Nicholas Alistair adalah definisi dari bahaya yang memikat. Seorang Boss Mafia kelas kakap dengan kerajaan yang dibangun di atas ketakutan dan baja. la dingin, kejam, dan memiliki segalanya-kecuali hati. Hidupnya sempurna di bawah kendali, hingga ia harus melakukan perjalanan ke pelosok desa terpencil untuk menyelesaikan urusan bisnis yang berdarah.
Di sanalah ia bertemu Rania
Rania, si gadis desa dengan pesona alami yang polos dan lugu, memiliki keindahan yang memabukkan. Postur tubuhnya yang ideal bak gitar spanyol adalah magnet yang tak terhindarkan, membuat mata Sang Don tertuju padanya. la adalah bunga liar yang tumbuh di tempat yang salah, dan Nico, Sang Penguasa Kota, memutuskan ia harus memilikinya.
Apa yang dimulai sebagai obsesi, perlahan berubah menjadi hasrat yang membara. Nico menarik Rania dari kehidupan sederhananya, memaksanya
masuk ke dalam sangkar emas yang penuh intrik, kekayaan, dan bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aretha_Linsey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3 Jebakan Sang DON
Rania merasakan dingin yang menusuk dari cincin berlian hitam di jari manis Nicholas saat pria itu mencengkeram lengannya. Cengkeraman itu
tidak menyakitkan, tetapi mutlak-sebuah penegasan kekuasaan yang tak bisa dibantah. Aroma cologne mahal, yang kontras dengan bau tanah basah, tiba-tiba terasa begitu dekat, mencekiknya.
la telah berhadapan dengan anjing liar, ular berbisa, bahkan perampok kebun, tetapi bahaya di depannya ini adalah jenis yang baru: bahaya yang dibungkus dalam setelan jas yang sempurna dan tatapan mata cokelat gelap yang mematikan.
"Lepaskan aku". seru Rania. Suaranya tidak lagi bergetar karena takut, melainkan karena kemarahan yang mendidih.
Nicholas tidak melepaskannya. Sebaliknya, senyum tipis-seperti predator yang puas-tersungging di bibirnya. Dia justru mendekatkan wajahnya sedikit, membuat Rania merasakan kehangatan napasnya yang dingin.
"Aku tidak menerima penolakan, Rania, " bisik Nicholas, suaranya seperti beludru yang menyembunyikan baja.
"Aku tidak membuang waktu. Aku tidak meminta izin. Aku hanya mengumumkan keputusanku."
Rania, yang biasa mengendalikan tenaga saat memanggul air dan mencangkul tanah keras, refleks mengayunkan tangan kirinya. Bukan tamparan, tetapi sebuah dorongan kuat ke dada Nicholas, mencoba
menciptakan jarak.
Dorongan itu—yang biasanya akan menjatuhkan pria desa mana pun-hanya membuat Nicholas mundur setengah langkah. la terkejut sesaat. la telah melihat wanita yang berpura-pura kuat, tetapi gadis desa ini benar-benar memiliki tenaga dan keberanian mentah.
Marco dan Gio, yang berdiri beberapa meter di belakang, saling bertukar pandang. Marco hanya bisa menggeleng kecil. Bahkan di tengah hutan, Sang Don selalu menemukan cara untuk membuat segalanya menjadi rumit.
"Don, mungkin kita bisa kembali ke rencana A?" Marco mencoba menyarankan, suaranya hati-hati.
"Kita bisa mengirim surat ancaman yang lebih"
Nicholas mengangkat tangan, isyarat universal bagi Marco untuk diam.Matanya kembali tertuju pada Rania. Ketertarikannya semakin kuat. Gadis ini bukan hanya kecantikan yang memabukkan; ia adalah tantangan.
"Kau berani, " kata Nicholas, nadanya lebih bernada pengakuan dari pada ancaman.
"Aku suka itu. Wanita di kotaku terlalu mudah menyerah. Mereka sudah menyerah sebelum aku meminta."
Rania mengatur napasnya yang terengah. la tahu ia tidak bisa melawan kekuatan fisik pria ini, tetapi ia masih memiliki senjata terakhir: kehormatan desanya.
"Aku tidak peduli kau siapa!" balas Rania, keberaniannya kini menjadi tameng.
"Alistair Group atau siapa pun, tanah itu bukan milikmu! Tanah itu adalah warisan kami. Pergilah dari sini! Atau aku akan berteriak dan memanggil seluruh warga desa!"
Nicholas tertawa kecil—suara kering dan langka yang membuat Marco dan Gio menoleh keheranan.
