Fiona Amartha Dawson, hidup berdua dengan kakak perempuan seibu di sebuah kota provinsi pulau Sumatera yaitu kota Jambi.
Jemima Amelia Putri sang kakak adalah seorang ibu tunggal yang bercerai dengan suaminya yang tukang judi dan suka melakukan kekerasan jika sedang marah.
Fiona terpaksa menikah dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal secara mendadak karena suatu insiden guna menyelamatkan harga dirinya sebagai seorang perempuan lajang.
AKBP Laksamana Zion Nugraha tidak menyangka akan menikahi gadis gemoy yang tidak ia kenal karena ketidakadilan yang dialami gadis itu. Niatnya untuk liburan dikampung kakak iparnya menjadi melenceng dengan menjadi seorang suami dalam sekejap.
Bagaimana reaksi Fiona saat mengetahui jika suami yang ia kira laki-laki biasa ternyata adalah seorang kapolres muda di kota Medan?
Akankah ia bisa berbaur pada kehidupan baru dikalangan ibu-ibu anggota bhayangkari bawahan suaminya dengan tubuhnya yang gemoy itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurhikmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjemput istri
Sedari pagi Zion sudah berkemas dengan dibantu asisten rumah tangga sang Mama, Mbok Inem. Awalnya hanya membawa pakaian satu ransel dipunggung, sekarang ia membawa sebuah koper berisi pakaian oleh-oleh yang sengaja dibelikan sang Mama untuk keluarga Arimbi dan khusus untuk Fiona dengan keluarganya.
Keduanya sudah terpisah dalam dua paket besar pakaian yang tidak perlu di obrak-abrik dan hanya tinggal memberikan saja pada yang punya. Tidak hanya pakaian, dua kotak besar berisi jajanan khas Yogyakarta seperti Bakpia dan teman-temannya juga menjadi oleh-oleh di samping pakaian.
Karena berhasil dibujuk sang anak untuk tidak jadi ikut, Nyonya Widuri melampiaskannya dengan belanja oleh-oleh tanpa ada larangan anak dan suaminya.
Alhasil, banyak sekali barang yang akan Zion bawa dalam perjalanan pulang kali ini.
Karena perjalanan menuju bandara di Kulonprogo hampir satu jam perjalanan, Zion sudah bersiap sedari jam 9. Pria itu memutuskan akan berangkat sebelum waktu Zuhur dan memutuskan salat Zuhur serta makan siang di area bandara saja.
Penerbangan nya ke Jambi menggunakan Super air jet pukul empat sore jika tidak ada delay. Untuk itulah ia memutuskan untuk datang ke bandara sedikit lebih cepat sebelum cek in karena akan salat Zuhur dan makan siang dulu.
"Sa, kamu janji ya bakalan ngadain pesta pernikahan kalian di rumah kita. Mama mau pamer kalau punya mantu Bule sama si borokokok minyak sayur Sania! Emangnya dia doang yang bisa punya mantu Bule, mama juga punya. Apa lagi mantu cantik kayak Fiona yang gemoy bikin gemes pengen cubit," ucap Nyonya Widuri dengan memeluk manja lengan kekar putra nya.
"Ya Allah, Ma! Bisa kabur mantu kita kalau kamu cubitin! Emangnya Mama mau jadi mertua kayak yang ditonton Inem tiap malam itu? Ada loh Ma azab mertua jahat!" celetuk Tuan Nugraha menggoda sang istri.
"Apaan sih Pa. Mama kan cubit karena gemes, bukan cubit jahat! Mana ada mama jadi mertua jahat yang diazab mati ketiban pohon pisang! Mama ini akan menjadi mertua paling baik sedunia!" sungut Nyonya Widuri kesal dan melototi sang suami.
Saat ini mereka baru saja tiba di bandara Kulonprogo mengantarkan Zion. Padahal pria itu sudah bilang akan pulang sendiri tidak usah diantar, tetapi kedua suami istri kadaluwarsa itu tetap keukeh ingin ikut mengantar ke bandara.
"Mama tunggu aja kabar dari Laksa ya? Setelah pengajuan kantor selesai, Laksa akan langsung kabari Mama biar Mama bisa leluasa menyiapkan pesta resepsi kami," sahut Zion dengan lembut mengusap punggung tangan sang Mama.
"Iya, tapi jangan lupa tanyakan sama Fiona karena ini pernikahannya. Setiap perempuan pasti punya pernikahan impian, dan Mama harus mengkoordinir nya sesuai dengan pernikahan impiannya Fiona," tambah Tuan Nugraha ikut mengingatkan sang istri.
