Seorang tuan muda pewaris keluarga kaya raya yang menghilang akibat kecelakaan yang dialamainya. Dikabarkan meninggal namun keluarganya tidak percaya karena mayatnya tidak ditemukan. Dan seorang Nenek tua bersama seorang cucu perempuannya menyelamatkan sang tuan muda dalam keadaan hidup walau terluka sangat parah. Sang tuan muda hidup kembali dengan identitas baru karena ditemukan dalam ke adaan hilang ingatan dan cacat pada wajah serta kakinya. Namun naas sang tuan muda di fitnah sehingga harus menikahi cucu sang nenek. Disaat cinta kian tumbuh dihati mereka, sang tuan muda ditemukan kembali oleh orang-orang kepercayaan Keluarganya dan dibawa paksa kembali ke tengah keluarganya. Bagaimanakah kisah sang tuan muda dengan status barunya? Dan bagaimanakah nasib cucu perempuan nenek sang penolong? Akankah cinta mempertemukan mereka kembali?
Inilah kisahnya 👍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Guspitria Kamal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25 Tukarlah Dengan Nyawaku
Wajah-wajah lelah bercampur gelisah terlihat jelas pada setiap orang yang sudah berjejer duduk di depan tiga pintu ruang operasi. Dari ketiga pintu ruang operasi tersebut diisi oleh tiga orang yang sangat berarti bagi mereka yang menunggu dengan raut wajah penuh kecemasan. Kecuali Mayang, setelah tiba di rumah sakit Mayang langsung masuk ruang pemeriksaan dengan ditemani oleh Imah.
Saat ini Danu, Tisa dan Tuan Bagas sama-sama tengah menjelani operasi pada ruangan yang berbeda. Setelah Tuan Bagas terkena peluru panas dari pistol Sekretaris Rudi yang di tembakan oleh Imah, semuanya termasuk Tuan Agung langsung menuju rumah sakit.
'' Tuan, sebaiknya saya cari makanan dan minum dulu. Tuan sepertinya sangat kelelahan.'' Ujar Beni memecah keheningan. Tuan Agung lalu menatap Beni dan kemudian mengganggukan kepala.
'' Terimakasih Beni, beli yang dekat sini saja. O ya, sekalian untuk tiga orang pengawal kita.'' Sahut Sekertaris Rudi.
'' Baik Sekretaris Rudi.'' Jawab Beni dan berjalan menjauh.
Tidak berapa lama keluar perawat dari ruang operasi Tisa. Dari raut wajahnya tersirat jelas bahwa ada kendala karena operasi masih berlangsung.
'' Keluarga Nona Tisa.'' Ujar sang suster.
'' Iya Sus.'' Jawan Tuang Agung mendekat ke pintu di mana suster itu berdiri.
'' Begini Tuan, pasien mengalami luka yang cukup dalam sehingga bayak mengekuarkan darah. Jadi Nona Tisa membutuhkan dua kantong darah golongan B+ Tuan. Apa Ada keluarga yang bergolongan darah sama? Kami butuh saat ini juga.'' Jelas Suster.
'' Apa stok di sini memang benar-benar sedang kosong Suster?'' Ucapa Tama terlihat sangat panik.
'' Maaf Tuan, stok kami sedang kosong. Dan untuk mengambil ke PMI sangat jauh sekitar hampir setengah jam lebih. Maaf Tuan, ini menyangkut keselamatan pasien.''
'' Baiklah, ambil darah Saya. Karena hanya saya yang bisa, Ayahnya juga tengah menjalani operasi.'' Jawa Tuan Agung.
'' Baik Tuan, ikut saya. Kita haru menjalani beberapa tes dulu.'' Sahut suster.
Setelah menjalani beberapa tes, ternyata Tuan Agung tidak bisa mendonorkan darahnya. Selain usianya yang sudah tidak memungkinkan, juga karena tekanan darahnya sangat lemah. Sedangkan Tama memiliki golongan darah yang sama dengan Ibunya yaitu O.
'' Bagaiman ini Kek, nyawa Tisa dalam bahaya. Aku akan cari orang di rumah sakit ini yang mau mendonorkan darahnya.'' Tepat saat Tama akan melangkah, suster dari ruang operasi Tuan Bagas memanggil.
