NovelToon NovelToon
WANITA ITU IBU ANAKKU

WANITA ITU IBU ANAKKU

Status: tamat
Genre:Tamat / Patahhati / Romansa-Tata susila / Percintaan Konglomerat
Popularitas:9.9M
Nilai: 4.8
Nama Author: Moena Elsa

Mutia Arini seorang ibu dengan satu putra tampan dan juga pengusaha bakery wanita tersukses. Kue premium buatannya telah membuat dirinya menjadi seorang pebisnis handal. Banyak cabang telah dibukanya di berbagai kota besar. Pelanggannya adalah golongan menengah ke atas. Di balik kesuksesannya ternyata ada sebuah rahasia besar yang disimpannya. Karena kejadian satu malam yang pernah dilaluinya, mengubah semua arah kehidupan yang dicitakan oleh seorang Mutia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 25

"A...a...ada Tuan. Akan saya panggil. Silahkan duduk Tuan," jawab bik Sumi tergagap.

Sebastian duduk di kursi yang ditunjuk bik Sumi untuk menunggu Mutia.

Bik Sumi berlalu dan mengetuk pintu kamar Mutia.

"Nyonya..." panggilnya.

"Iya bik, buka aja pintunya " jawab Mutia dari dalam kamarnya.

Bik Sumi membuka pintu, dilihatnya Mutia sedang memberikan kompres di kening Langit yang mengigau.

"Papa....papa...." rintih Langit dalam tidurnya.

Mutia dan Bik Sumi saling berpandangan.

"Bik...." terlihat mendung di wajah Mutia.

"Langit hanya bermimpi nyonya, jangan terlalu dihiraukan," hibur bik Sumi.

"Oh ya, sampai kelupaan. Bibi tadi ke sini mau memberitahu kalau ada yang mencari nyonya" beritahu bik Sumi.

"Siapa bik?" tanya Mutia.

"Tuan yang beberapa hari lalu pernah ke sini itu loh nyonya," tandas Bik Sumi.

"Tuan Sebastian???" karena hanya Sebastian yang pernah datang ke apartemennya. Bik Sumi hanya mengangguk menanggapi.

"Den Langit, biar saya tungguin. Nyonya temui aja tuan itu " bik Sumi mengambil alih untuk mengganti kompres di kening Langit.

Mutia menuju ruang tamu nya untuk menemui Sebastian.

"Tuan, ada apa ya?" tanya Mutia dan duduk di hadapan Sebastian.

"Aku hanya ingin minta maaf saja, karena mengajak Langit terlalu lama berenang. Gimana sekarang keadaannya?" tanya Sebastian.

Mutia mengangguk, "Masih demam" jujur Mutia.

"Nggak ke dokter?" ucap Sebastian.

"Rencananya. Ni tadi juga barusan buat janji temu dengan dokternya Langit," jelas Mutia.

Mutia masih merasa aneh aja, Sebastian yang bilang kalau mau rapat waktu ditelepon tadi tiba-tiba aja datang.

Padahal Mutia tadi menelpon cuma memastikan aja tentang renang Langit.

"Nggak usah merasa aneh, aku ke sini cuma mau minta maaf karena merasa bersalah mengajak renang Langit kemarin " Sebastian seakan tau pikiran Mutia.

"I....i...iya" jawab Mutia tergagap. Bagaimana dia tau yang ada di pikiranku, batin Mutia.

Bik Sumi datang tergopoh menyusul Mutia.

"Nyonya, Den Langit menggigil dan meracau," ucap Bik Sumi.

Mutia berlari ke kamarnya.

Di pegangnya kening Langit yang sedang meracau karena saking panas badannya.

"Kok malah bertambah panas?" gumam Mutia.

Sebastian tanpa sadar mengikuti langkah Mutia dan dilihatnya Langit yang sedang meracau memanggil papa...papa...papa.....

Dipeluknya Langit dan digendong oleh Sebastian.