"Pasti dong Pa, Mama gak mungkin menyiapkan pesta mereka tanpa bertanya dulu sama Fiona. Yang pastinya, apapun pesta pernikahan impian Fiona akan Mama wujudkan dengan sangat sempurna versi manusia. Soalnya kan yang sempurna cuma Gusti Alloh, bukan kita yang manusia biasa!" sahut Nyonya Widuri dengan memberikan jempolnya.
"Alhamdulillah, luar biasa sekali Nyonya Nugraha ini!" puji Tuan Nugraha yang membuat Nyonya Widuri tersenyum lebar.
Zion tersenyum kecil melihat sikap akur kedua orang tuanya yang saling menyayangi dan tanpa malu memuji pasangannya.
"Ya Allah, Izinkanlah aku dan Fiona hidup bahagia seperti Mama dan Papa hingga tua meskipun hidup hanya berdua saja. Saling menyayangi, saling mencintai, dan saling menutupi kekurangan masing-masing dan menjadikan hal itu sebagai kekuataan cinta mereka. Aamiin!!" batin Zion berdoa untuk rumah tangganya dengan Fiona.
🍀🍀🍀
"Dek, kalian mau langsung pulang ke Medan apa mau menginap dulu beberapa hari?" tanya Arimbi yang saat ini ada di rumahnya yang di Mayang.
"Iya Kak, Mas Zion hanya nginap malam saja dan besok pagi kami akan langsung pulang ke Medan. Cuti Mas Zion sudah selesai keesokan harinya dan Mas Zion bilang tidak mau perpanjang cuti meskipun masih ada sisa cuti karena baru dipakai seminggu sejak dua tahun lalu tidak pernah ia pergunakan," jawab Fiona sesuai perkataan sang suami semalam.
Semalam kedua suami istri itu saling mengobrol meskipun hanya melalui videocall sebelum tidur hingga ketiduran dengan ponsel yang masih menyala keduanya.
"Oh, ya sudah kalau begitu keputusannya Zion. Kakak kira kalian mau honeymoon tipis-tipis dulu sebelum pulang ke Medan," sahut Arimbi lagi.
"Duh, kayaknya gak dulu deh Kak. Meskipun Nana belum resmi menjadi ibu Bhayangkari kayaknya untuk honeymoon belum kami pikirkan karena butuh rencana matang untuk mengajukan cuti dengan jabatannya Mas Zion yang seorang pimpinan. Nana sedikit paham jika menjadi istri seorang pelayan masyarakat yang punya jabatan tinggi, kita harus banyak mengerti karena sudah menjadi resiko seorang istri polisi jika suaminya bukan hanya miliknya tetapi juga milik masyarakat. Nana sebisa mungkin harus mengimbangi dan mendukung pekerjaan Mas Zion yang selalu menyita waktu diluar rumah. Dan untuk honeymoon kan kapan-kapan bisa Kak, gak perlu pergi jauh-jauh," jawab Fiona panjang lebar.
"MasyaAllah, Kakak senang dengarnya! Sudah menjadi resiko kita yang menjadi istri Polisi atau Tentara jika kita dinomor duakan setelah Negara. Asalkan jangan diduakan dengan para Ani-ani yang beterbangan kayak lalat sampah aja," sahut Arimbi dengan tersenyum bangga.
"Tentu dong Kak! Jangan beri kesempatan para Ani-ani diluaran sana untuk mendekati suami kita meskipun dari jarak seratus meter. Jangan kasih peluang sedikitpun apapun keadaannya. Lebih baik suami kita di ambil Alloh daripada diambil Ani-ani wewe gombel!" timpal Fiona dengan semangat empat lima.
"Betul itu! Eh, jangan juga dong Na di ambil Gusti Alloh kalau anak masih kecil! Tungguin kita udah kakek nenek aja diambilnya biar anak-anak udah ada yang jaga!" sahut Arimbi dengan mengusap dadanya
"Ya, Nana gak mau juga lah Kak! Itukan perumpamaan nya aja lah Kak, Nana juga gak mau menjadi janda muda," balas Fiona ikutan mengelus dada dan bergidik ngeri sendiri.
"Nah, betul itu! Dahlah, gak usah ngomong jadi janda muda! Serem amat obrolan kita sampe merambat jadi janda muda ditinggal suami segala! Mendingan kita belanja aja beli oleh-oleh khas Jambi untuk dibawa pulang ke Medan besok!" ucap Arimbi yang menyudahi obrolan kecil mereka.
"Iya, Kak! Yuk, kita belanja aja!" sahut Fiona dengan sangat setuju.
Bersambung...
biasalah tebak2 gak berhadiah 😀