NovelToon NovelToon
PEMERAN PEMBANTU

PEMERAN PEMBANTU

Status: tamat
Genre:Romantis / TimeTravel / Petualangan / Tamat / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Masuk ke dalam novel / Penyeberangan Dunia Lain / Fantasi Wanita
Popularitas:7.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Mira Akira

Ia mengalami kematian konyol setelah mencaci maki sebuah novel sampah berjudul "Keajaiban Cinta Capella". Kemudian, ia menyadari bahwa dirinya menjelma menjadi Adhara, seorang tokoh sampingan dalam novel sampah itu.

Sayangnya, Adhara mengalami kematian konyol karena terlibat dalam kerusuhan.
Kerusuhan itu bermula dari Capella, si tokoh utama yang tak mau dijadikan permaisuri oleh kaisar.

Demi kelangsungan hidupnya, ia harus membuat Capella jatuh cinta dengan Kaisar Negeri Bintang. Kesulitan bertambah saat terjadi banyak perubahan alur cerita dari novel aslinya.


Mampukah ia mencegah kematiannya sebagai Adhara, pemeran pembantu dari dunia novel yang berjudul "Keajaiban Cinta Capella"?

"Mungkin ini hanya jalan agar kita bisa bertemu lagi, dan saling mencintai dengan cara yang lebih bahagia."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mira Akira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JEPIT RAMBUT AGENA 2: TARIF RAMALAN

Adhara menatap jepit rambut giok di tangannya bingung.

Apa benar jepit rambut ini milik permaisuri sebelumnya?

Permaisuri sebelumnya, Agena Centauri adalah ibu Aldebaran. Ibu yang nyaris mencongkel mata anaknya sendiri, karena membenci mata yang Aldebaran warisi dari ayahnya.

Aldebaran bisa jadi, tak mau menyimpan jepit rambut milik ibunya sendiri, namun mengapa jepit rambut ini diberikan padanya?

Melihat Adhara yang masih terpaku, Capella merasa sangat penasaran dengan jepit rambut giok yang tengah dipegang Adhara.

Capella merenggut tangan Adhara dengan keras, memaksa Adhara untuk memperlihatkan jepit rambut giok yang sejak tadi disembunyikannya. Tetapi ia tak bisa mengalahkan kekuatan tangan Adhara yang bagai kuda.

Alhasil, Adhara berhasil menarik jepit rambut giok itu dan menjauh dari Capella.

“Apa yang kau lakukan?”

Kok orang ini makin tak terkendali ya?

“Kau mencuri properti milik kekaisaran?” tuduh Capella seenak jidatnya.

Mata Adhara menatap Capella tak percaya.

Baginya, tak apa miskin, tak apa jika tak punya apa-apa, tetapi jangan sampai ia mengambil yang bukan haknya. Ini pesan yang selalu ingat, baik di kehidupan yang lalu ataupun di kehidupan sekarang.

Lalu, orang ini tanpa bukti menyembutnya pencuri?

Hati Adhara berdenyut sakit. Adiknya sendiri menuduhnya mencuri. Tak hanya itu, dia menyebut kakaknya sendiri pencuri di depan teman-temannya yang bermartabat ini?

Memang seharusnya ia tak datang kemari.

Adhara meminum habis minuman rasa buahnya. Ia mengerenyitkan alisnya saat merasakan minumannya agak asam. Ia akhirnya tahu bahwa ada campuran jeruk nipis di dalamnya.

Jika ia tahu ada jeruk asam dalam minumannya, maka ia lebih baik tak pernah meminumnya. Jika ia tahu bahwa ia dipermalukan di sini, maka ia lebih baik tak pernah datang.

Catat itu!

“Terima kasih atas keramahan kalian. Aku lupa melepaskan kambing yang aku kurung dalam lemari ke habitatnya. Sampai jumpa!”

Bye maksimal!!!!!! Jangan panggil aku! Aku tak akan menengok!

