"APA?" Jerit Lolita Nismara Fidelia seorang gadis cantik berkulit putih, mata indah berbentuk hazel, hidung mancung dengan tinggi badan semampai. Tapi memiliki kekurangan yaitu IQ di bawah rata-rata, masih duduk di bangku kelas sebelas SMA.
Mata Loli membola ketika garis dua terpampang nyata berwarna merah di atas tespack yang dia beli kemarin atas paksaan dari sahabatnya yang bernama Audy Mahaputri.
"Jadi perut buncit ini bukan busung lapar, tapi ada bayi di dalamnya?" Gumam Loli frustasi.
"Bagaimana cara bayi ini bisa masuk ke dalam perutku ya?" Tambahnya.
Penasaran dengan tingkah konyol Lolita, yukk pantengin terus karya terbaru Author. Semoga suka. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ujian Terberat Edgar
"Hmmm... Sepertinya kita tidak saling kenal?" Ucap Lolita menatap heran pria tampan di depannya. Meskipun Edgar masih menjadi yang tertampan.
"Kalau begitu, kenalkan dulu namaku Roy." Ucapnya dengan mengulurkan tangan penuh percaya diri, tapi Lolita sama sekali tidak ingin menanggapi.
"Oh, ya sudah aku pergi dulu." Itulah pribadi sebenarnya Lolita.
Dia selalu bersikap acuh tak acuh dan jual mahal terhadap kaum adam siapapun itu setelah mengalami patah hati lima tahun yang lalu. Meskipun cantik, tapi Lolita memilih menjadi jomblo karena rasa cintanya sudah habis diberikan pada pria yang kini menjadi suaminya. Sayangnya, sekarang pun Lolita harus merasakan lagi sakit hati.
Membawa uang cash sebanyak itu membuat Lolita bingung ingin digunakan untuk apa karena hari sudah malam. Akhirnya dengan tekad membara ingin menghindar bertemu semua orang, Lolita tancap gas menuju hotel. Dia memutuskan untuk tinggal sementara di sana mungkin beberapa hari. Setelah memarkirkan sepeda motornya di basement, Lolita segera chek in.
Dengan perasaan yang entah seperti ada kekosongan hati, Lolita memasuki kamar hotel tanpa senyuman. Merasa dirinya berkeringat, Lolita ingin segera membersihkan diri dan disaat itulah dia tersadar jika dirinya tidak lagi seorang gadis biasa. Melainkan gadis yang sedang berbadan dua.
"Astaga, gue lupa jika tengah hamil." Ucapnya lalu mengelus perutnya.
"Maafin gue ya bayi-bayi karena tadi sudah mengajak kalian balap motor. Semoga kalian tidak terguncang apalagi kaget." Monolog Lolita.
Setelah bergumam sendiri, Lolita berendam dengan air hangat di bathup dengan aroma terapi yang membuat tubuh dan pikirannya perlahan rilex. Tapi, tiba-tiba bayangan wajah Edgar muncul dan membuyarkan ketenangannya.
"Sial, ngapain harus terbayang wajah abang." Ucapnya sendu, tanpa terasa bulir bening mengalir dari matanya.
Lolita masih tidak bisa melupakan fitnahan kejam dari wanita di masa lalu Edgar yang mengaku kekasih dan ayah dari bayi yang dikandungnya kala itu. Oleh sebab itu, ada trauma tersendiri jika suaminya masih seperti dulu.
Lolita ingin hidup tenang, ingin membuka lembaran hidup yang baru dan menerima pernikahan yang sebenarnya tidak dia harapkan terjadi saat ini. Tapi semua sudah terlanjur, Lolita sadar ada bayi yang juga butuh pengakuan. Tapi jika Edgar masih dikelilingin wanita, maka Lolita memilih mundur. Tidak mustahil jika hal buruk terjadi kembali.
"Lebih baik kita tinggal bertiga saja ya bayi, tanpa papa kalian. Apa kalian akan marah denganku?" Tanyanya pada perutnya sendiri.
Tidak ada respon, membuat Lolita seketika panik. Dia takut jika kedua bayinya sakit karena baru saja ikut balapan bersama dengannya. Bergegas Lolita keluar dari bathup kemudian keluar dari kamar mandi.
Dengan tubuh polos tanpa tertutup apapun dan jejak air yang masih mengalir Lolita terduduk di atas ranjang hotel lalu menatap dalam ke arah perutnya. Dia mengelus lembut perut buncit itu dan terus mengajak bayinya berbicara.
"Hey... Bayi-bayi jangan buat gue takut ya. Kalian baik-baik saja di dalam perut kan? Tolong dong respon ucapan gue, kalian kenapa diam tidak bergerak." Suara Lolita menjadi serak, dia menahan tangis karena sedih.
