Bebas dan seenaknya adalah dua kata yang dapat mendeskripsikan seorang Dilon. Walaupun Dilon selalu membuat masalah di sekolah, tapi para murid perempuan tetap memuja karena ketampanan dan gaya cool nya.
Entahlah apa Olivia, si murid pindahan itu bisa dibilang beruntung atau malah musibah karena menjadi satu-satunya yang bisa membuat Dilon jatuh cinta kepadanya. Bisakah dua orang berbeda kepribadian itu bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seperti Anak Ayam
Suasana di kelas yang dijadikan ekskul musik itu baru pertama kalinya terasa tidak nyaman, itu karena kehadiran Dilon. Kenapa pria itu masuk dan ikut kesini ya?
"Olivia, kamu yang ajak Dilon kesini?" tanya Bagas sedikit berbisik.
"Maaf ya, soalnya dia maksa pengen ikut. Tapi tenang aja, Dilon bakalan diem kok," jawab Olivia berusaha menenangkan.
"Ya tidak apa-apa sih," gumam Bagas. Bagus-bagus saja sebenarnya ekskul nya ada anggota baru.
Bagas lalu memberitahu semua anggotanya jika jadwalnya hari ini mereka akan belajar bermain salah satu alat musik, yaitu piano. Kebetulan lagi Ia dan Olivia bisa memainkan, jadi bisa memberitahu yang lain.
"Olivia ayo ke depan, kamu bisa jelaskan ke yang lain nomor kunci pianonya," kata Bagas.
Olivia mengangguk mengerti, tapi saat akan berdiri tangannya malah ditahan Dilon. Ekspresi wajah pria itu terlihat datar, entah apa yang dipikirkannya.
"Mau kemana?" tanya Dilon.
"Aku harus ke depan, mau ngajarin temen-temen tentang main piano," jawab Olivia.
"Berduaan sama si Bagas?" Nada suara Dilon jadi agak sinis saat menyebut satu nama itu.
"Ya enggak juga, kan yang lain nanti lihatin," jawab Olivia.
Tentu saja obrolan mereka itu di perhatikan anggota lain, ya walau suara Olivia dan Dilon tidak terlalu besar juga. Benar-benar pasangan kekasih sungguhan, membuat iri saja.
"Gue ikut deh," ucap Dilon ikut berdiri.
"Hah? Tapi kan--"
"Gue juga pengen bisa main piano, ayo ajarin gue juga," sela Dilon.
Melihat tingkah pacarnya itu membuat Olivia menggelengkan kepala, tapi Ia tetap berpindah ke depan untuk mulai mengajarkan cara bermain piano kepada teman-teman yang lain.
Cara Olivia menjelaskan setiap kunci pun sangat baik, membuat anggota lain dengan mudah paham. Jika ada yang bertanya pun, pasti Olivia jawab.
"Kalian bisa mulai belajar dengan memilih salah satu lagu yang mudah saja. Belajar piano memang agak cukup susah, tapi kalau hapal kata kuncinya pasti mudah," jelas Olivia sambil tersenyum.
"Ya sudah kalau gitu, kayanya yang lain pengen lihat kamu main. Bener gak temen-temen?" tanya Bagas.
Dan yang lain pun langsung mengangguk, mereka memang penasaran sekali saat Olivia bermain piano. Waktu itu saja gitar sudah bagus, pasti bermain piano tidak kalah indah.
"Oke aku coba mainin satu lagu ya, tapi gak akan nyanyi," ucap Olivia.
Ada salah satu musik terkenal dari Yiruma berjudul River Flows In You. Lagu ini tentu sudah sangat terkenal, siapapun pasti akan tahu. Dan Olivia bisa memainkannya.
Saat Olivia mulai memainkannya, yang lain pun langsung diam mendengarkan dengan baik. Perempuan itu jadi terlihat semakin cantik saat memainkannya, auranya terasa bertambah saja.
Begitu pun dengan Dilon, sanking terpukau sampai kesadarannya hilang beberapa saat. Dilon lalu melirik Bagas di sebelahnya, mendengus melihat ekspresi pria itu yang hampir sama sepertinya.
Dug!
"Aduh!" pekik Bagas saat kakinya di tendang kecil, Ia pun langsung menatap di pelaku.
"Biasa aja kali lihatnya, inget ya dia cewek gue!" ujar Dilon dengan nada tidak sukanya.
"Haha iya tenang aja Dilon, cuman sebatas kagum aja kok," kata Bagas, tidak mau membuat pria itu salah paham.