Adhara membalikkan badannya dengan cepat. Ia tak berniat untuk menjelaskan bagaimana bisa ia mendapatkan jepit rambut ini. Baginya, tak ada faedahnya. Meskipun Adhara menjelaskan dengan mulut berbusa-busa, mereka tak akan pernah mengerti.

Ia sangat tahu jika Capella melakukan itu semua karena dilandasi oleh cemburu buta. Ini pasti salah penulisnya yang tak tahu malu.

Ingatannya kembali pada akhir novel “Keajaiban Cinta Capella” yang sangat mengganggu. Capella dan Sargas akhirnya bersatu dan berbahagia, tetapi Negeri Bintang hancur.

Adhara yang asli, kakaknya meninggal karena terlibat dalam kerusuhan. Rigel tak jelas akhirnya bagaimana. Mungkin saja, Rigel yang saat itu menjabat sebagai penasihat kekaisaran, tak memiliki akhir yang baik. Begitu juga Perdana Menteri, ayah mereka yang harus dipenggal untuk menanggung dosa puterinya.

Sejak awal, ia tahu penulis novel “Keajaiban Cinta Capella” punya imajinasi tentang kekuatan cinta yang dapat mengalahkan semuanya. Tetapi, cinta yang seperti itu tak lebih dari sekadar keangkuhan.

Bagaimana bisa kau berbahagia di atas mayat keluargamu sendiri?

Sayangnya ia tak ingat nama penulis novel itu. Jika ia tahu, mungkin ia akan meminta Spica menyantetnya dengan boneka jerami.

Bagaimana bisa penulisnya menciptakan seorang karakter yang tak punya jiwa kekeluargaan?

Adhara yang kesal terus mendumel dalam hati. Ia terus berjalan tanpa menoleh ke belakang.

Aku tak akan menoleh ke belakang. Jadi kalian tak perlu mengejarku.

Beberapa saat ia berjalan, ia akhirnya mengetahui bahwa tak ada seorang pun yang mengejarnya.

S*alan! Sepertinya ia terlalu sering menonton film romantis.

Adhara menghentakkan kakinya kasar. Daripada memikirkan sifat buruk Capella, lebih baik dia memikirkan bagaimana cara bertahan hidup di dunia novel ini.

Tetapi, dimana ia sekarang?

Adhara menolehkan kepalanya ke keadaan sekitar. Memindai, dan memahami situasi. Ia menyadari bahwa ia dengan tidak elitnya tersesat. Bahkan ia sekarang berada di sekitar perumahan kumuh. Banyak rumah yang berdempetan, namun tak ada siapapun di sini selain Adhara.

Ia berdoa semoga ia tak tersesat di dunia ninja, karena ia belum bisa mengendalikan chakra. Adhara menepuk dahinya sendiri untuk mencegah pikiran tak jelas yang menghampirinya. Yang terpenting sekarang ialah mencari tahu ke mana arah jalan pulang.

Setelah berputar-putar tak jelas, Adhara akhirnya kelelahan. Ia dengan keanggunan yang minim, langsung duduk di jalan yang berdebu. Ia merasa kesal karena sering sekali tersesat. Dia mungkin harus menggambar SOS besar-besar di jalan ini!

“Mau meramal nasib?”

Adhara nyaris terjengkang karena kaget. Ia menoleh pada sumber suara, dan menemukan seorang anak laki-laki berusia sekitar 10 tahun yang berdiri di belakangnya. Anak laki-laki ini memiliki rambut yang berwarna perak. Rambut peraknya sangat cocok dengan jubah putih yang digunakannya.

Bukan hanya itu, kulit anak laki-laki ini juga sangat putih. Putih ini sangat tidak wajar karena bulu matanya juga ternyata berwarna putih. Untung saja warna bola mata anak ini hitam sekelam malam. Jika putih juga, anak ini akan terlihat seperti makhluk halus.

“Mau meramal nasib?” tanya anak laki-laki itu lagi.

Adhara menggelengkan kepalanya, “Aku tak tertarik dengan ramalan seperti itu.”

