Ini adalah novel religi pertamaku. Banyak banget yang butuh perbaikan sana sini. jika ada yang tidak sesuai, othor terima banget masukannya.
Tiba-tiba dilamar oleh seorang Ustad, membuat Arin berpikir dan melakukan berbagai cara untuk membatalkan pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danie A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 25
Acara pernikahan sederhana antara Huda dan Arin berjalan dengan lancar. Keduanya saat ini sudah resmi menjadi pasangan suami istri.
Kini Arin dan Huda berbaring bersama di ranjang yang sama. Huda sudah terlelap, sementara Arin masih terjaga dan menatap Huda yang tidur di sampingnya.
"Kenapa Mas Huda malah tidur, sih?" batin Arin.
Bayangan Arin mengenai malam pertama indah pun pupus sudah. Karena terlalu lelah mengurus acara pernikahan, terpaksa Arin dan Huda pun melewati malam pertama mereka tanpa melakukan apa pun.
Arin agak menyesal, kenapa malam pertamanya hanya seperti ini? Jujur, Arin cukup menantikan malam pertamanya seperti pengantin-pengantin lainnya. Walaupun sebenarnya ia belum menerima Huda sepenuhnya, tapi wajar saja jika semua pengantin baru mengharapkan malam pertama yang mengesankan.
"Kamu mikir apa sih, Arin? Kamu lagi bayangin malam pertama?" gumam Arin sembari memukul-mukul dahinya sendiri yang sudah berpikir yang tidak-tidak. Wajah gadis itu kini sudah memerah.
"Masa' harus aku duluan sih yang minta? Malu, dong! Mukaku mau ditaruh di mana? Kemarin udah ngotot nolak diajak nikah, masa' sekarang malah mau minta jatah duluan?" oceh Arin lagi.
Sebelum Huda memutuskan untuk menginap di rumah Pak Agung, Riski sempat merengek dan tak rela meninggalkan Huda di rumah Pak Agung. Riski bahkan tak mau diajak pergi. Untungnya Nyai Rosyidah berhasil membujuk Riski dan membawa bocah kecil itu pulang tanpa Huda.
Saat ini pun, Huda menghabiskan malam pertamanya bersama dengan sang istri di kediaman Pak Agung dan menikmati istirahat pertamanya bersama dengan sang istri.
"Ayo tidur dong, Arin! Kenapa kamu nggak merem juga sih dari tadi?" omel Arin pada dirinya sendiri yang sejak tadi sibuk memandangi Huda.
Jantung Arin berdegup kencang dan matanya terus mengarah pada Huda. Pipi gadis itu sudah memerah, menahan malu. Wajah tampan Huda membuat Arin gugup dan tak bisa tidur.
Akhirnya, Arin pun dapat terlelap saat hari sudah larut. Huda bangun lebih dulu daripada Arin, dan segera membersihkan diri.
Pria itu sudah bersih dan wangi, tapi Arin masih terlelap di atas ranjang. Huda pun membangunkan sang istri dengan suara lembut pada Arin yang masih memejamkan mata.
"Arin, bangun!" seru Huda sembari mengguncang pelan tubuh sang istri.
Arin tidak bereaksi. Beberapa kali Huda mencoba mengguncangkan tubuh gadis itu dan memanggil namanya, tapi Arin masih tetap diam.
Gadis itu masih mengantuk karena tidak mendapatkan istirahat yang cukup. Semalaman Arin tak dapat tidur dengan nyenyak, karena baru pertama kalinya Arin tidur satu ranjang bersama pria, yaitu Huda.
Sepanjang malam gadis itu sibuk mengatur detak jantungnya yang berdegup tak karuan. Tidur bersama dengan Huda membuat jantungnya merasa tidak sehat seketika.
Setelah tak berhasil mendapatkan istirahat cukup, pagi-pagi sekali gadis itu sudah dibangunkan oleh aroma wangi tubuh sang suami. Huda terus mengguncang tubuh Arin, tapi gadis itu sengaja tak memberi respon.
Ya, Arin sebenarnya sudah bangun. Tapi gadis itu berpura-pura tidur. Arin merasa canggung dan malu di depan Huda. Karena itu, gadis itu lebih memilih untuk memejamkan mata saja meskipun sudah dibangunkan.
"Merem, Arin! Mendingan kamu tidur aja! Jangan buka mata!" batin Arin.
"Arin, kamu mau bangun kapan? Ayo, bangun!" seru Huda dengan suara lembut.
Karena caranya tak berhasil, terpaksa Huda pun mencari cara lain. Pria itu mendekat ke arah Arin, dan melayangkan kecupan ke pipi Arin.
Sontak, Arin langsung membuka mata. Rasanya seperti mimpi. Arin tak cukup yakin apakah kecupan dari Huda hanyalah mimpi atau memang kenyataan.
"Tadi itu apaan? Aku dicium?" batin Arin sembari menatap Huda yang sudah ada di depan matanya.
"Aku mimpi nggak, sih? Aku beneran dicium Mas Huda?" oceh Arin dalam hati.
Huda melempar senyum tipis pada Arin. "Akhirnya kamu bangun juga."
"Nggak mungkin Mas Huda cium aku, kan? Tapi rasanya kaya bukan mimpi!" batin Arin lagi.
Karena penasaran, Arin pun memberanikan diri bertanya pada Huda. "Mas ... tadi cium aku?" tanya Arin kemudian.
Huda langsung memalingkan wajah. Pria itu terlihat salah tingkah. Huda segera bangkit dari ranjang dan mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Buruan bangun, Rin! Mandi terus salat subuh," cetus Huda tanpa menjawab pertanyaan dari Arin.
Namun, Arin masih terus mengejar Huda dengan pertanyaan yang sama sampai suaminya itu mau menjawab. "Jawab aku dulu, Mas! Tadi Mas cium aku nggak?" tanya Arin lagi. "Tadi kaya ada yang cium aku."
Huda masih tak mau menjawab. "Ngobrolnya nanti lagi aja. Sekarang buruan kamu siap-siap buat salat subuh!" seru Huda.
Arin sangat yakin jika kecupan di pipi yang ia rasakan sebelumnya bukan hanyalah sekedar mimpi, tapi sayangnya Huda tak mau mengaku. Huda justru melarikan diri tanpa memberikan penjelasan.
"Aku nggak mimpi, kan? Kecupan di pipi tadi ... pasti bukan mimpi."
****
akhirnya nikah juga..
syukur deh kalau wirda menyesali perbuatannya.. semoga Wirda diketemukan dengan org yang tepat yaa thor...