"Ck gak boleh, kalau kagum itu sama aja kaya suka. Awas aja ya kalau sampai lo ada perasaan lebih sama cewek gue, terus deket-deket dia!" tegas Dilon galak.
"Iya gak akan," jawab Bagas langsung ciut.
Dilon lalu kembali menatap pacarnya, tanpa bisa ditahan bibirnya melengkungkan senyuman merasa bangga sendiri. Bisa-bisanya Ia punya pacar paket komplit begitu.
Setelah lagu itu selesai, semua di sana pun langsung bertepuk tangan dengan meriah. Dilon pun mendekati Olivia dan mengusap kepalanya. Sikapnya itu tentu membuat yang lain langsung bersiul, terlihat romantis sekali.
"Apa sih Dilon? Malu dilihat orang ih," ucap Olivia menahan senyumannya.
"Biarin, mereka itu cuman iri sama kita," sahut Dilon yang tidak terlalu peduli.
Bagas lalu berdehem agak keras agar membuat perhatian anggotanya tertuju kepadanya. Ia lalu mulai meminta mereka mempelajari lagu yang dimainkan Olivia tadi, mereka harus bisa memainkannya.
Memang sulit, dan pasti tidak banyak juga yang memiliki piano. Tetapi Bagas dan Olivia akan mengajarkan langsung, secara bergiliran pastinya. Anggota yang lain menerima saja, karena ini akan menjadi pelajaran yang menyenangkan.
"Oke untuk hari ini selesai sampai di sini, terima kasih untuk semuanya yang sudah hadir. Di minggu depan kita akan mulai belajar praktek ya, jangan lupa di hapal kunci tutsnya," kata Bagas.
"Siap Kak," jawab mereka serentak.
Setelah Bagas menutup pertemuan itu, mereka pun langsung beranjak untuk pulang. Dilon lalu berjalan keluar, tapi langsung terhenti karena Olivia tidak mengikutinya.
Dilon pun segera kembali masuk, tatapannya memicing melihat pacarnya itu malah sedang mengobrol dengan Bagas. Dilon pun mendekat dan dengan santainya memeluk pinggang Olivia.
"Apa?" tanya Dilon saat Olivia menatapnya protes seolah minta dilepaskan.
Olivia lagi-lagi menggelengkan kepala, Ia pun menatap Bagas tidak enak karena khawatir dianggap tidak sopan dan kurang ajar. Maklum saja ini kan Dilon.
"Apa di ekskul ini memang hanya kita berdua yang bisa main piano?" tanya Olivia.
"Aku sudah tanya sama yang lain, dan memang cuman kita yang bisa main. Jadi gak papa kan Olivia kamu ajarin mereka?" tanya Bagas berharap. Walaupun Olivia itu anggota baru, tapi sudah Ia sangat percayai.
"Santai saja, aku malah senang kok bisa ngajarin yang lain. Tapi kayanya gak akan semudah itu, butuh proses panjang," jawab Olivia.
"Iya gak papa, yang pentingkan kita sudah ajarin. Bisa enggaknya mereka, ya tergantung mereka sendiri," kata Bagas.
Olivia mengangguk setuju, merasakan usapan di pinggangnya membuat perempuan itu kembali melirik Dilon. Sepertinya Dilon memintanya untuk tidak berlama-lama, pria itu kebosanan.
"Bagas sepertinya aku mau pulang sekarang," ucap Olivia.
"Oh iya, aku juga mau pulang kok. Kamu pulang sama Dilon ya?"
"Iya kenapa? Kalau gak sama gue, lo pasti yang mau nganterin dia kan?" tanya Dilon sinis.
Olivia lalu menyikut pelan perut pacarnya itu, lalu tersenyum kikuk pada Bagas. Dilon ini sensi sekali, padahal pasti Bagas tidak bermaksud begitu, hanya ingin basa-basi.
"Ya sudah deh, kami pulang dulu ya, dah!"
Dilon langsung menepis tangan Olivia yang melambai pada Bagas, beralih menggenggamnya dan menariknya pergi dari sana.
"Jangan sok manis deh!" ledek Dilon.
"Siapa juga yang sok manis?" tanya Olivia bingung.
"Lo lah, gak usah terlalu akrab juga sama si Bagas," celetuk Dilon menohok.
"Namanya juga partner, ya pasti harus-"
"Pokoknya kalian harus jaga batasan, gue gak mau lo selingkuh," sela Dilon tidak menerima alasan apapun.
Olivia memutar bola matanya malas, lalu membatin di dalam hati, "Pikiran Dilon itu terlalu jauh menuduhnya begitu."