Ye Fan, pemuda 15 tahun dari Klan Ye—klan kelas tiga di Kota Pelangi—dikenal sebagai anak ajaib dalam seni pedang. Namun hidupnya hancur ketika klannya diserang oleh puluhan pendekar tingkat ahli yang mengincar pusaka mereka, Pedang Giok Langit.
Seluruh klan terbantai. Hanya Ye Fan yang selamat.
Dengan luka di jiwanya dan kemarahan yang membakar hatinya, ia bersumpah untuk menjadi lebih kuat, merebut kembali Pedang Giok Langit, dan membalaskan dendam Klan Ye yang telah musnah.
Ikuti perjalanan Ye Fan di PENDEKAR PEDANG Halilintar!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14: Penilaian Ye Fan
Di babak penyisihan yang semakin ketat, Ye Fan maju ke ring melawan seorang pria muda berotot dengan tombak panjang, Bao Yang. Bao Yang, berusia 20 tahun dan berada di Ranah Pendekar Emas Awal, adalah murid Sekte Tombak Utara dan sangat percaya diri dengan kemampuannya.
Sebelum wasit sempat memberi aba-aba, Bao Yang menunjuk tombaknya ke arah Ye Fan dengan tatapan meremehkan.
"Kau pasti Ye Fan, yang baru saja didukung oleh Klan Ji," gertak Bao Yang, suaranya lantang dan penuh kesombongan, mencari validasi dari ribuan pasang mata di tribun. "Kau Pendekar Emas Menengah di usia yang begitu muda. Sayangnya, banyak Pendekar beruntung sepertimu; mencapai Ranah tinggi bukan murni karena bakat, melainkan karena pil dan sumber daya Klan kaya. Hari ini, aku akan membuktikan bahwa Bakat Alami lebih unggul dari Produk Buatan!"
Ye Fan tidak memberikan respons verbal. Matanya dingin. Penghinaan itu mengingatkannya pada pengalamannya di Sekte Pedang Giok. Dia hanya memegang Pedang Pusaka-nya, siap membuktikan kebenaran melalui aksi, bukan kata-kata.
Saat aba-aba diberikan, Bao Yang bergerak cepat. Ia mengaktifkan Elemen Tanah miliknya. Aura keemasan dan cokelat menyelimuti tubuhnya, memberinya pertahanan yang kokoh.
"Terima tarian ini! Tarian Seribu Tombak Penghancur!" raung Bao Yang.
Tombaknya berputar dengan kecepatan tinggi. Dalam sekejap, tombak tunggalnya tampak berubah menjadi seribu bayangan, masing-masing membawa kekuatan Elemen Tanah, menusuk ke arah Ye Fan dari segala penjuru. Ini adalah jurus yang mampu membuat Pendekar Emas Menengah biasa mundur ketakutan.
Ye Fan bereaksi dengan tenang. Dengan kecepatan Pendekar Emas Menengah yang diperkuat Petir, ia bergerak seperti bayangan.
CLANG! CLANG!
Ye Fan menggunakan bilah Pedang Pusaka-nya dengan gerakan minimalis, menangkis setiap bayangan tombak itu dengan mudah. Setiap kali tombak Bao Yang bersentuhan, tombak itu dipantulkan dengan keras. Tenaga Dalam Ye Fan jauh lebih padat dari yang Bao Yang bayangkan. Pertahanan Elemen Tanah Bao Yang yang kuat sama sekali tidak berguna melawan kecepatan dan pukulan Ye Fan yang cepat dan terus-menerus.
Bao Yang mulai panik. Tenaga Dalamnya terkuras sia-sia, dan dia bahkan belum mampu menyentuh jubah Ye Fan.
Ye Fan muak dengan keangkuhan Bao Yang. Sudah waktunya mengakhiri pertunjukan ini.
Ye Fan berhenti bergerak mundur dan maju satu langkah. Tenaga Dalam Emas Menengah miliknya, yang diperkuat oleh Elemen Petir yang terkontrol sempurna, mengalir ke Pedang Pusaka Baja Gelap.
Pedang itu tidak lagi mengeluarkan percikan; ia mengeluarkan cahaya listrik biru yang sangat tipis.
Dalam momen sepersekian detik yang tak bisa diikuti mata, Ye Fan melepaskan jurus yang ia kembangkan saat latihan intensif.
