NovelToon NovelToon
Fake Antagonist

Fake Antagonist

Status: tamat
Genre:Misteri / Tamat / Dosen / Isekai / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:428k
Nilai: 4.9
Nama Author: Joy Jasmine

Ayla Navara, merupakan seorang aktris ternama di Kota Lexus. Kerap kali mengambil peran jahat, membuatnya mendapat julukan "Queen Of Antagonist".

Meski begitu, ia adalah aktris terbersih sepanjang masa. Tidak pernah terlibat kontroversi membuat citranya selalu berada di puncak.

Namun, suatu hari ia harus terlibat skandal dengan salah seorang putra konglomerat Kota Lexus. Sialnya hari ini skandal terungkap, besoknya pria itu ditemukan tewas di apartemen Ayla.

Kakak pria itu, yang bernama Marvelio Prado berjanji akan membalaskan dendam adiknya. Hingga Ayla harus membayar kesalahan yang tidak diperbuatnya dengan nyawanya sendiri.

Namun, nyatanya Ayla tidak mati. Ia tersadar dalam tubuh seorang gadis cantik berumur 18 tahun, gadis yang samar-samar ia ingat sebagai salah satu tokoh antagonis di dalam novel yang pernah ia baca sewaktu bangku kuliah. Namun, nasib gadis itu buruk.


“Karena kau telah memberikanku kesempatan untuk hidup lagi, maka aku akan mengubah takdirmu!” ~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joy Jasmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 ~ Topi Hijau

Langkahnya terhenti kala mendengar sebuah pertengkaran, tampak Aldric sedang berbicara dengan seorang gadis. Namun gadis itu terlihat tidak senang.

'Itu dia Alice. Tenang saja cantik, aku akan menyelamatkanmu.'

Ia lalu melangkah kembali, ingin mendapat kesan yang baik terhadap gadis itu. Namun seseorang menariknya pergi. "Hey, sudah masuk kuliah tidak bilang-bilang. Ayo ke kelas, sebentar lagi mata kuliah akan dimulai."

Wajahnya menjadi kesal, anak ini lagi. Selama ia memulihkan diri anak ini juga sering pergi ke rumah dan menganggunya. Ia lalu memandang kebelakang, melihat Alice yang telah melangkah jauh dengan Aldric dibelakang.

Sedikit ia merasa aneh, kenapa Alice tampak tidak acuh pada Aldric? Bukankah Alice adalah gadis tidak waras yang setiap saat kegiatannya hanya mengejar Aldric?

Namun ia tak ambil pusing, mungkin saja gadis itu hanya sedang berpura-pura marah.

Saat istirahat, ia kembali mencari gadis itu. Dan takdir bersambut dengan baik, saat kumpul UKM ternyata Alice adalah ketua dan dia adalah wakil. Tentu saja ia senang, terlebih Alice memintanya untuk tidak ikut bubar karena ada beberapa hal yang harus dibicarakan.

"Kamu sudah sehat, Rier?" tanya Alice berbasa-basi dahulu sebelum masuk ke pembicaraan inti.

"Seperti yang kau lihat, aku sudah sehat seperti sedia kala," jawabnya dengan semangat membuat Alice mengerutkan kening. Pasalnya pria ini sebelumnya tidak seceria ini malah lebih ke agak dingin.

Mencoba untuk abai Alice kemudian menjelaskan rencananya mengenai perekrutan anggota baru di semester depan nanti. Ia memiliki beberapa rencana mengenai itu.

Selama menjelaskan, Darier terlihat tidak fokus. Pembawaan Alice sangat berbeda dengan sikap Alice di novel. Alice yang ini tenang, Alice di novel pembuat onar. Alice yang ini terlihat cerdas, Alice di novel sering bolos kuliah.

Bahkan tentang Alice yang menjadi ketua UKM Bisnis juga tidak pernah tercatat di novel sebelumnya.

"Bagaimana, Rier? Apa kamu setuju?"

"Eh, emm. Menurutku bagaimana baiknya saja, Lice."

"Rier, kamu terlihat tidak fokus. Mungkin kamu belum begitu sehat, jadi kembalilah beristirahat dulu!" pinta Alice, namun Darier tidak ingin pergi.

"Alice...," panggilnya penuh keraguan.

"Ya."

"Berhati-hatilah pada Sylvia dan Melysa!"

Deg...

"Apa maksudmu, Rier?"

"Aku tidak ingin menutupi apapun, karena misiku adalah menyelamatkanmu maka setidaknya kau harus tahu."

"Apa?"

"Aku berasal dari dunia lain, aku bukanlah Darier yang asli."

Deg... Deg... Deg...

"Hahaha, kamu bisa saja bercandanya, Rier? Sepertinya kepalamu terpentok jadi berhalusinasi seperti ini ya?"

"Aku serius Alice, aku berasal dari masa depan. Tepatnya dari Kota Lexus."

'Kota Lexus?'

"Kamu kenal Ayla Navala?" tanya Alice penasaran, ia tidak sadar telah kelepasan berbicara.

"Ayla Navala? Gadis malang itu? Keadaannya saat ini koma dan ... Eh, kenapa kau tahu tentang Ayla Navala?"

