Ranum Nayra harus hidup menderita dengan sang ibu serta adiknya yang masih balita, setelah ayahnya memilih menikah lagi dengan wanita kaya raya yang baru dikenalnya.
Apakah Ranum akan tabah menerima setiap takdir yang sudah tertulis untuknya?
atau malah sebaliknya menyerah di tengah jalan?
Cus, di baca bastie supaya nggak penasaran😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25
"Tidak! Aku tidak mau menikah dengan anak SMA itu, apa kamu sudah tidak waras Bagas?!" bentak Al yang sudah sadar dua jam yang lalu. "Bisa-bisanya kamu menyuruhku menikah dengannya, pokoknya itu semua tidak akan terjadi!" Al memijat pelipisnya karena kalimat-kalimat yang Bagas lontarkan membuat kepalanya menjadi berdenyut hebat.
"Ranum, gadis itu sedang mengandung anak Anda Tuan, tidakkah Anda merasa kasihan?"
"Aku telah banyak meniduri wanita Bagas, tapi baru kali ini ada gadis yang berani-beraninya mengaku kalau dia sedang mengandung darah dagingku, telingaku saja sampai menolak untuk percaya ketika mendengar ini semua." Al mengatakan itu karena sudah banyak wanita yang di tidurinya secara Al itu adalah cassnova kelas kakap yang tidak di ketahui banyak orang. "Beri saja gadis itu sejumlah uang, karena pasti itu yang dia inginkan sampai rela datang jauh-jauh kesini untuk mencariku," kata Al mendesis karena ia merasa kesal.
Bagas menggeleng kuat-kuat. "Dia gadis yang kita selamatkan di jalan yang sepi itu Tuan, apa Anda sudah lupa?" Bagas lama-lama merasa berbicara dengan anak kecil karena rupanya ia berbicara panjang lebar dari tadi, itu rupanya percuma saja karena Al sama sekali belum paham arah pembicaraannya. "Dan dia juga adalah gadis yang telah Anda nodai lagi tadi malam, apa itu juga Anda tidak mengingatnya sama sekali?" Rasnya Bagas ingin berteriak di telinga Al sekencang-kencangnya. Karena laki-laki yang menjadi sekertaris Al itu merasa sangat kesal untuk saat ini.
"Aku tidak peduli akan hal itu Bagas, lebih baik kamu urus saja semuanya. Karena aku tidak akan pernah mau menikah dengannya sampai kapanpun itu, biar kamu saja yang jatuh cinta sama anak SMA yang masih bau kencur, kalau aku tidak akan pernah mau!" ketus Al.
"Kenapa Anda menjadi s*b*rengs*k ini Tuan, tidak mau mempertanggung jawabkan perbuatan Anda sendiri?" Bagas mengusap wajahnya beberapa kali dengan kasar.
"Kamu saja yang bertanggung jawab untukku! Bagimana apa kamu setuju?"
"Anda yang telah menanam benih maka Anda sendiri yang harus bertanggung jawab Tuan," jawab Bagas sesuai fakta. "Andai saya yang melakukan perbuatan itu, maka saya akan langsung bertangung jawab tanpa harus banyak bicara seperti Tuan saat ini."
Al beranjak dari duduknya. "Antarkan aku ke tempat di mana wanita itu saat ini berada." Al ingin menemui Ranum hanya untuk meminta gadis itu mengugurkan kandungan. Yang Bagas pikir kalau itu adalah darah daging Al. "Cepat antarkan aku supaya masalah ini cepat selesai juga, jangan sampai gara-gara ini membuat semua pekerjaanku terhambat."
"Baik Tuan, saat ini Ranum sudah saya bawa ke rumah Sonia. Apa sekarang kita langsung kesana saja?"
Tanpa memjawab Al langsung memungut pakiannya dan segera mengenakannya setelah itu laki-laki itu keluar dari kamar aperteman Bagas.
***
"Lima puluh juta, seratus juta atau setengah M. Sebutkan saja aku akan memberikanmu asal kamu menggugurkan kandungan itu sekarang juga," kata Al saat laki-laki itu duduk berhadapan dengan Ranum. "Aku tahu kamu gadis susah yang mau mencoba memerasku dengan cara licik dan murahan seperti ini!"
