Langit tak pernah ingkar janji
Dihina karena miskin, diremehkan karena tak berdaya. Elea hidup di antara tatapan sinis dan kata-kata kejam. Tapi di balik kesederhanaannya, ia menyimpan mimpi besar dan hati yang tak mudah patah.
Suatu hari, ia mendapatkan sebuah tawaran untuk melanjutkan sekolah di kota.
Apakah elea akan menerima tawaran tersebut? Apakah mimpi elea akan terwujud di kemudian hari?
Penuh teka teki di dalamnya, jangan lewatkan cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kegabutanku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27
"Kok papa bisa akrab dengan El?" Ucapnya sambil melirik ke arah papanya.
Elea dan Pras masih saling pandang mendengar pertanyaan Candra yang terkesan ketus dan juga lirikan tajam itu.
"Ohh itu, papa kan tadi malam kesini sama mama kamu dan ya seperti yang kamu tau papa bertemu dengan El." Ucapnya.
"Oh... Papa nggak ngapa- ngapain kan sama El?"
"Ngapa- ngapain? Maksud kamu?"
"Ya ngapain gitu?"
"Papa cuma nganter El pulang, karena sudah larut malam." Jawabnya dengan santai.
"Tuh kan..." Mendengar hal tersebut membuat Candra cemberut. Bahkan mulutnya sudah bisa dikuncir kepang dua.
"Kenapa sih ? Posesif banget. Emang El pacar kamu? Kan bukan." Ucapnya dengan santai.
"Entahlah, papa ngeselin aku benci sama papa." Melihat anaknya merajuk membuatnya tertawa terbahak- bahak.
"Kenapa papa tertawa?"
"Lha iya, kenapa kamu cemburu? Orang dia juga bukan siapa- siapa kamu?"
Mendengar pertengkaran kedua anak dan bapak tersebut membuat Elea tersipu malu.
"El... mumpung disini ada papa. Aku juga mau ngomong sama kamu?" Candra memberanikan diri untuk berbicara kepada Elea.
krriiiinggggg..... Dering ponsel Elea tiba- tiba berbunyi.
"Sebentar kak, aku angkat telpon dahulu. Permisi.." Elea keluar dari ruangan Candra. Candra hanya bisa menjawab dengan senyum kecutnya saja.
"Jadi kamu suka beneran boy sama dia? Kelihatannya dia baik juga wanita yang tangguh."
"Dia adik kelasku waktu SMA pa, dulu aku susah banget buat deket sama dia. Ehh...ternyata dia juga kuliah di kampus sini. Jadi, aku memberanikan diri untuk berkenalan lebih dekat dengannya."
"Good boy, gitu dong jadi anak lelaki harus pemberani."
"Lalu mengapa kamu sampai nekat melakukan hal ini?"
Candra hanya diam tak ingin bercerita lebih dalam lagi.
"Yaudah nggak apa- apa jika kamu nggak mau cerita. Papa akan memakluminya." Pras pun duduk di sofa yang ada disana. Ia lekas membuka layar datarnya dan mengerjakan pekerjaannya.
"Pa..."
"Hmmm... Mau diambilin apa?" Tanya Pras yang masih asyik menyusun huruf demi huruf pada layar laptopnya.
"Apa papa masih menyayangi mama?"
Deg
Mendapatkan pertanyaan seperti itu membuatnya kaget sekaligus bingung mau menjawab apa.
"Memangnya kenapa? Kok bisa kamu bertanya hal demikian?"
"Ya nggak apa-apa, aku melihat papa sudah tidak seperti dulu lagi."
"Ahh itu hanya perasaanmu saja ndra."
Elea kembali lagi, dan itu membuat obrolan bapak dan anak terdiam sesaat.
"Kak, om, saya pulang dahulu ada kepentingan mendesak."
"Kok pulang sih El, memangnya ada masalah apa?" Tanya Candra dengan nada manja.
"Cih... Dasar bucin." Decih Pras.
"Aku masih bisa dengar pa." Ucapnya.
"Ini Vita kecelakaan."
"Apaaa? Terus dia sekarang keadaannya bagaimana?"
"Belum tau kak, ini aku masih mau nyamperin dia."
"Memangnya di rumah sakit mana?"
"Dibawa ke rumah sakit sini juga. Soalnya papa mama nya sedang di luar negeri. Yaudah permisi om kak.." Elea segera berlalu pergi meninggalkan mereka berdua.
"Kasian Elea, setiap hari sibuk terus dia. Membantu sana sini dan juga pekerja keras." Gumam Candra pelan.
"Perlu kamu contoh dia itu, biar kamu nggak galau urusan percintaan mulu."
"Papa sok tau."
"Kenyataannya memang bener seperti itu kan?"