"Jurus Pedang Halilintar: Kilatan Kematian."
ZRRRT!
Hanya ada satu kilatan cahaya biru yang melintas di antara Ye Fan dan Bao Yang. Cahaya itu bergerak terlalu cepat untuk diproses. Belati itu terasa seperti bayangan maut yang melintas.
Bao Yang, yang terkejut, tiba-tiba merasakan sensasi mati rasa di seluruh tubuhnya. Tombak nya jatuh ke tanah.
Ye Fan berdiri diam, pedangnya dimasukkan ke sarungnya. Bao Yang ambruk ke lututnya, wajahnya pucat pasi, lumpuh. Meskipun Ye Fan menahan diri untuk tidak membunuh, kejutan listrik yang begitu kuat telah membanjiri sistem sarafnya.
Bao Yang adalah orang pertama yang dikalahkan oleh Kilatan Kematian.
Seluruh arena terdiam, lalu meledak dalam teriakan kaget.
Mereka terkejut. Kekuatan Bao Yang dikenal luas di Sekte Tombak Utara, namun dia dikalahkan dalam satu jurus, oleh Pendekar Emas Menengah yang dicemooh karena "kekayaan."
Tetua Li kini benar-benar terkejut, tubuhnya gemetar. Kilatan Pedang itu ... kecepatan itu ... itu bukan lagi bakat biasa. Itu adalah kejeniusan yang melampaui logika! Penyesalannya kini terasa seperti siksaan.
Liu Fang, Pendekar Emas Menengah yang diunggulkan itu menyipitkan mata, ekspresinya serius. Ia menyadari bahwa kecepatan Ye Fan mungkin menyaingi atau bahkan melampaui kecepatan Elemen Angin miliknya.
Ji Ping tersenyum bangga. Investasi dan kepercayaan dirinya pada Ye Fan telah terbayar lunas.
Jurus Pedang Halilintar: Kilatan Kematian telah menjadi sorotan utama. Tidak ada yang bisa melihat detail pergerakannya, hanya kilatan cahaya biru yang meninggalkan kekalahan mutlak. Ye Fan telah membuktikan kepada seluruh Kota Awan bahwa Ranah Emas Menengahnya adalah murni, berbahaya, dan tidak bisa dipandang remeh.
Setelah kemenangan cepat Ye Fan atas Bao Yang, atmosfer di Arena Turnamen memanas. Para penonton kini tahu bahwa mereka sedang menyaksikan generasi pendekar terbaik.
Satu per satu, keempat kandidat unggulan maju ke arena, dan penampilan mereka tidak mengecewakan.
Ma Yue, si Pendekar Emas Awal ber-Elemen Air, maju dengan aura tenang. Lawannya adalah seorang Pendekar Emas Awal yang agresif. Ketika lawan itu menyerang, Ma Yue hanya mengayunkan pedangnya dengan gerakan mengalir. Elemen Air miliknya tidak menghantam, tetapi membungkus dan melumpuhkan.
Serangan lawan melambat, terbelenggu seolah berada di dalam air yang kental. Dengan satu gerakan elegan, Ma Yue memutar pedangnya, mengarahkan Tenaga Dalam lawan kembali padanya. Lawan itu terlempar keluar arena tanpa luka serius, tetapi benar-benar kelelahan.
Para penonton kagum. "Airnya terlalu lembut, tapi terlalu kuat! Dia mengendalikan medan perang!"
Yin Kong dari Klan Yin maju. Ia memancarkan sikap angkuh, tetapi tanpa kesombongan. Lawannya, seorang Pendekar Emas Menengah, mencoba menghancurkannya dengan pukulan bertubi-tubi.
Yin Kong mengaktifkan Elemen Tanah miliknya. Tubuhnya diselimuti lapisan kristal bumi tebal, dan setiap pijakannya terasa kokoh. Ia menerima semua serangan di tempat. Pukulan lawan menghantamnya tanpa hasil, seperti memukul dinding gunung.
Setelah lawannya kelelahan, Yin Kong baru bergerak. Dengan ayunan tombak yang lambat tapi menghancurkan, ia memaksa lawannya menyerah.
"Luar biasa! Pertahanan terkuat di turnamen! Dia Pendekar Emas Awal, tapi bisa menahan Emas Menengah!" seru salah satu penonton di tribun.