Ranum yang dari tadi menuduk mengangkat wajahnya ketika ia mendengar kalimat Al yang malah menyuruhnya untuk menggugurkan kandungannya dengan di iming-imingi sejumlah uang yang jumlahnya tidak sedikit.
"Kalau kamu setuju, ambil cek ini dan tulis berapapun yang kamu inginkan." Al menyodrokan polpoin dan juga selembar cek. Berharap dengan cara begitu Ranum mau menggugurkan kandungan yang masih baru saja berumur empat minggu itu. "Jangan kebanyakan mikir, karena kesempatan kedua tidak akan pernah datang untuk menghampirimu."
Ranum dengan berani mendobrak meja karena ia merasa kalau Al laki-laki yang tidak punya perasaan. "Tuan, Anda pikir semua bisa di selesikan dengan uang? Anda sangat salah besar!" Mata Ranum mulai berkaca-kaca. "Janin ini tidak berdosa, yang berdosa itu kita berdua karena telah melakukan hal yang sangat menjijikkan segingga aku bisa hami." Ranum berusaha menahan air matanya supaya tidak jatuh. "Kalau Anda tidak ingin bertanggung jawab tidak apa-apa, asal jangan menyuruhku untuk menggurkan anak ini karena dosaku sudah terlalu banyak tidak ingin aku tambah-tambah lagi dengan perbuata keji yang Anda perintahkan untukku." Dada Ranum naik turun karena ia merasaan sesak di dadanya. "Aku tidak membutuhan uang Anda sama sekali Tuan, karena aku tidak tergila-gila dengan kertas yang berlogo itu!"
"Jangan sok suci, kamu juga menikmatinya pada malam itu dan kamu juga melakukan semua itu atas dasar suka rela tidak ada paksaan sama sekali, karena kamu melakukan itu hanya demi sejumlah uang lalu kenapa sekarang kamu malah mempermasalhkan itu semua?"
"Itu satu bulan yang lalu Tuan, kalau sekatang aku benar-benar sudah tidak membutuhkan uang Anda lagi, karena … ."
"Karena kamu sudah mendapat uang yang lebih banyak dari laki-laki yang jauh lebih kaya dari pada aku begitu?"
Ranum yang marah dan begitu sangat kesal. Mengangkat tangannya ingin menampar Al tapi Bagas yang tiba-tiba saja masuk membuat Ranum mengurungkan niatnya.
"Urus dia Bagas, jangan sampai aku kehilangan kendali dan melemparnya dari atas kos-kosan yang sempit ini!" Setelah mengatakan itu Bagas pergi begitu saja karena tadi ia mendapat pesan dari Daniel yang memberitahunya kalau Morea sedang ada dalam bahaya saat ini.
"Maafkan Tuan Al, aku akan berjanji untuk membuat Tuan Al bertanggung jawab atas janin yang kamu kandung saat ini."
Ranum diam membisu ia sama sekali tidak merspon ucapan Bagas. Sehingga Sonia yang melihat itu menyuruh Bagas untuk segera pergi saja dari kos-kosan itu.
***
"Terima kasih, karena sudah mau menampungku disini," kata Ranum ketika ia sudah selesai sarapan bersama dengan Sonia.
"Tidak apa-apa, bukankah sesama manusia kita harus saling menolong satu sama lain?" Sonia tersenyum menatap Ranum yang matanya sembab karena gadis itu tidak henti-hentinya menangis. "Habiskan sarapannya, karena aku sudah sangat bersusah payah dalam memasaknya," kata Sonia yang sengaja mengatakan itu supaya Ranum menghabiskan sarapan. "Aku hari ini mau berangkat sekolah bagimana dengan kamu?"
Ranum menggeleng lemah sambil memegang perutnya. "Aku sepertinya tidak bisa pergi ke sekolah dulu untuk saat ini, karena rasa mualku akan selalu saja datang tiba-tiba, aku takut mereka semua yang di sekolah itu akan menjadi curiga kepadaku."
"Benar juga, begini saja aku akan menuliskanmu surat izin untuk beberapa hari tidak masuk sekolah dengan alasan sakit, bagimana apa kamu setuju? Jika kamu setuju beri aku alamat sekolahmu biar aku bisa mengantar surat itu kesana."