanpa benar-benar berniat membantu.

"Tuan …," suaranya pelan, ragu. "Bolehkah saya bertanya sesuatu?"

Marius mengangguk. "Silakan."

Pariyem menarik napas dalam. "Kalau Tuan berkata bahwa sistem ini busuk ... kenapa Tuan menjadi bagian darinya?"

Hening.

Marius terdiam. Wajahnya sedikit tertunduk, menatap tangan yang terjalin di atas meja. Ekspresinya berubah dari tegas menjadi ... sedih. Lelah. Seperti orang yang sudah bertahun-tahun membawa beban berat yang tidak bisa dia lepaskan.

1
Ricis
keren Pariyem, bner² kelimpungan dah pk Bupati 😂
Ricis
gadis yg malang, kasihan sekali kalau smpai harus hancur masa depannya dgn pemuda lain 😱
Ricis
masak iya ibunya ga mengenali 🤔
Hayisa Aaroon: lampunya dimatiin kan 😅 siluetnya mirip
total 1 replies
Ricis
mantab Yem, buat pak Bupati smkin tergila² 😀
Umi Masitoh
😍😍😍
🌺 Tati 🐙
Yem oh Pariyem
Hana Nisa Nisa
ditunggu upnya ndoro
Fitriatul Laili
pei ling dimata sudarsono tetep iyem😃
Lannifa Dariyah
kasihan sekali istrinya. Soedarsono asal nikah aja tidak memberikan nafkah batin dengan adil kpd istri2nya.
Hayisa Aaroon: di Gerbang Tanah Basah dibagi giliran tiap malam gitu, Sumi yg ngatur 😂 justru di sini setelah Sumi g ada, Pariyem jarang dapat jatah karena Soedarsono dilarang ibunya ke sana, Ampe nyuri waktu.
total 1 replies
Kenzo_Isnan.
akhirnyaaaa . .
suwun kak . .
Hayisa Aaroon: sami-sami 🙏
total 1 replies
oca
jiiiah yang takut ditinggal sama iyem
oca
aaaiii yem yem udaj kayak satpam komplek yang siap siaga🤣
oca
udah gak tahan yem😬
Kustri
hah! rodo lego,
Rahma Amma
ndoro, kok dikit amat🤭
Anindya
malih, ndoro😁
Muhammad Arifin
lagi 😁😁😁
nn.maria
Luar biasa
Hana Nisa Nisa
hhhhh....tarik nafas dulu
💜⃞⃟𝓛 GITᗩᴳᴿ🐅༄⃞⃟⚡⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
lamaaa lamaaa Soedarsono jantungan jugaa...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!