🥉Juara 3 lomba Wanita Kuat.
IG= Erna Less22
FB= Erna Liasman
EKLUSIF HANYA DI NOVELTOON, JIKA ADA DI TEMPAT LAIN ATAU DENGAN AKUN BERBEDA BERARTI PLAGIAT! LAPORKAN!!
Dewi Maha Putri adalah nama seorang wanita yang jago bela diri, kuat, tangguh dan dingin, ia punya pengikut yang banyak. Ia sudah terkenal di penjuru dunia. Siapa yang tidak mengenalnya?
Ia sering mengikuti kompetisi-kompetisi bergengsi Internasional, bahkan tuan rumah di setiap Negara memanggilnya master. Baik itu preman jalanan, geng kecil maupun besar menjulukinya sebagai Dewi pembunuh, karena ia sangat kejam. Ia bahkan pernah mengusir teroris dari suatu negara di pukul mundur di buatnya dan ia juga pernah membantai bos mafia besar hanya dengan dirinya sendiri.
Sayangnya, ia mati di jebak oleh musuhnya yang tidak ia kenali. Akan tetapi di dalam mobil itu ternyata terpasang bom alarm, di situlah ia mati dengan tragis.
Dewi di beri kesempatan kehidupan kedua dan ia pun berpindah ke tubuh seorang gadis malan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Malam pun tiba, Anita kembali mengirim pesan untuk mengingatkan Dewi.
"He-he-he, dengan senang hati aku akan mengikuti permainan mu," ucap Dewi senyum menyengir.
Dewi pulang pergi selalu berjalan kaki, tubuhnya menjadi terlatih dan ringan saat menggerakkannya.
Sesampainya di stadion, di sana sudah ramai orang-orang yang berkumpul, tempat itu memang selalu di gunakan tempat latihan balapan untuk mengikuti kompetisi balap, jadi polisi tidak akan menangkapnya karena tempat itu resmi dan bukan ilegal.
"Siapkan motornya, dia sudah datang," ucap Anita berbisik kepada ketua balapan.
"Kamu yakin melakukan hal ini? Jika terjadi sesuatu aku tidak akan tanggung jawab, semua ini adalah murni darimu," ucap pemimpin balapan merasa ini sangat berlebihan.
"Udah kamu tidak perlu khawatir, semuanya aku tanggung jawab sendiri," ucap Anita.
Dewi mendekati Anita sambil bercekak pinggang. "Mana motorku?" tanya Dewi.
"Lho! Ini kakak kamu? Yang namanya Dewi itu?" tanya ketua balapan terkejut, saat ia pernah melihat terakhir kali, wanita ini sangat tidak enak di pandang dan cupunya sangat luar biasa bahkan saat dia di ejek dan di maki oleh Anita dan teman-temannya dia diam-diam menangis tidak bergerak dari tempat duduknya.
Tapi hari ini datang dengan sifat berubah, wajah yang berubah dan tidak cengeng lagi.
"Lalu? Kau pikir aku siapa?" Dewi mengambil helm yang ada di tangan Anita. Ia memeriksa helm itu dan ternyata ada yang tidak beres.
"Dari pada memakai helm ini lebih baik aku tidak memakainya," ucap Dewi melemparkan kan helm itu ke aspal hingga pecah.
Ketua balapan itu sangat terkejut dan juga orang yang mengenalnya juga ikut terkejut dengan sifat Dewi sekarang.
Triring
Triring
Triring
Ponsel milik Dewi berbunyi dan itu panggilan dari Zeiro, Dewi segera mengangkatnya.
"Halo," jawab Dewi.
"Di mana kamu sekarang?" tanya Zeiro yang sedang duduk Santi di sofa kamarnya sambil menatap luar jendela.
"Aku sekarang di stadion," jawab Dewi datar.
"Ngapain kamu di sana?" tanya Zeiro menekuk alisnya.
"Aku ingin balapan, apa kamu tidak ingin menyaksikannya?" tanya Dewi.
"Kau ke sana sekarang." ucap Zeiro menutup panggilannya dan ia segera memakai jas yang sangat ia sukai.
"Ayo kita mulai balapan, aku tidak punya banyak waktu, masih ada hal lain yang ingin aku lakukan," ucap Dewi menyimpan ponselnya kembali.
"Itu motor warna hitam," ucap ketua balapan menunjukkan ke arah motor yang sedang terparkir di garis star, di sana ada 5 motor. Yang di ujung warna hitam, merah, kuning, hijau dan ungu.
"Bukannya itu adalah motor yang mereka otak-atik tadi siang ya, bener-bener mereka ya, akan ku tunjukkan pembalap yang sebenarnya," ucap Dewi mendekati motor warna hitam itu.
Para pembalap pun menaiki motornya masing-masing dan memakai helm, hanya Dewi saja yang tidak memakainya.
Seorang pria berdiri di depan para pembalap dengan membawa bendera. Di sana hanya khusus pembalap dan teman-teman Anita di stadion.
"Three, Two … One!" teriak pria itu dan mereka pun melajukan motornya. Dewi memelankan laju motornya karena ia sama sekali tidak peduli kalah atau menang dan juga ia ingin melihat apa yang di tabur oleh Anita di tengah jalan tadi, mereka para pembalap juga memelankan motornya, mereka saling memandang satu sama lain karena ini bukan seperti sesuai rencana.