"Tau ahh... Mau tidur aja ngantuk."
"Dasar remaja labil." Gumam pras.
"Dasar tua- tua suka kepo."
"Dasar bucin." Balas Pras. Mereka berdua terus saja saling sindir menyindir hingga tidak ada habisnya.
Elea, segera berlari ke ruang ICU untuk mencari keberadaan Vita.
Didalam sana, Vita masih terpejam dan belum menunjukkan perkembangan yang signifikan.
"Vitaaaaaa...." Teriak Elea histeris. Ia tidak menyangka jika sang sahabat mengalami hal yang sangat mengerikan tersebut.
"Maaf mbak, mbak bisa keluar ini rumah sakit." Ucap suster yang ada disana.
Elea dengan tangan bergetar ia melakukan panggilan kepada kedua orang tua Vita.
Ia memberitahu keadaan sang anak, shock tentu saja hingga akhirnya kedua orang tua Vita segera bertolak pulang.
"Vit, kamu harus kuat kamu bisa melewati semua ini." Ucapnya dengan nada bergetar.
"Mbak..." Sapa lelaki itu sambil menepuk bahu Elea. Ia pun menoleh ke sumber suara.
"Iya?"
"Mbak keluarga pasien?"
"Iya, kenapa memangnya?"
"Sa-saya minta maaf. Saya beneran tidak sengaja menabraknya saya akan bertanggung jawab atas semua yang menimpanya." Ucapnya tentu saja dengan rasa gugup dan bicara dengan terbata- bata.
Elea menatap tajam ke arah lelaki muda yang terlihat tampan tersebut.
"Bagaimana kronologinya? Mengapa bisa terjadi seperti ini? Jan jika terjadi apa- apa saya tidak akan pernah melepaskan kamu."
"I-iya saya akan bertanggung jawab. Jadi, tadi perempuan itu menyebrang tanpa melihat jalan. Ia sedang asyik dengan ponselnya. Saat itu, saya sedang buru- buru untuk menuju ke rumah sakit. Karena ada pasien yang mau melahirkan." Ia terlihat sangat kacau.
Andi, nama orang yang tengah menabrak Vita ia merupakan dokter obgyn terbaik di rumah sakit tersebut. Ia juga seorang dokter muda dan juga sekaligus CEO rumah sakit tersebut.
"Sa-saya janji akan memberikan perawatan terbaik untuk perempuan ini." Ucap Andi.
"Baik... Mana KTP kamu?"
"Haaa? KTP? Buat apa?"
"Buat mastiin kalau kamu nggak akan kabur dan mau menanggung semha ini."
"Saya pasti tanggung jawab kok, tanpa saya memberikan KTP saya."
"Yaudah mana? Jangan banyak alasan ya. Tampang boleh ganteng, pakaian boleh modis tapi kamu harus tanggung jawab." Dengan menarik nafas, Andi memberikan kartu identitasnya.
"Masih jaman ya?" Ucapnya lalu dia menyerahkan KTP nya. Elea melihat dengan teliti ia melongo bahwa yang saat ini adalah dokternya.
"Yaudah ini saya simpan sebagai jaminan jika kamu nggak akan kabur."
"Iya, Yaudah saya izin pamit dulu karena saya ada kerjaan. Oh ya, sekalian ini kartu nama saya. Jika butuh sesuatu bisa telpon saya." Lalu ia berlalu pergi meninggalkan Elea.
Ia menatap lekat kartu nama tersebut, ia tercengang bahwa yang ia hadapi itu CEO rumah sakit tersebut.
"Mampus deh..." Ucap Elea
Ia dengan setia berada di samping Vita, kondisinya pun sekarang sudah membaik.
"El... Gimana keadaan Vita?" Ucap Jefri yang saat itu datang menjenguk Vita.
"Kamu kok tau kalau Vita ada disini?"
"Iya tadi heboh banget di berita."
"Oow... Ya masih belum sadar sih kak. Doain aja yang terbaik."
"Oh ya, kamu udah makan belum? Ini aku bawain makanan. Soalnya aku yakin kamu pasti menunggu Vita disini."
"Iya kak, terima kasih. Nanti aja aku makan..."
"Ohh yaudah, aku taruh sini ya." Elea mengangguk ia terlihat sangat sedih.
Ia juga merasa gagal menjadi teman karena tidak bisa melindunginya.
"Jangan sedih, kasian Vita harusnya kamu lebih kuat dari dia. Biar dia bisa cepet sadar dan semangat sembuh."
"Kak..."
.
.
Terus pantau terus gais, biar nggak ketinggalan updatenya. Thank yang udah stay baca novelku. Loppp sekebooonnnn❤️❤️❤️❤️❤️
makasih Thor, do'a terbaik juga buat dirimu Thor 🙏😍😍