"Emm, a-aku pernah baca di suatu tempat."

"Jangan berbohong, Lice. Ayla Navala sama sekali tidak disebut dalam novel ini."

"Aku pernah baca sebuah buku dari seorang indigo. Katanya akan ada artis yang bernama Ayla Navala di masa depan. Dan dia adalah aktris antagonis yang sangat terkenal."

"Kau adalah Ayla Navala, Lice," balas Darier dengan sangat yakin. Dapat ia tebak dari kebahagiaan yang terpancar dari kedua netra biru safir itu ketika membicarakan Ayla.

Alice terdiam, lidahnya keluh. Dalam hati ia merutuki dirinya yang kelepasan bicara.

"Kita memiliki misi yang sama, Ayla Navala. Yaitu menyelamatkan Alice Lawrence, maka dari itu aku akan lebih senang jika kau jujur padaku sekarang. Aku juga sudah baca novel Belenggu Cinta hingga tamat, jadi kita bisa jadi rekan yang baik nantinya."

Keheningan tercipta, keduanya hanya saling menatap. Alice menatap penuh keraguan, apakah ia boleh sembarang percaya pada orang? Namun pada akhirnya ia memilih percaya, setidaknya Darier mengetahui alur novel hingga tamat.

"Ya, aku adalah Ayla Navala. Aku secara tiba-tiba masuk ke dunia ini setelah dibunuh para orang bejat itu."

"Dan bodohnya mereka menyesalinya, kau sudah dinyatakan tidak bersalah. Saat ini keadaanmu sedang dirawat secara intensif, namun keadaanmu tetap dirahasiakan oleh pihak internal."

"Aku bahkan tidak tahu masih bisa kembali ke tubuhku yang sebenarnya atau tidak."

"Jangan menyerah, Ayla. Mari berjuang bersama," ujar Darier semangat sembari mengulurkan tangannya.

Alice menyambut itu dan sedikit mengembangkan senyum yang kini jarang ia tampilkan.

"Sekarang katakan, kenapa kamu minta aku untuk menjauhi Sylvia dan Melysa?"

"Karena mereka yang mencelakaimu."

"Jadi mereka," gumam Alice mengepalkan kedua tangannya.

"Eh, tapi mereka bukan ya?" tanya Darier yang terlihat plin plan.

"Ck, kamu ini katanya sudah baca novel sampai tamat."

"Salahkan saja game sialan yang membawaku ke tubuh pria ini. Kenapa juga harus kebentur trotoar dan buat aku kehilangan sebagian ingatan," maki Darier emosi, ia lupa bahwa poinnya akan terancam lagi.

Seketika layar sistem muncul.

...Anda menghina game, poin minus 3....

Hah?

"Ck, lebih baik kau jangan memancingku untuk memaki, Lice. Karena aku bisa mati jika memaki terus," lirih Darier kesal namun seperti ingin menangis.

Alice terlihat bingung, seharusnya ia yang kesal tapi kenapa malah pria ini yang kesal? Baru saja Alice ingin bertanya, Edric masuk ke ruangan tanpa permisi.

"Hmm, saya dengar kalian mengadakan pertemuan pengurus tadi. Bagaimana hasilnya?" tanya Edric dengan wibawanya.

Alice diam-diam mengulum senyum, meski mereka tidak banyak interaksi sejak luka pria itu sembuh. Namun Alice tahu bahwa pria ini selalu mengawasinya, hingga kadang Alice merasa lucu sendiri. Bahkan ruangan ini memiliki CCTV yang terhubung langsung ke ponsel pintar pria itu.

Sementara Darier yang tidak tahu keadaan masih duduk di sana dengan wajah murung menahan tangis. Rasanya dunia benar-benar selalu mempermainkannya. Tidak pernah ada kebahagiaan yang benar-benar ada untuk menghiasi hidupnya.

"Hmmmm." Edric berdehem keras, memberi kode lirikan mata agar pria itu bisa keluar dan meninggalkannya bersama Alice berdua saja.

Namun sungguh Darier tidak mengerti, ia ingat pria ini adalah kakak sepupunya yang sangat mamanya sayangi.

"Darier, apa kau tidak ada kelas? Sebentar lagi pelajaran akan dimulai. Pergilah, nanti kau terlambat," ucap Edric akhirnya setelah kode yang ia berikan tidak digubris sama sekali.

"Huaaaaaa." Tiba-tiba pria itu menangis kencang, ia sedang menahan sesak di dada dan berharap keponakan kesayangan mamanya ini bisa memberikan sedikit perhatian, namun yang ia dapat malah pengusiran.

Dua pasang mata Alice dan Edric membulat, bagaimana mungkin seorang pria dewasa menangis sampai sesenggukan seperti itu.

'Sungguh sangat memalukan Darier asli,' pikir Alice di dalam hati.

Kedua orang itu hanya bisa bengong, karena dihibur pun tangis pria itu semakin menjadi. Membuat Alice teringat akan seseorang.

'Kenapa mirip sekali dengan dia?' pikir Alice di dalam hati.

