NovelToon NovelToon
Takdir Yang Telah Di Tentukan

Takdir Yang Telah Di Tentukan

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Riris Sri Wahyuni

dikisahkan ada seorang gadis desa bernama Kirana, ia adalah gadis yang pintar dalam ilmu bela diri suatu hari, ayahnya yaitu ustadz Mustofa menyuruh Kirana untuk merantau ke kota karena pikirnya sudah saatnya ia untuk membiarkan putrinya itu mempelajari dunia di luar desa

Kirana memenuhi permintaan sang ayah dan pergi ke kota yang jaraknya tak terlalu jauh dari kampung halamannya. dan di sinilah Kirana mulai di hadapkan dengan situasi yang menguji keberanian serta kesabarannya, pertemanan, Cinta segitiga sampai akhirnya ia bertemu dengan takdir yang memang telah di putuskan untuk dirinya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riris Sri Wahyuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berani di tempat yang benar

Dua hari setelahnya, semua berjalan apa adanya hari itu seperti biasa Kirana tiba di kampus dengan hati senang tapi Damai, ia seperti biasa selalu datang pagi dan hari ini ia tiba di kelas 06.15 karena hari ini adalah jadwalnya untuk membersihkan ruang kelas. setelah menaruh tas di kursi, Kirana bergegas ke pojok ruangan untuk mengambil sapu. ia pun mulai menyapu ruangan tersebut. tepat belum lama ia bersih-bersih, Saras tiba di sana.

"assalamu'alaikum" ucapnya pelan

Kirana menoleh, "waalaikumsalam, pagi Saras. " Saras membalas dengan anggukan. wanita itu masih sedikit malu-malu untuk menyapa teman barunya tersebut.Saras pun juga ikut mengambil sapu, ia berniat untuk membantu temannya itu tanpa bicara. Kirana yang menyadari sikap Saras tersebut itu pun tersenyum

"terima kasih. " ucapnya, ia tau kalau Saras berniat untuk membantu dia bersih-bersih, lalu mereka berdua pun bekerja sama untuk membersihkan ruangan tersebut. Saras terlebih dahulu telah selesai menyapu bagiannya dan ia berniat untuk mendorong debu tersebut ke tempat sampah, tetapi karena kurang memperhatikan, Saras tanpa sengaja mengarahkan debu tersebut terlalu cepat hingga mengenai pakaian seorang wanita yang barusan lewat di depannya.

Wanita yang terkena debu itu langsung menghentikan langkahnya. Dengan cepat ia menoleh, matanya menajam penuh amarah. Jemarinya yang halus namun berhiaskan cincin emas mengibas-ngibaskan ujung bajunya yang kini ternoda debu.

“Ya ampun!” serunya dengan nada tinggi dan penuh kejengkelan. “Lo nggak punya mata, ya?! Lihat dong orang lagi lewat!”

Suaranya nyaring menggema di dalam kelas yang masih sepi. Saras seketika menunduk, wajahnya pucat dan tubuhnya kaku. Ia memegang gagang sapu erat-erat, suaranya nyaris tak keluar.

“M-maaf… aku nggak sengaja,” ucapnya lirih.

Namun wanita itu malah melipat tangannya di dada, mendengus keras. “Nggak sengaja? Nggak sengaja sampai segini? Aduh, dasar ceroboh! Kalau lo mau jadi petugas kebersihan, ya jangan di jam orang-orang lewat, dong! Ganggu aja!”

Nada sombongnya terdengar jelas, bahkan dengan tatapan merendahkan seolah Saras tidak pantas ada di situ. Kirana yang sejak tadi menyaksikan dari kejauhan akhirnya meletakkan sapu di sudut ruangan dan berjalan mendekat. Tatapannya tenang, tapi sorot matanya tajam dan penuh ketegasan.

“Maaf,” ucap Kirana lembut tapi mantap, “tapi teman saya tadi sudah bilang kalau dia nggak sengaja. Lagipula, Saras nggak tahu kalau kamu lewat di situ. Jadi tolong, jangan ngomong seenaknya.”

Wanita itu langsung memutar tubuhnya ke arah Kirana, menatap dari atas ke bawah dengan gaya angkuh. “Dan kamu siapa? Pembela dia?” sindirnya sinis.

Kirana tersenyum tipis, namun suaranya tetap lembut dan menekan, “Bukan pembela, cuma seseorang yang tahu cara menghargai orang lain.”

