Mengandung Benih Adik Ipar (Reinkarnasi)

Wajah Feng Yan berubah pias, butiran keringat langsung keluar dari wajahnya. "Sayang semua ini salah, tidak semuanya tidak benar. Aku tidak mungkin mengkhianati mu. Aku sangat mencintai mu, yah pasti ada yang sengaja memfitnah ku."

Feng Yan beralih menatap Alena dan Mommy Diane. Kedua wanita itu seakan menjadi orang bisu. Tubuh Alena sempoyangan, dengan sigap Mommy Diane menahan tubuhnya. "Sayang kau ...."

Nenek Amel mengarahkan pandangannya pada sepasang anak dan ibu itu. "Apa maksud semua ini Diane? Kau tidak bermaksud mengkhianati ku kan?"

Mommy Diane mendekati nenek Amel, dia memegang tangannya. "Tidak! Semuanya tidak benar, pasti ada yang memfitnah putri ku."

Alena menggelengkan kepalanya, ia tidak percaya kalau cinta sutu malam itu berubah menjadi neraka baginya. Ia tidak ingin masuk ke dalamnya. "Tidak Nek, percaya pada Alena. Alena sangat mencintai Anderson." Alena beralih pada Anderson yang memalingkan wajahnya.

"Anderson, aku tidak mungkin melakukannya. Aku sangat mencintai mu, tolong percayalah pada ku Anderson."

Sekeliling tubuh Anderson memnacarkan aura gelap, kedua matanya berwarna merah seakan ingin menyantap seseorang. Alena memundurkan langkahnya, tubuhnya gemetar ketakutan. "Kalian mempermainkan kami, heh."

"Tidak tuan Anderson Alena di fitnah." Mommy Daine memaksa, dia memohon pada suaminya, tuan Elmar. "Elmar yakinkan pada mereka kalau semuanya tidak benar."

Tuan Elmar memalingkan wajahnya, ia sangat syok mengetahui putrinya bermain mata dengan tunangan kakaknya.

"Semuanya tidak benar, percaya pada ku." Mommy Diane memohon pada tuan Elmar.

Tidak ingin memperpanjang waktu, nenek Amel menyuruh pengawalnya untuk membawa Alena dan Mommy Diane keluar sekaligus Feng Yan. Kedua wanita itu pun di bawa paksa meskipun berteriak dan memohon.

"Saya mohon maaf atas kekacauannya, jadi per ...."

Nenek Amel menghentikan ucapannya ketika seseorang bersuara bahwa pernikahan ini akan tetap di lanjutkan.

"Pernikahan ini akan tetap di lanjutkan," ujar Anderson. Dia sudah merencanakan semuanya jadi tidak akan mudah bagi siapa pun yang menggagalkan rencananya. "Pengantinya akan di gantikan dengan kakaknya, Vivian Lian."

Vivian menjatuhkan rahangnya, apa-apan peia di depannya seenaknya saja menggantikan dirinya.

"Tapi Nyonya ..."

"Kau tentu tau konsekuensinya karena mempermalukan keluarga ku." Nenek Amel mengeluarkan aura penekanannya itu.

.....

Persiapan nenek Amel dan Anderson sangat matang, ia secara khusus mengundang perias untuk Vivian dan bahkan kini cucunya, Anderson dan Vivian menikah. Kini ia tidak perlu lagi mengkhawatirkan pasangan cucunya. Ia yakin dengan adanya Vivian di samping Anderson, cucunya akan kembali ke jalan yang benar. Entahalah, ia sangat yakin dengan Vivian.

Setelah pesta berakhir dan berjalan lancar, meskipun ada insiden kecil tidak akan menghalangi rencana mereka.

Vivian tidak menyangka di hari pernikahan adik tirinya kini menjadi pernikahannya sendiri. Ia merasanya semuanya seperti lelucon, tapi inilah yang terjadi. Dia harus menjadi istri dari adik iparnya sendiri. Ia akui, ia sangat berterimkasih pada nenek Amel yang telah membantu melancarkan rencananya, tapi bukan seperti ini. Kenapa dia yang harus menggantikannya.

"Apa ini rencana mu?" tanya Vivian pada pria yang melangkah menghampirinya. Dia kini berada di ruangan yang sama dengan pria yang baru saja datang itu. Ruangan itu pun di rias dengan pengantin. Sebuah ranjang dengan taburan bunga mawar berbentuk love dan di atasnya ada dua boneka angsa berbentuk love berwarna putih.

Pria itu membuka jas pengantinya dan melemparkannya ke arah ranjang. "Kau tau kenapa sebabnya aku menikahi tentu saja aku tidak ingin rugi."

Tidak ada yang bisa mempermainkannya. Ia pria yang jelas menjunjung harga dirinya.

"Tapi aku bukan mainan mu Anderson." Vivian bersuara dengan mengeluarkan nada tajamnya. "Aku tidak mau menikah dengan mu."

Mendengarkan perkataan Vivian membuat Anderson marah. Selama ini tidak ada yang pernah merendahkannya. Ia mencengkram dagu Vivian dengan erat. "Jadilah istri yang patuh, sekalipun kau menjadi istri pajangan saja."