NovelToon NovelToon
Takdir Kedua

Takdir Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Kelahiran kembali menjadi kuat / Teen School/College / Putri asli/palsu / Murid Genius / Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:101.5k
Nilai: 5
Nama Author: INeeTha

Shinta Bagaskara terbangun kembali di masa lalu. Kali ini, ia tak lagi takut. Ia kembali untuk menuntut keadilan dan merebut semua yang pernah dirampas darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon INeeTha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Ada Hubungannya

Berbeda dengan suasana santai di kelas 12D, suasana di kelas 12A terasa begitu tegang.

Pak Liang, wali kelas mereka, berdiri di depan papan tulis dengan ekspresi serius.

“Kelas 12A adalah kelas terbaik di tingkat akhir. Dalam ujian kali ini, kalian harus menunjukkan kemampuan maksimal kalian. Sepuluh besar harus semuanya dari kelas kita! Juara tiap mata pelajaran juga harus dari kelas kita! Siapa pun yang hasilnya jatuh di luar tiga puluh besar, jangan salahkan saya kalau saya tak akan berbelas kasihan!”

Nada suaranya tegas, membuat seluruh ruangan seketika hening.

Meski kemampuan mengajar Pak Liang sebenarnya tidak luar biasa, tapi karena ia selalu memegang kelas unggulan, para siswa terbaik biasanya ada di bawah bimbingannya.

Setiap tahun, tiga besar hampir selalu berasal dari kelas 12A. Itu membuatnya selalu dipuji sebagai guru teladan—dan tentu saja, mendapat bonus besar dari sekolah.

Pak Liang sangat menjaga gengsi. Ia tidak rela kalau ada siswa dari kelas lain menyalip murid-muridnya di peringkat atas. Bila ada yang nilainya jeblok, sikapnya akan berubah tajam dan menusuk.

Tak heran, seluruh siswa kelas 12A hanya bisa menunduk tanpa berani bersuara.

Setelah itu ia keluar dari ruang kelas 12A, tak lupa ia memanggil tiga murid paling menonjol untuk ikut ke ruang guru: Lukman Adiprana, Silviana Ayu, dan Dira Bagaskara.

Mereka bertiga biasanya menghuni tiga besar sekolah. Silviana hampir selalu peringkat satu, Lukman menempati posisi dua, sementara Dira kadang naik-turun, tapi mayoritas tetap berada di posisi tiga besar.

Kali ini, Pak Liang menaruh harapan besar pada mereka.

Nada bicaranya pun berubah menjadi jauh lebih ramah dibandingkan saat menegur murid lain.

“Silviana, saya tahu kondisi keluargamu tidak mudah. Tapi kamu harus tetap fokus belajar. Pertahankan peringkat satumu, ya.”

Silviana memang berasal dari keluarga kurang mampu. Orang tuanya sudah tiada, dan ia hanya tinggal bersama neneknya yang sudah lama sakit dan dirawat di rumah sakit. Semua biaya pengobatan ditanggung Silviana sendiri, dengan bekerja paruh waktu sepulang sekolah.

Meski Pak Liang terkenal cukup materialistis dan kerap meremehkan murid dari keluarga sederhana, tapi karena prestasi Silviana selalu cemerlang, ia tetap membanggakannya di hadapan guru-guru lain.

Karena itu, sikapnya terhadap Silviana masih lumayan baik.

Hanya saja, akhir-akhir ini waktu belajar Silviana banyak tersita untuk bekerja, membuat Pak Liang sedikit cemas kalau prestasinya menurun.

Silviana hanya mengangguk datar, tanpa banyak bicara.

Kemudian Pak Liang menatap Lukman Adiprana. Sikapnya langsung lebih lunak, bahkan agak manis.

“Lukman, kamu juga harus berusaha keras kali ini. Jangan sampai peringkatmu turun.”

Nada suaranya terdengar penuh perhatian. Lukman hanya menyelipkan satu tangan ke saku celana, wajahnya penuh ketidaksabaran.

Namun Pak Liang sudah hafal sifat murid ini.

Meski sikapnya seenaknya, keluarga Lukman yang terpandang membuatnya dibiarkan saja.

Akhirnya, giliran Dira Bagaskara.

“Dira, kali ini kamu harus berjuang mendapatkan posisi ketiga. Kalau berhasil, kemungkinan besar kamu bisa ikut seleksi Olimpiade Matematika Nasional.”

Bagi Dira, kata-kata itu seperti umpan manis yang menggoda.

Ia sudah lama menginginkan kesempatan itu, tapi selalu terhalang posisi Lukman dan Silviana.

Jadi begitu ia mendengar kemungkinan itu, matanya langsung berbinar.

“Saya pasti akan berusaha sebaik mungkin, Pak!”

ujarnya penuh semangat.

Pak Liang tersenyum puas.

“Bagus. Kalian boleh kembali ke kelas.”

Ketiganya pun meninggalkan ruang guru.

Tak lama kemudian, wali kelas 12B mendekat sambil berdecak kagum, “Wah, kamu beruntung banget, Pak Liang. Murid-muridmu luar biasa semua. Silviana Ayu itu bahkan berpotensi masuk sepuluh besar nasional di ujian akhir nanti. Kalau benar, kamu pasti dapat penghargaan guru teladan nasional.”

Nada suaranya terdengar manis tapi menyiratkan rasa iri.

Usia Pak Liang lebih muda, pengalamannya juga belum banyak, tapi karena berhasil memegang kelas unggulan, semua siswa terbaik jatuh ke tangannya.

Andai bukan karena “cara-cara” tertentu, seharusnya posisi wali kelas 12A itu miliknya.