Lama-lama isakan terdengar dengan tubuh yang menggigil karena kedingingan. Tapi tiba-tiba terasa ada yang menendang dengan keras dan saling bergantian. Membuat tangis itu langsung mereda berganti senyuman lega.
"Alhamdulillah, terima kasih bayi-bayiku. Gue minta tolong supaya kalian tumbuh sehat di dalam perut gue. Karena hanya kalianlah saat ini keluarga kandung yang gue miliki." Ucap Lolita antara terharu juga sedih mengingat jika dirinya hanya sebatang kara di dunia ini. Keluarga kandungnya semua sudah habis tak tersisa karena meninggal.
Dug dug dug
Tendangan demi tendangan menjadi teman Lolita malam ini, hingga tidak sadar dia merebahkan diri dan tertidur pulas tanpa memakai pakaian. Hanya terbungkus selimut tebal yang menjadi penghangatnya.
Sedangkan saat ini Edgar masih kalang kabut mencari keberadaan istrinya. Hingga asisten Leo memberi kabar jika Lolita sudah dia diketemukan.
"Tuan, saya sudah menemukan keberadaan nona Lolita." Ucap Leo yakin.
"Dimana istriku berada saat ini?" Tanya Edgar penuh rasa khawatir.
"Nona sedang menginap di sebuah hotel setelah sebelumnya memenangkan pertandingan balap motor liar." Jawab Leo.
"Astaga, lalu bagaimana keadaannya saat ini. Apakah kehamilannya baik-baik saja?" Ucap Edgar mulai panik.
"Kalau kondisi nona saat terakhir terlihat lewat cctv hotel sedang baik, tapi mengenai kandungannya maaf saya belum mengetahuinya." Sesal Leo.
"Kalau begitu ayo Leo, cepat bawa saya ke hotel tempat istri saya menginap." Ucap Edgar.
"Baik tuan, tapi sebelumnya apa tidak sebaiknya Anda memberi kabar juga pada keluarga." Saran Leo.
"Baiklah." Pasrah Edgar mengikuti saran dari asistennya. Saat ini memang Edgar sedang bersama Leo di sebuah tempat yang menjadi markas mereka selain kantor atau rumah.
Setelah memberi kabar pada keluarga yang menunggu di rumah dengan gelisah. Disinilah Edgar berada, di depan pintu kamar tempat Lolita menginap. Edgar ragu ingin masuk.
"Bagaimana jika Lolita semakin membenci?" Gumam Edgar merasa diambang kebimbangan.
Tidak sulit bagi seorang Edgar untuk meminta kunci duplikat sebuah kamar hotel. Karena kekuasaan yang dimiliki oleh nama besar keluarganya. Tapi sekarang Edgar ragu untuk membukanya. Edgar benar-benar takut jika Lolita semakin menjauh setelah dia tidak tegas mengambil keputusan.
"Biarlah apapun yang akan terjadi, sekarang yang terpenting aku harus memastikan keadaan istriku." Monolog Edgar.
Klik pintu terbuka, Edgar bisa melihat seseorang sedang bergelung dengan selimut tebal. Tapi saat dia mendekat, terdengar suara gumaman lirih.
"Abang jahat, abang tidak benar-benar mencintaiku. Rasanya masih sakit harus cinta sendirian." Suara Lolita.
Mendengar kata-kata sang istri dari alam bawah sadarnya saat tidur, Edgar seketika mematung. Ternyata istrinya masih menyimpan trauma karena berfikir cintanya bertepuk sebelah tangan.
"Kamu salah sayang, abang teramat mencintai kamu sejak dulu. Maafkan abang, setelah ini abang berjanji akan selalu memprioritaskan kamu dan semua keinginanmu." Janji tulus Edgar.
Meskipun ragu, tapi Edgar tetap mengikuti kata hatinya. Dia mendekat ke arah ranjang dan ikut berbaring di samping sang istri.
Deg
Jantung Edgar bertalu-talu ketika membuka selimut yang membungkus tubuh istrinya. Ternyata di balik kain tebal itu tubuh sang istri polos tanpa sehelai benang. Membuat jakun Edgar naik turun.
"Astagfirullah, Ya Alloh ujian mu kali ini sungguh berat sekali."
Bagaimana tidak berat, tubuh molek istrinya terpampang nyata. Ini adalah kedua kalinya Edgar melihat keseksian sang istri setelah malam pertama.
"Haruskan aku melakukan saat dia tertidur? Tapi aku takut Lolita semakin benci." Gumam Edgar sambil menahan sesuatu di bawah sana yang semakin memberontak.
gak benar
bisa kacau balau
rumah tangga
Edward kalau itu beneran
kelelahan abang
kayaknya dia lagi bobo nyenyak
enak kan
surga dunia
kalau sudah halal
dach gitu bisa pacaran lagi
candu untuk mereka berdua
tiada hari tanpa bercinta...
lanjut thor ceritanya
di tunggu up nya
semoga tripel up