"Sebaiknya kita langsung ke IGD aja, daripada kelamaan," tandas Sebastian. Mutia hanya menurut saja ucapan Sebastian.

Anehnya, Langit sudah tenang di pelukan Sebastian.

Mutia merasa heran akan hal itu.

Sebastian melangkah cepat sambil menggendong Langit, Mutia mengikuti di belakangnya.

Mutia menyodorkan kunci mobilnya.

"Hmmm, sebaiknya bawa mobilku aja " usul Sebastian. Lagi-lagi Mutia tak kuasa menolak kata-kata Sebastian.

Sebastian melajukan mobilnya ke IGD rumah sakit terdekat, sementara Mutia duduk di sampingnya sambil memangku Langit yang mulai tenang.

"Maaf Tuan, jadinya malah merepotkan anda " Mutia memulai pembicaraan.

"Aku tidak merasa direpotkan. Betewe panggil Tian aja, aku berasa tua kalau dipanggil Tuan," Sebastian mencoba bergurau meski terasa garing. Mutia tersenyum.

Sampai di lobi IGD, Sebastian mengambil alih Langit untuk digendongnya.

Tanpa sengaja dia juga menggandeng lengan Mutia untuk mengikutinya.

Pasti banyak yang mengira kalau mereka sepasang suami istri.

Langit diturunkan oleh Sebastian di brankar IGD, "Apa keluhan putra anda tuan?" tanya seorang perawat jaga menghampiri.

"Demam" jawab Sebastian singkat.

Perawat dengan cekatan mengukur suhu tubuh Langit, empat puluh koma sekian hasilnya.

"Sebaiknya anda mendaftar dulu Tuan. Saya akan lapor dokter dulu " ucap perawat itu.

"Kamu tunggu Langit, saya akan daftarkan," sahut Sebastian ke arah Mutia.

Mutia terdiam tanpa menyahut, Mutia mulai cemas dengan keadaan Langit yang tak kunjung turun demamnya.

Sebastian mendaftarkan Langit di ruang pendaftaran pasien, dengan lantang Sebastian menyebutkan tanggal lahir Langit tanpa ragu sedikitpun. Untung saja Langit pernah cerita tanggal lahir sebelumnya, batin Sebastian.

Mutia tetap mendampingi Langit saat dipasang infus dan diberikan obat penurun panas lewat infus itu.

Langit meronta, dan Mutia pun kewalahan.

Seumur-umur baru kali ini Langit mengenal jarum infus, makanya dia ketakutan.

Mutia ikut menangis karena kewalahan menangani sang putra.

Sebastian yang barusan datang. Digendongnya Langit dan coba ditenangkan olehnya.

Langit terdiam dan memeluk erat Sebastian yang menggendongnya. Perasaan apa ini? Batin Sebastian. Mutia pun juga merasakan keanehan itu, bagaimana Langit dengan mudahnya ditenangkan oleh seorang Sebastian?

Langit dipindahkan ke ruangan VVIP sesuai permintaan Sebastian. Langit yang mulai turun panasnya, tertidur lelap di pembaringan pasien.

"Tuan..eh Tian...Langit sudah lumayan membaik Bukannya mengusir, bukankah anda ada acara rapat?" kata Mutia.

Sebastian menatap Mutia, "Sudah kutunda setelah makan siang," ucap Sebastian tegas.

Mutia terdiam karena tidak ada bahan lagi untuk ngobrol dengan Sebastian. Demikian pula yang ada di pikiran Sebastian.

Untung Langit mulai terbangun dari tidurnya, sehingga bisa memecah keheningan di antara dua orang dewasa itu.

"Uncle, Om...sini dong," pinta Langit meminta Sebastian mendekat.

Sebastian pun menuruti permintaan Langit.

Mereka berdua main game online yang sangat digemari para kaum laki-laki itu. Bahkan karena saking asyiknya, Mutia pun merasa tersisih.