"Mereka akan datang, Rania. Dan aku akan mengusir mereka dengan mobil ini, menghancurkan tanaman mereka, dan membuat ayahmu membayar harga yang jauh lebih mahal daripada beberapa ikat sayuran." Nicholas tiba-tiba menjatuhkan cengkeramannya, dan menggeser tangannya,
mengambil keranjang anyaman yang tadi ia bawa, yang berisi sisa-sisa daun singkong
"Dengar baik-baik, gadis desa, " ucap Nicholas, suaranya kembali menjadi dingin dan otoriter.
"Aku sudah bosan dengan penundaan. Pabrik itu harus Dibangun. Tapi sejak aku melihatmu, aku mendapatkan solusi yang lebih cepat dan... jauh lebih menarik."
la melempar keranjang itu kembali ke lumpur, menciptakan percikan kecil.
"Ini ultimatumku, " Nicholas berjalan mendekat lagi, memaksanya menatap ke atas.
"Kau ikut denganku ke kota sekarang juga. Kau akan menjadi tamuku' di penthouse-ku selama satu bulan. Selama itu, kau akan melakukan apa pun yang kuperintahkan.
Rania merasakan darahnya surut.
"Apa? Kau gila!"
"Belum selesai, "potong Nicholas tanpa emosi.
" Jika kau setuju, aku akan menandatangani dokumen notaris yang menyatakan bahwa Alistair Group akan menarik semua klaim atas tanah perbatasan hutan itu selamanya, dan tidak ada satu pun warga Desa Harapan yang akan diganggu."
Marco terbatuk di belakang. Menarik klaim? Demi seorang gadis desa yang baru ia temui sepuluh menit lalu? Ini bukan bisnis, ini adalah kegilaan Sang Don.
"Tetapi ika kau menolak." Nicholas melanjutkan, matanya mengeras seperti batu giok.
"Aku tidak hanya akan mengambil tanah itu. Aku akan pastikan ayahmu, Pak Bima, akan merasakan masalah pribadi yang nyata dan menyakitkan. Kau akan melihat desa ini hancur dalam seminggu."
Rania terdiam. Pilihan itu menghantamnya seperti palu godam. Kehormatan dan tubuhnya, melawan keselamatan seluruh desa dan nyawa ayahnya. la tahu Pak Bima, dengan keras kepalanya, pasti akan melawan hingga titik darah penghabisan.
Air mata Rania mulai menggenang, bukan karena ketakutan, tetapi karena keputusasaan.
"Kau.. kau hanya ingin menukar tanah dengan... dengan diriku?"
"Aku menukar masalah dengan kesenangan, " koreksi Nicholas, nadanya jujur.
"Keputusan ada di tanganmu, Rania. Aku memberimu waktu lima menit. Pikirkan baik-baik masa depan desa ini."
Rania menutup matanya erat-erat, membiarkan air matanya jatuh. Lima menit terasa seperti satu abad. la melihat barisan pohon teh, mengingat tawa ibunya, dan wajah Ayahnya yang lelah namun penuh integritas. la tidak bisa membiarkan mereka menderita. la harus melindungi mereka.Ketika Rania membuka matanya, wajahnya telah berubah. Keputusasaan telah berganti menjadi tekad yang dingin dan pahit.
"Aku akan ikut, " kata Rania, suaranya serak namun tegas.
"Tapi aku punya syarat."
Nicholas mengangkat satu alis, terhibur.
"kau masih berani bernegosiasi?
"Kau harus berjanji, " Rania mendesak, menunjuk Nicholas dengan jari telunjuknya yang kotor.
"Kau harus bersumpah demi apa pun yang kau anggap suci, bahwa tidak ada satu pun warga desa yang akan disakiti disentuh, atau diusir dari tanah mereka. Hanya aku. Hanya satu bulan.
"Nicholas Alistair menyeringai.Ini adalah perjanjian yang mudah.
"Aku bersumpah, Rania. Nicholas Alistair tidak pernah melanggar sumpahnya, terutama jika sumpahnya memberiku hadiah yang begitu indah. Sekarang, ayo."
Nicholas berbalik menuju mobil.
"Marco, kau dan Gio tunggu di sini. Aku beri dia waktu sepuluh menit untuk berpamitan. Pastikan tidak ada yang mendekat ke mobil, dan jangan sampai dia kabur."
Rania tidak lagi melawan. la hanya bejalan pelan, menyusuri jalan setapak yang sama yang dilewatinya setiap hari, menuju rumah panggung sederhananya, menuju perpisahan yang harus ia bohongi. la tahu, saat ia menaiki mobil itu, ia tidak hanya meninggalkan Desa Harapan, tetapi ia meninggalkan dirinya yang lama.