Pewaris Phoenix Api Xiao Chen 2

"Xiao Chen, jurus ini ...!?" kata Jian Yu, cemas di saat ia melihat jurus tempur yang dikeluarkan oleh Hun Li.

Di langit, Hun Li melayang dengan kedua tangan yang berada di atas. Telapak tangannya terbuka, di atasnya terdapat sebuah bola hitam keunguan besar yang terbentuk dari energi.

Xiao Chen pun mengerenyitkan sebelah alisnya, ia pun berbicara, "Seharusnya ... Qiang'er telah mendapatkan pengakuan sebagai Penerus Tombak Darah. Itu artinya dia adalah calon penerus Pemimpin Klan Luo, tapi yang lebih luar biasanya lagi jika Qiang'er benar-benar mendapatkan pengakuan dari sosok yang ada di dalam tombak darah itu." ujar Xiao Chen.

Xiao Chen merasakan bahwa Tombak Darah milik Huo Qiang'er bukanlah tombak biasa, ia merasakan kekuatan yang besar yang terkandung di dalamnya, bahkan Xiao Chen juga merasakan akan adanya sosok keberadaan yang bersemayam di dalam alam Tombak Darah. Bahkan Xiao Chen yang telah mencapai Ranah Setengah Dewa pun tak dapat melihat sosok di dalam tombak darah, membuat Xiao Chen menyimpulkan bahwa sosok itu adalah sosok yang memiliki kekuatan yang sangat kuat dan mengerikan.

Di tempat pertarungan Huo Qiang'er melawan Hun Li.

Bola hitam besar di atas kepala Hun Li itu sangat kuat. Bahkan bola hitam itu seolah-olah dapat menghisap segalanya ke dalam kegelapan. Mawar-mawar hitam yang dikeluarkan oleh Huo Qiang'er pun terhisap masuk ke dalamnya. Tetapi mawar hitam itu terus berdatangan, seolah-olah tak pernah habis.

Huo Qiang'er mendecih pelan sembari mengibaskan tombaknya, ia pun berbicara, "Kau ingin menghisap semua mawar kematianku? Ha haa... aku takut kau akan mati kekenyangan!" celetuk Huo Qiang'er dengan nada yang tinggi.

Di saat mawar hitam terus bermunculan, Huo Qiang'er melesat cepat, kecepatan yang sangat cepat dapat menempuh jarak seratus meter lebih cepat dari sekedar kedipan mata.

Tombaknya tertuju ke bawah, di saat ia berlari, tombaknya membelah permukaan tanah yang dilapisi tembok batu bata. Membuat jejak garis yang cukup dalam di atas permukaan tanah, tembok-tembok lantai hancur.

"Haaa... meledak lah!" Hun Li berteriak dengan sangat kencang, bahkan urat-urat di lehernya seolah-olah akan keluar.

Hun Li benar-benar mengerahkan seluruh kemampuannya untuk melahap semua mawar hitam kematian. Terlebih lagi, Huo Qiang'er yang tengah mendekat ke arahnya.

Bola hitam di atasnya pun di lemparkan oleh Hun Li, mengarah kepada Huo Qiang'er.

Tetapi Huo Qiang'er segera mengangkat tombaknya. Dan menggunakan kakinya, ia berputar, memutar tubuh. Tombak di tangannya terayun hingga melengkung, seolah-olah tombak yang sangat begitu berat.

Bang— — Duar!!

Benturan dari dua jurus yang sangat dahsyat itu menyebabkan ledakan yang sangat mengerikan. Ledakan meluap hingga memenuhi arena pertarungan yang dibuat oleh Xiao Chen.

Trang! Trang! Trang! Benturan logam bertemu logam terdengar tanpa henti.

Di saat asap tebal menyelimuti seluruh wilayah disekitarnya, membutakan semua pandangan. Pertarungan Huo Qiang'er terus berlanjut.

Jika saja tubuh Huo Qiang'er belum di tempat hingga sampai sekuat ini, mungkin ledakan itu akan menelan Huo Qiang'er tanpa menyisakan apapun. Tetapi dengan kekuatan tubuh dan juga tingkat kultivasinya yang cukup tinggi, Huo Qiang'er dapat bertahan dari besarnya ledakan yang sangat begitu menakutkan.

Namun, Huo Qiang'er terkenal dengan teknik ilusi cinta. Huo Qiang'er tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, di saat Hun Li telah dalam keadaan lemah.

Huo Qiang'er pun mengeluarkan teknik ilusinya, membuat Hun Li terjerat dalam ilusi cinta manis. Membuat Hun Li pun memasuki alam ilusi buatan Huo Qiang'er.

Di mata Hun Li, di depannya terlihat sebuah danau luas dengan air yang begitu tenang. Gadis-gadis yang nampak berusia dua puluh tahunan tengah membasuh tubuhnya, tanpa mengenakan sehelai kain pun yang mereka kenakan, kiranya, ada lima orang gadis cantik, berkulit putih, berambut merah panjang, dua puncak kembarnya menjulang tinggi. Kecantikan yang sulit didapatkan di era kekacauan ini.

Tanpa sadar, Hun Li pun terjerat dalam ilusi itu. Seakan-akan ia telah lupa akan dirinya yang masih dalam suatu pertarungan. Dan saat itu, Hun Li berjalan dengan hasrat yang membakar dada, menghampiri kelima gadis yang nampak berusia dua puluh tahunan di pinggir danau.

Gadis-gadis itu menoleh manja menatap Hun Li, dua orang gadis memainkan kuncup merah yang ada di dua gunung kembarnya, membuat Hun Li semakin membelalakkan kedua matanya, tak sabar untuk mencoba kuncup stroberi merah yang sangat begitu menggoda.

Satu orang gadis naik ke tepi danau, tanah di pinggiran danau dilapisi oleh rumput-rumput hijau setinggi mata kaki. Wanita itu pun berdiri memikat, kedua tangan bertolak pinggang, tetapi tanpa rasa malu, dia memamerkan keindahan tubuhnya yang terpampang jelas tanpa sehelai kain pun yang menutupinya.

Tiba-tiba, gadis itu memutar badannya, berdiri membelakangi Hun Li, lalu menurunkan setengah tubuhnya hingga posisinya seperti kuda yang tengah memakan rumput.

Melihat keindahan tubuh bagian belakang gadis itu, membuat air liur Hun Li mengalir deras.

"Gadis cantik, aku datang!" kata Hun Li, berlari tergesa-gesa menghampiri mereka.

Gadis berambut merah pun kembali berdiri tegak menghadap kepada Hun Li. Namun, di saat Hun Li melompat hendak memeluk gadis itu, bukan tubuh seorang gadis yang ia peluk, melainkan Tombak Darah yang telah menusuk tepat di dadanya. Menembus kulit, menembus daging, mematahkan tulang, hingga darah pun muncrat seperti air mancur dari tubuh Hun Li.

"Menjijikan!" kata Huo Qiang'er, dengan nada yang sinis.

Seketika alam ilusi itu kembali berubah menjadi arena pertempuran berdarah. Sedangkan Hun Li terjatuh, dan telah berada di akhir hayatnya.

Di sisi lain, Chu Yun bersama Luo Li masih berjuang menghadapi Hun Ya.

Walaupun Chu Yun masih berada pada tahap Kaisar Tempur bintang sembilan, tetapi ia tidak sedikitpun menunjukan keraguan ataupun rasa takut, dalam setiap langkahnya untuk melakukan serangan.

Di belakangnya, Luo Li selalu membantunya untuk menyerang, bertahan, bahkan dalam hal pemulihan.