“Jika diramal sekali saja, aku akan memberimu gratis pengalaman kebatinan. Biayanya murah. Kau juga tak akan rugi dengan hasil ramalanku. Ayolah, sekarang masih promo. Besok biayanya akan naik lagi,” anak itu menunjukkan skill S3 Marketingnya.

“Aku punya teman yang bisa meramal juga. Jadi, tidak.”

“Aku beri diskon. Kau bisa membayar jasaku dengan setengah harga, dan aku akan memberimu gratis pengalaman kebatinan.”

Suara helaan napas Adhara terdengar, “Aku sudah bilang, aku tak mau diramal.”

Lagipula tanpa diramal pun, ia tahu bahwa nasibnya sangat buruk. Buktinya, sekarang ia tersesat dan bertemu bocah albino ini.

Adhara memutuskan untuk berjalan lagi. Ia harus segera keluar dari perumahan kumuh yang hampa manusia ini. Gawat jika ia masih di sini sampai malam tiba.

Adhara tak pernah mau berkenalan dengan tante yang berambut panjang, dan bolong di belakangnya.

“Baiklah, aku akan mengatakan hal penting tentangmu. Kau itu sudah pernah mati sebelumnya kan?” anak itu mengikuti Adhara dari belakang.

Adhara menghentikan langkahnya tiba-tiba.

Brukk…

Anak laki-laki itu mengusap dahinya yang menabrak punggung Adhara. Anak itu menatap Adhara dengan kesal, namun Adhara malah balik menatap anak itu kesal.

Setelah perang tatapan selama beberapa detik, mereka sama-sama berhenti bertatapan saat mata mereka sakit.

“Biarkan aku meramal bintangmu. Kau tahu aku ini peramal nasib yang hebat. Ramalanku akurat, asli, dan tahan lama. Jika palsu, kau bisa menukarnya dengan yang baru,”

Adhara mengguncang bahu mungil anak itu, “Apa maksudmu bahwa aku sudah pernah mati sebelumnya?”

Anak itu menepis tangan Adhara dengan kesal. Dengan dramatis, anak itu mengibaskan rambutnya seperti iklan sampo anti ketombe. Lalu, bersila di jalan yang berdebu dengan nyaman. Ia menepuk pada tempat di sebelahnya, meminta Adhara untuk duduk.

“Aku tak tahu bagaimana pastinya. Aura jiwamu itu ialah aura orang mati, atau jiwa yang seharusnya sudah yang keluar dari jasadnya. Anehnya, jiwa itu sekarang masuk ke jasad yang juga cocok dengan jiwamu. Bahkan ya, jika tak dilihat dengan teliti, aku mungkin akan mengira bahwa jasad ini memang milikmu,” jelas anak itu sambil memaksa Adhara untuk duduk di sebelahnya.

Adhara menyerah, dan duduk di sebelahnya, “Kau ini aneh. Bagaimana bisa roh yang seharusnya pergi malah masuk ke jasad orang lain. Ha ha ha,” Adhara hanya bisa tertawa garing.

Jangankan bocah ini. Ia juga tak paham mengapa ia bertransmigrasi ke tubuh Adhara Canis secara tiba-tiba.

“Oh ya, soal ramalan,” anak itu mengambil sesuatu di saku depannya.

Anak itu kemudian menebarkan kain hitam tipis di hadapan Adhara. Lalu, menyusun kertas-kertas tipis berwarna warni di atasnya.

“Kau menyuruhku untuk memilih salah satu kertasnya kan?”

Apa ini ramalan kartu tarot?

Wajah anak itu mengkerut. Ia menepis tangan Adhara yang hampir menyentuh salah satu kertas, “Ini cuma kertas catatan tarif.”

“Katamu tadi setengah harga,” Adhara mulai jengkel.

Anak itu menggerakan jari telunjuknya di depan muka Adhara, “Tidak. Tidak. Memang setengah harga. Tetapi, ramalan punyaku punya beberapa versi. Paling akurat ialah ramalan versi terbaru.”

