Terjerat Cinta Pria Miliarder

Para tamu dipersilahkan duduk dan kemudian Zafran menjadi pembicara inti dalam acara amal tersebut. Ruangan itu sangat besar dengan tempat duduk dan meja bundar yang besar, sangat mewah dan hanya untuk kalangan kelas atas.

Semua uang hasil dari acara yang Zafran adakan setiap tahunnya itu akan di berikan pada badan amal dan akan di salurkan untuk korban perang di beberapa negara serta akan di peruntukkan untuk membangun panti asuhan di beberapa negara. Zafran pria yang sangat Loyal, dan dermawan.

Laura duduk dengan anggun dan kemudian beberapa wanita menyusul duduk di sampingnya.

"Apa kau yang datang dengan Zafran." Kata seorang wanita yang duduk di sebelah kanannya.

Laura menoleh dan mengamati sejenak, wanita berambut pirang yang sangat seksi dengan dada yang besar, wajahnya sangat cantik campuran rusia, tentu saja gaunnya sangat ketat seolah ingin memperlihatkan semua bagian lekuk yang ada di tubuhnya. Wanita yang lainnya yang mendekatinya juga terlihat sangat seksi.

Namun fakta yang sebenarnya ketika Laura kemudian melihat mengelilingi ruangan, semua wanita memakai gaun pesta yang sangat minim dan sexy, memamerkan kaki-kaki mereka atau pinggul mereka, bahkan mempertonjolkan belahan dada dan memakai perhiasan yang berkilau.

Kini Laura merasa seakan menjadi bagian dari mereka kemudian Laura tersadar.

"Ah ya saya assistennya." Kata Laura malas dan berpaling melihat ke atas panggung dimana Zafran sedang berpidato menggunakan bahasa asing.

Zafran memakai setelan yang khusus di jahit untuk dirinya, kemeja dengan kerah terbuka dan memakai jas yang terlihat mahal serta berkelas, dampak dari tubuh Zafran yang besar dan kulit putihnya membuat Laura menelan air ludahnya sendiri, pria itu sangat terlihat mempesona.

Kemudian Laura memandang seluruh wanita yang hadir , mereka melihat Zafran seolah-olah pria itu adalah makanan yang lezat dan wanita-wanita itu terlihat sangat kelaparan, setelah pidatonya selesai, Zafran turun dari panggung dan pria itu benar-benar di kepung oleh segerombolan wanita-wanita liar.

"Para wanita selalu bersikap seperti itu di dekat Zafran jangan cemburu." Wanita yang duduk di sebelah kiri Laura berbisik lirih di telinga Laura dengan nada yang sangat manis, semanis gula dan penuh dengan provokasi.

"Namaku Ellen." Katanya lagi.

"Aku sama sekali tidak terganggu, aku hanya seorang assistennya." Jawab Laura malas, ia bukanlah bagian dari para wanita yang memuja Zafran.

"Justru karena kau adalah assistennya, kami mengatakan itu padamu, banyak assisten yang ikut berebut tempat, karena mereka memiliki waktu lebih lama bersama atasannya." Kata Ellen lagi.

"Semua wanita yang mengenal Zafran bahkan siap melakukan segala hal untuk tetap berada dalam kehidupan Zafran, bahkan mereka berebut untuk bisa naik ke atas ranjang dengan Zafran. Seolah itu sebuah perlombaan bagi mereka."mKata wanita sebelah kanan Laura.

"Kecuali aku, dan aku sudah cukup puas jika masa kerjaku berakhir dengan cepat." Kata Laura jengah dan ingin segera menyudahi serta mengakhiri obrolan yang membuatnya semakin kesal.

"Aku Feronica, dan aku adalah mantan pacar Zafran yang mungkin ke seratus atau lebih."mWanita di sebelah kanan Laura memperkenalkan dirinya.

"Sepertinya aku harus berjalan-jalan." Kata Laura mengabaikan Feronica, dan juga Ellen.

Laura ingin memperlihatkan bahwa dirinya tidak peduli. Kemudian ia berdiri dan meninggalkan para wanita itu, Laura tidak mengerti kenapa wanita-wanita itu memperkenalkan diri mereka, padahal jelas-jelas Laura tidak memperdulikannya.

"Mantan? Apa bangganya? Aku saja yang mantan pertamannya biuasa saja. Eghemm..." Kata Laura lirih pada dirinya sendiri sembari berdehem karena ia merasa malu dan canggung menyebut dirinya mantan Zafran.

Laura melihat beberapa patung yang di pajang dan kemudian berjalan melihat-lihat lukisan-lukisan abstrak, Laura memang sangat menyukai seni, bahkan saat remaja ia sering sekali melukis.