Beberapa saat kemudian tangis pria itu telah berhenti, hanya tersisa sesenggukan dari suaranya.

"Sudah selesai?" tanya Edric dengan cuek.

Alice kembali membulatkan kedua matanya, Edric sudah memancing api yang baru saja akan padam. Dan sekali terpikirkan, terdengar kembali isakan di sana membuat Alice menepuk jidatnya sendiri.

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, Alice bernapas lega ketika orang yang ia tunggu telah tiba. Pria itu menghampiri Darier yang seketika menghapus air matanya, ia tidak mau terlihat bodoh di depan anak yang selalu menganggunya ini.

"Rier, kau menangis? Hahaha, wajahmu jelek sekali. Hahaha," ejek kawan baiknya itu sembari menahan sakit di perutnya karena tertawa.

Tanpa kata Darier bangkit dan beranjak dari sana, ia jadi kesal sendiri karena terlihat cengeng dan bodoh di depan orang lain. Temannya yang bernama Yosua itu pun mengikuti dari belakang dengan wajah menahan tawa.

Sementara Edric dan Alice yang kini telah tinggal berdua saling melayangkan tatapan. Setelah beberapa saat kedua tertawa bersama, merasa lucu akan kondisi tadi. Mereka seperti tengah merawat seorang bayi besar.

"Kau tidak ada kelas?" tanya Edric berusaha keluar dari mode ngakaknya.

"Kebetulan sedang kosong, Pak," sahut Alice masih dengan wajah jenaka.

"Aku tidak pernah melihatmu tertawa selepas itu?" Edric menatap gadis itu dengan intens.

Alice yang ditatap menjadi salah tingkah, ia kemudian mengeluarkan sebuah dokumen dan menjelaskannya pada Edric agar keadaan bisa kembali normal.

Namun selama ia menjelaskan, Edric tidak fokus sama sekali. Tatapannya justru tertaut pada bibir tipis milik gadis itu.

Sebenarnya ia bukan ingin mendengar laporan hasil rapat tadi, ia hanya kelewat rindu pada gadis ini. Terlebih Darier yang masuk ke sana tidak kunjung keluar. Dan melalui CCTV, pria itu malah terlihat asik mengobrol dengan Alice.

Seakan merasa tengah mengenakan topi hijau, ia lalu memutuskan ke ruangan ini dan bersikap ketus pada sang sepupu.

Di balik Edric yang termenung dengan pemikirannya sendiri, Alice justru terus menjelaskan. Ia mengemukakan pendapatnya dengan lancar. Kini tangannya tak lagi gemetar seperti dahulu, mungkin karena sudah terbiasa.

Edric semakin tidak fokus kala gadis itu menghentikan sebentar penjelasannya dan meminum es jeruk yang kebetulan tadi ia beli.

Melihat Edric yang seperti menatapnya minum es jeruk, gadis itu pun berinisiatif menawarkan, "Pak, mau es jeruknya?"

Edric hanya mengangguk, tangannya ia angkat seakan ingin meraih es jeruk. Namun yang ia raih adalah tengkuk gadis itu dan tanpa kata mencium mesra bibir Alice dengan dalam.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tbc.

🌼🌼🌼🌼🌼

1
Sri Yati
omo omooooo....
kanjeng_ribet
ceritanya sangat bagus, aku sampai terbawa suasana kadang ikut nangis kadang ikut tertawa❤️❤️
Joey: Terima kasih ulasannya❤️❤️. Jangan lupa mampir di karya baru author ya. "Istri Amnesia Tuan G"
total 1 replies
Nur Lela
luar biasa
Hikam Sairi
mampir
kriwil
udah ganti jiwa masih aja gemetar kasih setrum yang kenceng biar kaku
Dede Mila
😵‍💫😵‍💫😵‍💫😵‍💫
Dede Mila
🤪🤪🤪🤪🤪
Dede Mila
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Aini
Luar biasa
Retno Isma
ok
Tea and Cookies
Luar biasa
JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊
Sumpah ketawa terus🤣🤣🤣
JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊
aduii thor🤣🤣🤣🤣maw tercabut usus perut ketawa🤣🤣🤣
JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊
malailat pencabut nyawa jadi jadian😭😭🤣🤣🤣🤣🤣
🦆 Wega kwek kwek 🦆
susahnya jadi aktris antagonis yh 🤣🤣direalita mereka diserang fans2 yg SDM nya rendah ( seperti dinegara kita ,walau itu cuma sinetron ada aja orang sampai benci kepada aktor dan aktris nya padahal dia GK kenal)🙏
Nurijan Daud
Luar biasa
레이디핏
Mati nggak tuhh😂😂
princess Halu
basi.. giliran d cuek ni baru rasa ke hilangan
ᴹˢ᭄𝕯𝖆𝖗𝖐𝐒𝐢𝐬𝐭𝐞𝖒☢︎٭⃟👾⃟
duh Edric bilang aja suka gosah gengsi
ᴹˢ᭄𝕯𝖆𝖗𝖐𝐒𝐢𝐬𝐭𝐞𝖒☢︎٭⃟👾⃟
gw suka gaya lu Alic
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!