Adhara menghela napas. Salah sudah! Harusnya ia tak pernah meladeni anak ini. Lagipula anak antah berantah ini munculnya darimana lagi?

“Apa pun itu! Cepat ramal, dan pergilah.”

“Versi terbaru agak mahal. Bahkan meskipun aku memberimu setengah harga, harganya tetap mahal.”

Jiwa pelit Adhara muncul, “Aku pilih yang paling murah saja.”

Anak itu terlihat tak suka, “Jangan begitu. Kalau kau bisa melihat ramalanmu, kemungkinan hidupmu bisa berubah. Kau mau aku meramalmu dengan keakuratan 20%?”

Adhara merasa semakin pusing. Anak kecil ini rupanya mau merasakan kehangatan sepatu Adhara. Tetapi, karena ia ingat bahwa cerita bukan genre gore, ia memutuskan untuk tak melakukan kekerasan fisik.

Sabar. Sabar. Orang sabar disayang Tuhan.

“Ya sudah, yang menengah saja,” jawab Adhara asal.

“Aduh! Yang versi menengah itu keakuratannya hanya 50% saja. Kau ini mau mengubah takdirmu atau apa?”

Senyum Adhara menjadi kecut, “Cepat ramal, SEKARANG!”

Dengan wajah kecewa, anak kecil itu meraih tangan Adhara. Saat itulah, Adhara menyadari jika anak ini sangat-sangat putih. Tangan anak ini juga terasa dingin.

Anak itu memejamkan matanya erat. Adhara mendadak merinding melihat wajah anak kecil ini yang nyaris seperti patung.

Tak lama mata anak itu terbuka. Bola mata yang awalnya berwarna hitam, kini berubah menjadi warna merah darah.

Adhara yang ketakutan mencoba menarik tangannya dari genggaman anak kecil itu. Namun tangan anak kecil itu dengan keras mencengkeramnya. Rasa dingin melingkari lengan Adhara.

“Kau punya keberuntungan yang buruk. Keberadaanmu disirami oleh darah saudaramu sendiri, keluargamu sendiri. Tak ada yang tersisa. Semuanya hanya peristiwa kelam. Masa depanmu hitam dan dingin.”

Anak kecil itu memejamkan matanya kembali, lalu tak lama terbuka lagi. Bola matanya kembali menjadi hitam. Ia dengan cemberut melepaskan tangan Adhara.

“Apa maksud dari ramalanmu?”

Mengapa Adhara merasakan hal yang buruk ya?

“Bukankah kau sendiri yang memilih versi menengah. Itu ialah ramalan versi menengahmu. Intinya hidupmu tak berguna. Itu saja.”

“Kau pasti mengarang kan?” Adhara menarik pipi anak itu dengan kedua tangannya.

Meskipun Adhara tak percaya, tetapi ramalan itu sedikit membuatnya was-was.

Anak itu berdecak kesal, dan berusaha melepaskan tangan Adhara dari kedua pipinya. Untung saja Adhara memutuskan untuk melepaskan tangannya dari pipi putih anak itu.

“Itu hanyalah ramalanmu sekarang. Lagipula apa pun yang akan kau alami nantinya, tergantung pada dirimu," jawab anak itu sambil mengusap pipinya yang menjadi merah.

“Dan ini bonus pengalaman kebatinanmu. Kau akan melihat tentang hal yang sangat ingin kau lindungi saat ini.”

Ctakk…

Dahi Adhara disentil dengan keras. Adhara mengusap dahinya dengan kesal. Ia sepertinya tak bisa menahan diri lagi. Adhara perlu mengajari bocah itu bagaimana cara sopan santun pada yang lebih tua.

“Kau…”

Eh?

Adhara memperhatikan sekelilingnya, dan menyadari bahwa ia berada pada sebuah ruangan yang sangat luas.

Dimana lagi dia sekarang?