Hanya saja sekarang ia tidak tahu harus melakukan apa dan kini ia hanya berpura-pura seolah menikmati dan memandangi lukisan-lukisan itu.

Tak lama kemudian seorang pria bertubuh jangkung, dan berkulit sawo matang, serta cukup tampan dan juga ramah menyapa Laura dengan membawakan segelas sampanye.

"Sepertinya aku baru petama kali melihatmu di acara seperti ini, atau aku yang tidak sengaja

melewatkanmu, tapi gadis secantik dirimu mustahil terlewat dari pandangan mata para pria, apalagi mata pria "pemangsa" yang senang berburu." Kata pria itu.

"Ah, aku memang baru pertama kali menghadiri acara seperti ini." Sahut Laura kemudian.

"Terima kasih, aku akan menerima ini tapi aku tidak minum alkohol." Kata Laura lagi menolak meminum sampanye dengan kalimat yang halus.

"Siapa namamu." Pria itu bertanya.

"Laura Elsabeth Queen." Jawab Laura

"Waw namamu sangat indah, nama yang mengingatkanku dengan kerajaan inggris." Pria itu tertawa dan diikuti Laura yang tertawa.

"Ya, mungkin orang tua ku pengagum berat Ratu Elizabeth, aku pikir begitu, karena semasa kecil aku pernah melihat mereka tidak pernah melewatkan sedikitpun kabar atau berita tentang Ratu Elizabeth."

Pria itu mendengarkan Laura berbicara dengan penuh perhatian, dan ketika Laura bercerita mereka tertawa kembali.

"Kau sangat cerdas Laura dan juga cantik, aku tidak tahu kau mengerti banyak tentang seni." Puji Arnold.

"Kau terlalu memuji, aku hanya sering membaca buku saja, dan aku juga suka melukis tapi itu dulu saat masih remaja."

"Benarkah? Itu sangat mengagumkan." Kata Arnold lagi memuji Laura kembali.

Dari kejauhan tatapan Zafran nanar dan kejam, pria itu menyapu seluruh ruangan, dan mendadak berhenti ketika akhirnya menemukan sasarannya. Tubuh besar dan juga kuat berubah seketika menjadi kaku.

Pria itu melihat Laura yang sedang bercengkrama, mengobrol, tertawa dan tersenyum kepada seorang pria yang tentu sudah Zafran kenal. Arnold Benyamin. Pria pebisnis dari Asia.

Mata Zafran menatap nanar, mulutnya terkatup rapat, rahangnya terlihat bergerak kaku, kemarahan itu tergambar dengan jelas di wajahnya, dan kini bara api kemarahan kian membesar ketika ia lihat Laura menikmati apa yang Arnold obrolkan.

Laura tertawa dan tersenyum kepada Arnold, Zafran yang menyaksikan dari kejauhan semakin dibuat tidak percaya.

"Apa yang sedang Arnold lakukan pada Laura!!! Dan bagaimana bisa Laura menikmati obrolan itu, tertawa bersama!!!" Zafran kian menggondok.

Sikap Laura yang santai seperti itu tak pernah Laura berikan atau tunjukkan pada Zafran, gadis itu selalu menjaga jarak. Laura memperlakukan Zafran seolah pria itu adalah kotoran yang harus ia hindari.

"Tuan apa anda sakit?" Tanya Stark yang berada di samping Zafran.

Terlihat dengan sangat jelas wajah Zafran pucat pasi karena kemarahan hingga Zafran tidak yakin pada dirinya apakah ia mampu menahan amarah nya.

Laura benar-benar menikmati percakapan itu, sesekali Laura berbicara entah bertanya atau sesuatu yang lain sehingga tangan kurus dan jemari lentik Laura spontan meng ekspresikannya dan saat itu Arnold tertawa.

Arnold menatap intens dan kagum pada Laura dan kini lengan Arnold mendarat di punggung Laura, mengarahkan gadis itu untuk melihat lukisan lainnya.

Tak berapa lama kemudian Arnold mengajak Laura pergi, entah menuju kemana yang jelas keluar dari ruangan.

"Stark, batalkan semua acara ku, ada sesuatu yang lebih penting, aku ingin sekali mematahkan tangan jahanam itu!!!" Kata Zafran pada Stark.

"Baik tuan." Stark mengerti apa yang di maksud Zafran, Stark adalah pengawal pribadi Zafran yang sudah lama mengikutinya.

Pemandangan itu sangat membuat Zafran marah, dan pria itu siap memberikan bogem mentahnya pada Arnold bertubi-tubi.

Bersambung~