Ini adalah kisah Si pemeran antagonis di dalam sebuah novel. Wanita dengan sifat keras hati, kejam, dan tidak pernah peduli pada apapun selama itu bukan tentang dirinya sendiri.
Seperti pemeran antagonis dalam sebuah cerita pada umumnya, dia ada hanya untuk mengganggu Si protagonis.
Tujuan hidupnya hanya untuk mengambil semua yang dimiliki Si protagonis wanita, harta, karir, kasih sayang keluarganya, bahkan cinta dari protagonis pria pun, ingin ia rebut demi misi balas dendamnya.
"Aku akan mengambil semua yang Karina dan Ibunya miliki. Aku akan membuat mereka menanggung karma atas dosa yang meraka perbuat pada Ibuku!" ~ Roselina ~
"Apa yang kau lakukan itu, justru membuat mu mengulang kisah Ibu mu sendiri!" ~ Arsen ~
"Ternyata, laki-laki yang katanya pintar akan menjadi bodoh kalau sudah berpikir menggunakan perasaannya, bukan otaknya!" ~ Roselina ~
Akankah Roselina Si wanita yang tak percaya dengan yang namanya cinta itu akan berhasil membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mawar berduri
"Ada yang ingin aku bicarakan!"
Arsen menatap punggung Rose. Sejak tadi Rose memang hanya duduk di depan meja kerjanya memandang isi dalam laptopnya.
"Katakan saja, aku mendengarkan!" Sahut Rose tanpa harus repot-repot berbalik menatap Arsen.
"Aku tidak suka bicara dengan seseorang yang masih sibuk sendiri!" Arsen pikir apa Rose tidak lelah. Seharian tadi mereka baru melangsungkan acara pernikahan dan sejak dua jam yang lalu Rose malah mengerjakan pekerjaannya. Padahal sekarang sudah jam satu malam, seharusnya mereka sudah beristirahat.
"Aku tidak harus berbuat sesuatu yang menyenangkan hatimu. Kalau kau mau bicara silahkan, kalau tidak ya diamlah!"
Arsen melotot di belakang Rose. Baru saja dia berusaha untuk menjadi lelaki yang mendominasi dalam hubungan mereka, kini dia malah langsung kalah telak oleh ucapan Rose.
"Setelah ini, kita akan tinggal di mana? Aku sudah siapkan rumah untuk kita berdua meski tidak sebesar mansion ini. Tapi kalau kau masih tetap ingin di sini dulu. Aku tidak akan memaksa mu untuk cepat-cepat pindah!"
"Aku tau alasan mu bicara seperti itu. Kau menawarkan rumah, tapi hati mu berharap kalau aku tetap akan tinggal di rumah ini. Dengan begitu, kau bisa berdekatan dengan Karin setiap hari. Benar begitu kan?"
Arsen lagi-lagi dibuat tersentak. Rose sepertinya memang cenayang karena bisa membaca seluruh pikirannya.
"Kalau memang benar, kau tenang saja. Untuk sementara aku memang masih tetap ingin tinggal di sini. Soalnya, tidak seru kalau aku langsung pergi!" Entah apa maksud ucapan Rose itu.
"Ada lagi yang ingin kau sampaikan?" Tanya Rose masih memunggungi Arsen.
"Tidak!"
"Baguslah, kalau begitu diam dan jangan ganggu aku!"
Arsen tersenyum kecut. Baru kali ini ada orang yang menyuruhnya sesuka hatinya seperti itu. Karin saja tidak pernah bersikap ketus dan suka memerintahnya seperti yang Rose lakukan itu. Parahnya Arsen justru diam dan tak bisa berbuat apa-apa.
Arsen yang kesal memilih membaringkan tubuhnya di ranjang milik Rose. Dia tak peduli nanti Rose akan tidur di mana. Salah sendiri wanita itu malah sibuk dengan pekerjaannya di malam pertama mereka. Meski Arsen tidak mengharapkan malam pertama itu akan terjadi, namun aneh saja ada wanita yang tetap bekerja sampai dini hari di malam pernikahan mereka.
Pria berusia dua puluh sembilan tahun itu terus menatap punggung Rose hingga kantuknya mulai datang. Matanya lekas terpejam tanpa menunggu Rose lagi. Padahal dia ingin tau apa yang akan Rose lakukan setelah ini atau minimal mereka akan berdebat masalah tempat tidur seperti pernikahan paksa pada umumnya.
Tapi ketika tidurnya mulai lelap, Arsen terpaksa harus bangun karena merasa kemihnya begitu penuh. Matanya yang begitu berat terpaksa terbuka.
Bayangan samar yang ia tangkap pertama kali adalah punggung yang sama seperti tadi sebelum ia menutup matanya karena kantuk.
Arsen langsung membuka matanya dengan lebar. Dia juga melihat jam yang berada di atas nakas. Sekarang sudah jam tiga pagi dan Rose belum beranjak dari sana.
