Alena mengorbankan usia mudanya dengan menikahi Aviano. Dia menikah di usia yang terbilang masih sangat muda yaitu 18 tahun. Dirinya bahkan mengubur dalam-dalam impiannya untuk berkuliah dan lebih memilih menjadi ibu rumah tangga. Mengurus rumah dan 2 buah hatinya adalah pekerjaannya sehari-hari.
5 tahun pernikahan mereka, hal yang mengejutkan pun terkuak, Alviano suaminya ternyata diam-diam memiliki wanita lain. Dia telah mengkhianati kesetiaan, ketulusan bahkan semua pengorbanan yang telah di lakukan oleh istrinya selama ini.
Akankah Alena bertahan demi kedua buah hatinya, memaafkan dan memberi kesempatan kedua kepada suaminya itu? Atau, dia akan memilih mundur dan mengejar cita-citanya yang sempat dia kubur dalam-dalam?
"Perselingkuhan Suamiku"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hadiah
Grep!
Alena seketika memeluk tubuh kekar sang kaka. Kedua matanya pun nampak berkaca-kaca, dia sungguh terharu. Dirinya tidak menyangka akan mendapat hadiah sebuah mobil dengan harga yang lumayan.
"Sudah jangan nangis kayak gini. Memangnya kamu masih punya stok air mata apa?" ledek sang kaka mengusap punggung Alena lembut.
"Makasih banget, kak. Aku benar-benar terharu, hiks hiks hiks!"
"Dih! Malah makin kencang nangisnya. Abang membelikan mobil ini biar kamu semangat kuliah, kejarlah cita-cita kamu, Len. Jadilah Dokter anak seperti yang kamu cita-citakan."
"Siapa bilang mobil itu di beli sama uang kamu sendiri? Ayah juga ikut nyumbang ko." Tiba-tiba terdengar suara sang ayah keluar dari dalam rumah membuat mereka berdua seketika mengurai pelukan.
"Ayah ..." Alena berjalan menghampiri sang ayah lalu memeluk laki-laki paruh baya itu seperti yang dia lakukan kepada Fazril.
"Jadilah wanita sukses, kejar cita-cita kamu, Len. Jadilah ibu yang bisa di banggakan oleh kedua anakmu ini," pesan sang ayah.
"Pasti, Yah. Aku pasti akan menjadi ibu yang bisa di banggakan mereka juga putri yang ayah dan ibu banggakan. Aku sayang ayah," lirih Alena mulai mengurai pelukan.
"Ayah! Kenapa harus bilang sama Alena segala sih? Bukannya diam aja," rengek Fazril dengan nada suara manja.
"Bilang apa?"
"Gak perlu juga kali bilang sama dia kalau ayah juga ikut nyumbang uang untuk beli mobil ini! Gak seru akh ..."
"Dih, abang apaan sih? Sama aja kali Bang, meskipun ayah ikut menyumbang uang untuk membeli mobil ini, aku tetap berterima kasih kepada Abang karena telah menjadi kaka yang baik untuk aku, terima kasih banget. Aku sayang abang," ucap Alena tersenyum lebar.
"Udah-udah, sekarang berangkat dulu sana. Nanti kesiangan lho. Ini 'kan hari pertama kamu kuliah," imbuh sang ibu.
"Aku berangkat dulu. Lani, Lian, Mommy berangkat dulu ya. Kalian baik-baik di rumah, gak boleh rewel gak boleh nakal, Mommy sayang kalian, muach!" pamit Alena, mengecup kedua sisi pipi anak-anaknya penuh kasih sayang.
"Baik, Mom. Mommy hati-hati di jalan ya. Aku juga sayang Mommy," jawab Lani melambaikan tangannya.
Alena berjalan ke arah mobil lalu masuk ke dalamnya. Dia menoleh lalu melambaikan tangannya kepada mereka orang-orang yang paling berharga di dalam hidupnya. Ayah, ibu, sang kaka juga kedua buah hatinya adalah penyemangat di dalam baginya. Dia akan bangkit dan menjadi orang yang bisa di banggakan oleh mereka semua.
Mesin mobil pun di nyalakan. Mobil seharga Rp. 500.000.000,- itu pun mulai berjalan pelan meninggalkan halaman lalu melesat di jalanan.
* * *
Di salah satu Universitas negeri, Alena nampak berjalan dengan tergesa-gesa menuju ruang kelas. Hari adalah hari pertamanya menimba ilmu di sana. Setelah melewati hari-hari yang melelahkan kini sudah waktunya dia berjuang.
Ceklek!
Pintu kelas pun di buka, Alena hendak masuk ke dalamnya, tapi dia seketika menghentikan langkah kakinya ketika menatap ke dalam ruangan kelas tersebut. Seluruh mahasiswa maupun mahasiswa menoleh ke arah pintu, belum lagi dosen laki-laki yang saat ini sedang menjelaskan materi melakukan hal yang sama kini. Jujur, tubuh Alena seketika mematung, sudah lama sekali dia tidak berhadapan dengan banyak orang seperti ini. Gugup, seorang Alena seketika merasa gugup juga salah tingkah.
"Maaf, saya datang terlambat, Pak," ucap Alena berjalan gontai masuk ke dalam kelas. Kepalanya nampak menunduk tidak berani menatap mereka semua duduk di kursi masing-masing, termasuk dosen tampan berkaca mata minus itu.
"Siapa nama kamu?" tanya sang Dosen.
"A-alena, Pak. Maaf, saya--"
"Gak usah minta maaf segala, semua yang ada di sini berbondong-bondong berangkat pagi agar tidak terlambat, eh ... Kamu malah datang terlambat."
Alena masih menundukkan kepalanya. Dia siap menerima hukuman apapun yang akan diberikan oleh dosennya ini karena dirinya memang salah di sini. Alena menggigit bibir bawahnya keras, sepertinya dosen berkaca mata itu adalah salah satu dosen yang tegas. Dia pun akan menerima hukuman yang berat juga dia rasa.
"Kamu harus di hukum karena kamu sudah menyepelekan kelas saya."
"Ba-baik, Pak dosen," jawab Alena dengan nada suara terbata-bata.
"Kamu tidak boleh duduk bersama teman-teman kamu. Selagi saya memberikan materi, kamu harus tetap berdiri di sini sampai kelas saya selesai, paham?"
"Baik, Pak."
"Bagus, sekarang saya akan melanjutkan materi pembahasan yang tadi sempat terhenti karena kamu, tapi sebelum itu, silahkan perkenalkan diri kamu secara resmi, nama, alamat, usia, dan status."
"Maksudnya dari status?" Alena sontak mengangkat kepala lalu menatap wajah dosen yang masih belum dia ketahui namanya itu.
"Status kamu 'lah, masa gitu aja gak ngerti?"
'Maksudnya status janda gitu?' batin Alena seketika dipenuhi tanda tanya.
BERSAMBUNG
...****************...
sma suami yg sdh berhiyanat ...