Wanita itu sempat terdiam karena tak menyangka Kirana membalas dengan tenang. Beberapa mahasiswa yang baru datang menatap ke arah mereka, membuat suasana sedikit tegang. Kirana melanjutkan dengan nada lembut tapi penuh wibawa,

“Kita semua sama di sini, nggak perlu saling merendahkan cuma karena hal kecil kayak gini. Saras udah minta maaf, jadi tolong cukup sampai situ.”

Saras menatap Kirana dengan mata berkaca, antara lega dan kagum. Sementara wanita sombong itu tampak menahan gengsi. Ia mendengus pelan, mengibaskan rambutnya ke belakang.

“Hmph, dasar sok suci,” gumamnya sinis sebelum berbalik dan pergi dari kelas.

Begitu wanita itu pergi, Saras menatap Kirana dengan rasa terima kasih yang tulus. “te.. Terima kasih,"

Kirana mengangguk, "nggak masalah, kamu nggak papa? " Saras mengangguk

Kirana tersenyum hangat sambil menepuk lembut bahunya. “Saras. Kadang, kita memang harus tegas supaya orang tahu kalau diam bukan berarti bisa diinjak.”

Saras hanya bisa tersenyum malu, sementara Kirana kembali mengambil sapu, melanjutkan pekerjaan mereka berdua tapi kali ini, dengan semangat yang berbeda. begitu mereka selesai membersihkan, tiba-tiba Dewi datang menghambat keduanya.

"Hei Kirana! " Kirana menoleh

"bisa kita bicara sebentar? " tanyanya dengan wajah sedikit serius. Kirana setuju dan sebelum pergi ia berpamitan pada Saras lalu ia pergi mengikuti Dewi ke sebuah lorong sempit di dekat kelasnya.

"ada apa? " hanya Kirana dengan bingung.

"kau tau, siapa yang barusan kau ajak bicara tadi? " Kirana menggeleng pelan.

"dia Nadine, dia wanita terpandang dan terpopuler di kampus ini. semua segan untuk bicara padanya dan hari ini kau malah berani cari gara-gara dengan dia. "

Kirana menatap Dewi dengan ekspresi tenang. Tidak ada rasa panik di wajahnya, hanya sedikit keheranan. Ia menarik napas pelan sebelum menjawab.

“Begitu ya…” ucapnya lembut, lalu menatap Dewi dengan mata jernih. “Aku nggak tahu kalau dia seterkenal itu. Tapi tetap aja, itu nggak alasan buat seseorang ngomong seenaknya ke orang lain, kan?”

Dewi tampak terkejut dengan jawaban Kirana. “Kamu nggak ngerti, Kirana. Nadine itu orang yang berpengaruh di kampus. Dia bisa bikin kamu susah kalau dia mau. Banyak yang udah kena masalah gara-gara berani ngelawan dia.”

Namun Kirana hanya tersenyum tipis, suaranya tetap lembut tapi penuh ketegasan. “Aku nggak niat nyari masalah, Dewi. Aku cuma nggak suka lihat orang diperlakukan nggak adil. Saras nggak salah, dan aku cuma bicara yang seharusnya.”

Dewi menatapnya tak percaya. “Kamu berani banget, padahal kamu baru di sini.”

Kirana menunduk sebentar, lalu menatap Dewi lagi — kali ini dengan sorot mata yang dalam dan mantap. “Keberanian itu bukan soal lama atau baru, Dewi. Kadang, kalau kita diam waktu seseorang direndahkan, itu artinya kita ikut setuju.”

Suasana lorong jadi hening sejenak. Hanya suara langkah mahasiswa lain yang terdengar di kejauhan. Dewi menatap Kirana lama, seperti baru menyadari bahwa gadis berhijab lembut di depannya itu punya keberanian yang berbeda bukan keberanian karena emosi, tapi karena prinsip.

Akhirnya Dewi menghela napas, mengangkat bahu. “Kamu bener-bener beda, Kir… semoga aja Nadine nggak nyari masalah sama kamu.”

Kirana hanya tersenyum kecil, matanya menatap lurus ke depan. “Kalau pun dia datang, Aku akan menghadapinya, selagi kita benar nggak ada alasan buat merasa takut.”

Kalimat itu diucapkannya pelan, tapi tegas membuat Dewi hanya bisa terdiam dan dalam hati kagum terhadap keteguhan gadis yang baru ia kenal itu..

1
knovitriana
update
knovitriana
keren Thor
knovitriana
update Thor jangan lupa mampir
Johana Guarneros
Aku bener-bener kagum, teruslah menulis thor!
kawaiko
Aku sangat penasaran! Kapan Thor akan update lagi?
Riris Sri Wahyuni: Udah update nih, ayo buruan baca dan berikan komen kamu 🙏😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!