"Langit, uncle mau ada rapat. Langit sama bunda dulu ya. Sini bunda suapin," Mutia mendekat putranya.

"Nggak mau, aku mau uncle di sini nemenin Langit," ucapnya cemberut. Nggak biasanya dia tantrum seperti ini, batin Mutia.

"Langit, nggak baik loh melawan bunda. Langit makan dulu ya??" rayu Sebastian.

"Langit mau makan kalau disuapin uncle," tandas Langit.

Mutia terdiam. Sebastian pun meminta piring yang dipegang Mutia. Dia suapi Langit dengan telaten. Mutia trenyuh melihatnya. Apa putraku benar-benar ingin papa nya, batin Mutia. Apa yang harus kulakukan, perang batin Mutia.

"Langit, Uncle pergi dulu ya. Sudah ditungguin Om Dewa tuh di kantor," celetuk Sebastian.

Mata Langit berkaca-kaca mendengar perkataan Sebastian, seakan nggak rela ditinggalin olehnya. Sebastian jadi nggak tega meninggalkan laki-laki kecil itu.

Sementara Mutia tidak tahu mesthi bilang apa, karena menyadari siapa Sebastian sebenarnya. Seorang CEO di blue sky.

"Begini saja, uncle pergi sebentar untuk rapat. Abis itu, uncle janji deh ntar balik ke sini. Main lagi sama Langit," jarinya dia tautkan ke jari Langit.

Langit akhirnya membolehkan Sebastian pergi. Sudah persis bapak dengan anaknya kalau melihat interaksi keduanya.

to be continued

1
Nita Kelung
Penipu kena tipu😂
Nita Kelung
ternyata Janetra yg bodoh😂
Nita Kelung
Opa tinggal aja dgn Mutia dan sebastian
Nita Kelung
terbongkar sdh
Nita Kelung
pasti opa itu yg Tian cari
Nita Kelung
opa yg di cari juga oleh Tian
Nita Kelung
pasti ttg kalung dan liontin yg pernah di lihat
Nita Kelung
Sebastian ngidam
Nita Kelung
Dewa sama Dena aja
Nita Kelung
mutia sepupuan dgn Janetra
Nita Kelung
pasti Bibi kaget, krn mukax Sebastian mirip Bintang
Nita Kelung
pasti itu Mutia
Khairul Azam
ini othornya gak konsisten bukanya diawal si bibik mangil mutia dgn mutia aja gak pakek nyonya?
Khairul Azam
boleh song komen kan gunanya kolom komentar untuk komen 🤭🤭🤭

ceritanya bagus cuman sedikit menganjal dan gak enak dibaca trs feelnya kurang greget, seperti bastian bilang " aku gak punya no tlf bunda km lhoo" apa gak enak bilang "om tidak punya" kan lbh enak, tts basti ada " hahaha hehhehe" itu menggangu sih gak harus ditulis begitu sih. trs cara percakapan anak anak seumuran langit dan bintang terlalu dewasa
Khairul Azam
umur lima tahun cara ngomongnya seperti orang dewasa, malah gak imiut jadinya
Neneng Tejaningsih
bagus karya mu thor aku suka
Khairul Azam
bagus ceritanya tp cara nulisnya kq begini bikin pusing bacanya
moenaelsa: proses edit kak...maafin msh belajar nulis
total 1 replies
Neneng Tejaningsih
Luar biasa
George Lovink
Bagus ceritanya cuman kekurangan penulis nggak pisahkan percakapan.Dalam satu bab percakapan menumpuk tak ada jeda pisah sambung menyambung...jadi malas baca walau cerita bagus...mengagungkan diri penulis tapi hal sepele ini saja terlewati
moenaelsa: makasih masukannya, otewe revisi
total 1 replies
George Lovink
Kayaknya cerita bagus...tapi pisahkan donk percakapannya...numpuk gitu...seorang penulis kok nggak teliti sih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!