"Apa dia tidak mengantuk?" Arsen saja begitu lelah, mengantuk dan badannya terasa remuk. Tapi wanita jahat itu, masih duduk dengan tegak di kursinya seperti tadi.
Arsen menyibak selimutnya kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Berusaha untuk tidak peduli dengan apa yang Rose lakukan saat ini. Mau tidur atau tidak, itu bukan urusannya.
Setelah mengosongkan kemihnya, Arsen kembali masuk ke dalam kamar. Kali ini, kursi di meja kerja itu sudah kosong. Arsen menatap wanita itu telah berbaring menyamping membelakangi tempatnya tadi.
"Secepat itu?" Gumamnya.
Sekarang Arsen ragu. Antara kembali ke tempatnya tadi untuk tidur, atau pindah ke sofa karena tidak ingin seranjang dengan Rose.
"Tidak perlu berpikiran yang macam-macam. aku tau kau tidak menginginkanku, aku juga tidak mungkin memperk*samu. Kita hanya berbagi tempat tidur saja. Kalau kau merasa tak sudi, ya sudah terserah padamu!"
Arsen terperangah tak percaya. Rose bahkan susah berbaring memunggunginya, tapi dia bicara seolah Arsen ada di depannya dan tak memberi kesempatan bagi Arsen untuk menjawab sama sekali.
Ingin mendebat pun Arsen tak ada tenaga lagi. Dia terlalu lelah dan ini sudah jam tiga pagi. Arsen lebih memilih menjatuhkan tubuh tingginya itu di tempat semula. Tepat di belakang Rose dan hanya berjarak beberapa jengkal saja dari Rose karena wanita itu berbaring menyamping.
Arsen buru-buru turun dari kamar karena sekarang sudah pukul delapan pagi. Dia memang tidak mengambil cuti dan hari ini ada janji dengan klien.
Sebenarnya matanya, rasa kantuk masih melanda dirinya. Namun dia tidak bisa membatalkan janji dengan klien yang telah ia buat sebelum hari pernikahannya ditentukan.
"Selamat pagi semua. Maaf aku bangun terlambat!" Sapa Arsen pada semua orang yang sudah mulai sarapan.
"Tidak masalah, kau pasti lelah. Ayo duduk dan lekas sarapan!" pinta Leo.
Arsen pun mengangguk kemudian matanya langsung tertuju pada Karin yang hanya diam memakan makanannya tanpa mau menatapnya sama sekali.
Arsen lekas duduk di samping Ethan yang juga diam dengan sarapannya itu. Sedetik kemudian, dia baru sadar kalau Rose tidak ada di sana.
"Kemana wanita gila itu?" Batin Arsen namun tak berani bertanya karena dia tak mau menganggu sarapan pagi semua orang yang ada di sana. Arsen tau mereka semua tidak menyukai Rose.
"Mau berangkat bersama?" Tawar Arsen ketika dia keluar bersama Karin.
"Jangan gila Arsen. Sekarang semua orang sudah tau kalau kau adalah suami Kakakku!"
"Tapi Karin.."
"Aku harus segera berangkat. Hati-hati saat berkendara!" Karin mengulas senyum tipisnya pada Arsen sebelum meninggalkan pria itu sendirian di depan mansion.
"Pastikan Nona Rose memakannya, katakan saja Bi Neti memaksa!"
Arsen menoleh karena mendengar suara Neti di belakangnya sedang bicara dengan salah satu sopir keluarga Martinez.
"Kenapa Bi Neti harus mengirimnya makan? Apa dia tidak bisa membelinya sendiri?" Arsen mendekat pada Neti.
"Membeli itu mudah Tuan. Tapi niatan untuk membeli atau memakan itu tidak ada. Nona Rose belum makan sejak tadi malam, tadi pagi berangkat pagi-pagi sekali dan belum sempat sarapan. Jadi saya mengirimnya makanan!"
Arsen mengernyitkan keningnya. Jadi Rose sudah pergi sejak pagi. Tadi saja Rose baru tidur jam tiga dan pergi pagi-pagi sekali. Lalu, Rose juga tidak makan apapun selama pesta pernikahan mereka. Kalau tadi malam tidak makan dan sampai pagi tadi tidak sarapan, berarti Rose belum makan apapun sejak kemarin.
"Aku rasa dia benar-benar gila!"
"Saya tau Tuan tidak mencintai Nona saya karena Tuan mencintai Nona Karin. Tapi dengan segala kerendahan hati saya selalu orang yang paling peduli dengan Nona Rose, saya mohon, kalau Tuan tidak mencintainya, setidaknya Tuan jangan menyakitinya!" Pinta Neti dengan tatapan mata yang begitu sendu hingga membuat Arsen tertegun.
"Layaknya bunga mawar, meski batangnya berselimut duri yang tajam, namun itu hanya sekuntum bunga yang bisa saja layu, atau dipetik dan menjadi patah kapan saja. Tapi ini bukan tentang mawar yang berduri!"
Arsen hanya menatap Neti yang kini pergi menjauh darinya melalui pintu samping.
"Apa maksudnya?"
blm sadarkahhh????!!