Lu Xueqi adalah pusat perhatian. Kecantikannya yang dingin dipadukan dengan aura Pendekar Emas Menengah membuatnya tampak seperti Dewi Es yang turun ke bumi.
Lawan Lu Xueqi adalah Pendekar Emas Menengah yang mencoba menggunakan kecepatan untuk menandinginya. Namun, Elemen Es-nya terlalu dominan. Setiap langkah Lu Xueqi meninggalkan kristal es tipis di arena. Hanya dengan satu ayunan pedang, gelombang udara dingin yang menusuk tulang melesat, membekukan tanah di sekitar lawan.
Lawan itu berjuang di tengah suhu yang turun drastis, gerakannya melambat hingga ke titik nol. Lu Xueqi mengakhiri pertarungan dengan dorongan ringan, mengirim lawannya keluar arena, tubuhnya diselimuti embun beku.
Semua orang terkejut. Dia Emas Menengah di usia 17 tahun, dan kontrol Elemen Es-nya hampir mencapai tingkat kesempurnaan! Para Tetua Sekte mencatat namanya dengan tinta merah tebal.
Liu Fang adalah yang terakhir tampil. Jenius Klan Liu ini adalah yang paling diunggulkan. Ketika ia melangkah ke arena, ia mengaktifkan Elemen Angin.
Pertarungannya berlangsung begitu cepat hingga para penonton biasa hanya melihat kilatan hijau. Liu Fang bergerak dengan kecepatan yang nyaris tak terlihat. Ia menyerang lawan dari segala sudut, menciptakan pusaran angin kecil. Lawannya, seorang Pendekar Emas Menengah, tidak pernah berhasil melacak di mana posisi Liu Fang.
Pertarungan berakhir dalam tiga detik. Lawannya ditemukan berdiri kaku, dengan puluhan sayatan kecil yang presisi di tubuhnya.
Para penonton bersorak, "Dia terlalu cepat! Tidak mungkin menandingi kecepatannya!"
Ye Fan menyaksikan penampilan keempat jenius itu—termasuk dirinya—dari ruang tunggu Klan Ji. Kepala Klan Ji, Ji Ping, menatapnya dengan bangga.
Ye Fan, yang kini berdiri di Ranah Emas Menengah dan memiliki Pedang Pusaka, membuat penilaian yang dingin dan strategis:
Ma Yue (Air) dan Yin Kong (Tanah): Keduanya kuat, tetapi Elemen Air dan Tanah relatif lebih lambat. Kilatan Kematian-nya akan terlalu cepat untuk pertahanan Yin Kong, dan serangan Petirnya akan mengatasi kelenturan Air Ma Yue. Mereka bukan ancaman utama.
Lu Xueqi (Es): Gadis itu sangat kuat. Elemen Es-nya kejam, dan Ranahnya stabil. Dia akan menjadi pertarungan yang sulit, pikir Ye Fan. Elemen Petir dan Es saling menetralkan. Pertarungan mereka akan menguji ketahanan Tenaga Dalam.
Liu Fang (Angin): Ye Fan akhirnya memfokuskan pandangannya pada Liu Fang. Kecepatan Liu Fang adalah ancaman terbesar.
"Jika aku harus bertemu dengannya," gumam Ye Fan, suaranya pelan hanya didengar Ji Ping. "Liu Fang akan menjadi lawan yang paling seimbang bagiku. Dia menguasai kecepatan dan Elemen Anginnya nyaris secepat Petirku. Pertarungan itu ... mungkin akan menjadi pertarungan yang seru."
Ye Fan merasakan lonjakan kegembiraan yang jarang ia rasakan—kegembiraan akan tantangan yang layak.
Matahari mulai tenggelam di cakrawala Kota Awan. Pertarungan hari itu telah selesai.
Dari 120 peserta, hanya tersisa Delapan Pendekar yang akan melanjutkan perjuangan.
Di antara Delapan Besar itu, lima nama mendominasi semua pembicaraan: Ye Fan, Ma Yue, Lu Xueqi, Liu Fang, dan Yin Kong. Mereka adalah inti dari generasi jenius yang baru.
Wasit mengumumkan dengan lantang: "Babak Delapan Besar akan dimulai besok pagi! Para Pendekar, persiapkan dirimu!"
Tingkat ketegangan di arena kini melesat ke puncak. Esok hari akan menjadi ajang pertarungan Elemen dan Klan sesungguhnya.