Ia tengah berada di sebuah ruangan yang luas. Tembok-tembok ruangannya berwarna abu gelap, dan terlihat dingin.

Cahaya keemasan masuk ke ruangan itu melalui jendela kaca satu-satunya di ruangan ini. Ruangan ini sangat luas, namun hanya ada satu barang di dalanya, yaitu kasur. Kasur lebar itu ditutupi oleh tirai berwarna hitam pekat yang mencolok.

Apa dia pindah dimensi? Lagi?

Srekk..

Adhara tersentak ketakutan saat mendengar suara di balik tirai hitam itu. Suara itu terdengar seperti ada seseorang yang bergerak di atas kasurnya. Namun Adhara tak bisa yang melihat siapa yang tengah berada di sana karena terhalang tirai hitam. Adhara juga hanya memiliki keberani 0,01% untuk memeriksanya.

Tak lama tampak yang kaki putih dan kurus turun dari kasur. Hanya kaki saja, sedangkan pemilik kaki tak terlihat karena terlindung oleh tirai

“Aku tahu kau akan datang.”

Suara lembut terdengar dari balik tirai. Mau tak mau Adhara mundur beberapa langkah karena ketakutan. Dan sosok pemilik kaki itu mucul di balik tirai. Mata sosok itu berwarna biru, bulu matanya lentik seperti sapu. Bibirnya kemerahan, namun sangat kering dan mengelupas.

Rupanya yang cantik bagaikan matahari. Rambutnya lurus, dan berwarna keemasan. Rambut itu dijepit dengan jepit rambut giok berwarna biru berlian.

Mengapa jepit itu terlihat tidak asing?

Adhara menatap jepit rambut yang masih dipegangnya sejak tadi. Kala itu, ia menyadari bahwa jepit rambut yang dipegangnya ialah jepit rambut yang sama dengan yang digunakan sosok cantik ini.

Jangan-jangan orang ini ialah Agena Centauri, permaisuri kaisar sebelumnya?

***

1
Bzaa
semoga kaisar menang dr G-star
Bzaa
Wei 😎kerennnnn
Bzaa
makin gak sabar pengen liat akhir si G-star
Bzaa
semangat terus ya kak
Bzaa
ya ampun ternyata G-star itu serius aihhh
Bzaa
tebakanku satupun gak ada yg bener🥲
Bzaa
visualnya mengingatkan drakor, boybefore flowers, 🫢🫢
Bzaa
sedih banget 😭😭
Bzaa
Luar biasa kerennnnn banget 😘🥰😍
🍃🥀Fatymah🥀🍃
dulu pas awal terbit nih novel pernah baca...
cuman kayaknya belum nyampe sini...

Aku dibuat naik turun perasaan bacanya...

nano nano banget inih
🍃🥀Fatymah🥀🍃
dikiranya beli barang kali /Facepalm/
🍃🥀Fatymah🥀🍃
udah ditargetin jadi calon permaisuri rupanya sama si Aldebar /Grin/
🍃🥀Fatymah🥀🍃
yeehhh
pengen jadi kompor rupanya yh nih si Capella
🍃🥀Fatymah🥀🍃
untungnya Regor gk dibawa /Facepalm/
bisa pada heboh nanti mereka
🍃🥀Fatymah🥀🍃
Aldebaran menghukum tangan yang sudah berani menampar gadisnya...
bahkan sampai menculiknya /Smug/
🍃🥀Fatymah🥀🍃
cacar weh
orang zaman dulu mah anggepnya kutukan ya /Facepalm/
🍃🥀Fatymah🥀🍃
anjlog ya kalau berdiri bersanding sama kaisar /Facepalm/
🍃🥀Fatymah🥀🍃
beeehhh
jiwa jiwa ghibahnya mulai tumbuh kembali 😆
🍃🥀Fatymah🥀🍃
Duh Rigel, gitu-gitu juga adekmu loh...
walaupun tubuhnya saja /Facepalm/
🍃🥀Fatymah🥀🍃
baca ulang dari awal /Grin/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!