Wali kelas 12C ikut menimpali dengan nada memuji,

“Benar juga, Pak Liang. Itu semua karena kemampuanmu. Bisa membentuk murid-murid sehebat itu, aku sendiri jelas tak mampu. Nilai rata-rata kelasmu bahkan dua puluh lima poin di atas kelas lain. Sulit sekali menandingi.”

Mendapat banyak pujian, wajah Pak Liang berseri-seri. Dari sudut matanya, ia melirik Ibu Rinjani, wali kelas 12D, yang duduk diam di pojok ruangan sambil membaca buku pelajaran. Senyum sinis pun terangkat di bibirnya.

“Ada juga orang yang senang mengumpulkan murid-murid buangan,”

katanya sambil melirik ke arah Ibu Rinjani.

“Bukan begitu Bu Rinjani? Nilai kelasmu kali ini pasti anjlok, ya? Tapi tak apa, kelasmu memang paling bawah dari dulu. Jadi guru kelas paling jelek, sebaiknya pindah saja ngajar anak SMP.”

Ibu Rinjani hanya mendorong kacamatanya sedikit ke atas, tetap diam tanpa membalas.

Ia memang tak suka meladeni orang seperti Pak Liang.

Berbeda dengan dua wali kelas lain yang pandai menjilat, ia lebih memilih diam dan fokus mendidik murid-muridnya sendiri.

Namun diamnya justru membuat Pak Liang makin tersulut.

“Ibu Rinjani, murid-murid di kelasmu itu kan sudah hopeless semua. Masih pantaskah kamu seserius itu ngajarnya?” Kali ini, nada bicaranya semakin tajam.

Ibu Rinjani menutup bukunya, berdiri dengan tenang, lalu meraih tasnya. Ia melangkah ke pintu tanpa menoleh, tapi sebelum keluar, suaranya terdengar tegas dan dingin:

“Baik yang pintar maupun yang lemah, mereka semua tetap murid kita. Dan Pak Liang, dengan sikapmu yang seperti itu… saya rasa justru kaulah yang tak pantas disebut guru.”

“Apa? Ibu Rinjani!”

Wajah Pak Liang seketika memerah, setengah karena marah, setengah karena malu.

Namun yang tersisa hanya punggung tegak sang guru wanita yang berjalan menjauh dengan tenang.

Wali kelas 12B segera berusaha menenangkan, “Sudahlah, Pak Liang. Nanti setelah hasil ujian keluar, dia sendiri yang bakal malu.”

Wali kelas 12C menimpali, “Iya, betul. Guru mana sih yang suka murid-murid bodoh? Kita semua kan ingin yang terbaik. Kalau guru teladan sepertimu dibilang tidak pantas, lalu siapa lagi?”

Ucapan itu kembali menenangkan hati Pak Liang, meski tatapannya yang mengarah ke kursi kosong Ibu Rinjani kini terasa jauh lebih dingin.

---

Sementara itu, setelah keluar dari ruang guru, Dira Bagaskara membuka suara dengan nada penuh semangat,

“Kali ini aku pasti akan berusaha ikut lomba matematika.”

Silviana hanya menoleh sekilas, wajahnya tetap datar tanpa ekspresi.

Sementara Lukman Adiprana justru menyeringai tipis.

Dengan kedua tangan di saku celana, ia berkata santai tapi tajam,

“Kamu ikut lomba itu atau tidak, apa ada hubungannya denganku?”

1
Lala Kusumah
si Dira bener bener pengen dihajar ini mah bikin ulah terus 😡😡😡
sasa adzka
di baca kan dongeng ya sinta😂😂😂 pules bener tidurnya di kelas🤭🤭
semangat thorrr😍😍😍
Evi 060989
up
Lala Kusumah
SB n F duet maut nih 👍👍😍😍
Rayta Salsabila
lanjut thor
Kusii Yaati
lanjuttttt Thorrrr 😘
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut
MataPanda?_
𝘀𝗲𝗺𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁 𝘁𝗿𝘂𝘀 𝗸𝗮𝗸..
Dewi Yanti
shinta dan fajar itu paket komplit g bs terpisah kan
Kusii Yaati
nggak usah capek" merebut segalanya dari fajar tuan Alvian, karena fajar sudah punya segala galanya, hasil keringatnya sendiri pula ... memang apa yang perlu di banggakan sama kamu, perusahaan aja masih milik keluarga gitu aja kok belagu😒... lanjut Thor 👍💪😘
Lala Kusumah
lu yang mimpi tuh Alvian 😡😡
Lala Kusumah
pengen hajar tuh mulutnya si kakek tua itu sudah menghina Shinta 😡😡😡👊👊👊
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut
aku
gpp shinta, egois untuk bahagyamu kali ini. toh kamu kesayangan mereka 😁😁
tutiana
tengkyu up nya Thor ❤️❤️❤️
Batara Kresno
bagus jalan ceritanya makin seru moga MC ceweknya jdi wanita kuat biar g gampang di celaki orang dan fajar kirim body guard tersembunyi buat nglindungi sinta
Batara Kresno
orang orang tidaak ttau diri hancurkan aj orang orang kaya gt jangan lembek
Siti Hawa
makin seru thoor... aku suka ceritanya... kukirim mawar cantik ya biar author tambah semangat berkarya nya... up yg banyak ya🥰🥰🥰🙏
INeeTha: terima kasih, boleh kasih ulasan nya juga ya kaka🙏🙏🙏
total 1 replies
Rayta Salsabila
lanjut thor👍
Lala Kusumah
aaaahhhh good job Shinta, ba bowuuuuuu 😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!