'' Keluarga Tuan Bagas?'' Panggil Suster panik.
'' Iya Sus.'' Jawan Taman.
'' Siapa yang bernama Tuan Agung? Pasien ingin bicara.''
'' Saya Suster.''
'' Silahkan masuk Tuan.'' Kata Suster.
Ketika Tuan Agung sudah berada di dalam ruang operasi Tuan Bagas, terlihat Tuan Bagas merentangkan satu tangannya untuk menggapai Tuan Agung dan Tuan Agung pun langsung menggenggam tangan Tuan Bagas.
Kondiai Tuan bagas sangat memprihatinkan, selain banyak kabel yang menempel di badannya, untuk bernafas Tuan Bagas di bantu pakai selang oksigen. Sepertinya operasi sudah selesai, namun kondisinTuan Bagas kian memburuk.
'' Tuan, bagaimana kondisi Tisa? Apakah operasinya berjalan lancar?'' Tanya Tuan Bagas sengan sangat pelan dan terdengar lemah. Tuan Agung menunduk dan hanya diam.
'' Tolong katakan Tuan, bagaiman keadaan putri saya? Hiks...hiks.....'' Ucap Tuan Bagas dengan berlinang air mata. Sangat terlihat jelas betapa menyesalnya dia atas semua kesalahan yang telah Dia lakukan.
'' Tisa membutuhkan banyak darah, kalau tidak nyawanya tidak tertolong.'' Jawab Tuan Agung dengan suara bergetar.
'' Apa?? Ya Tuhan Putriku, hu huhuhuu...maafkan Papa sayang, Papa telah mencelakaimu hiks..hiks...'' Tuan Bagas kembali meraung.
'' Saya minta maaf Tuan, semuanya karena salah saya, ketamakan saya, kejahatan saya. Maafkan saya Tuan, kematian Sultan dan Istrinya adalah rencana saya.'' Tuan Bagas berkata dengan menggenggam erat tangan Tuan Agung. Tuan Agung hanya bisa menatap Tuan Bagas dengan wajah datar karena memang Tuan Agung sudah mengetahui jauh sebelumnya.
'' Sekarang ijinkan saya membalas semua kesalahan saya. Mungkin tidak akan sebanding dengan semua dosa yang telah saya buat. Biarkan saya memberikan darah saya pada Tisa, hanya ini yang bisa saya lakukan Tuan. Saya mohon Tuan ijinkan saya...'' Terlihat Tuan Bagas memohon pada Tuan Agung namun Tuan Agung masih menatap dengan diam.
'' Tukarlah dengan nyawaku.'' Nada bergetar terdengar jelas dari suatra Tuan Bagas. Hal itu sontak Tuan Agung menatap tajam manik mata Tuan Bagas yang sudah merah karena air matanya.
'' Baiklah, tapi kita tanya Dokter dulu.'' Jawab Tuan Agung.
Setelah konsultasi singkat dengan Dokter, akhirnya Tuan Agung hanya bisa pasrah karena Tuan Bagas tetap bersikeras memberikan darahnya pada Tisa meski akan berdampak buruk pada kondisi tubuhnya. Dan betul saja setelah melakukan tranfusi darah, Tuan Bagas langsung mengalami gagal jantung.
'' Baimana ini Dokter? Detak jantung Pasien mengalami penurunan.'' Ujar Suster.
'' Cepat panggil keluarga Pasien.'' Jawab Dokter sangat panik.
Entah perasaan apa yang harus Tama ungkapkan ketika melihat Tisa berhasil mengalami masa kritisnya, namun sang Papa malah kembali harus berjuang antara hidup dan mati. Tuan Bagas mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan Tisa putri satu-satunya.
Sebelum menghembuskan nafas terkahirnya Tuan Bagas sempat menoleh ke samping di mana Tisa tengah terbaring dengan berbagai macam alat masih menempel pada tubuhnya. Namun seketika senyum terbit dari bibirnya.
'' Kamu lebih berhak untuk terus hidup sayang, maafkan Papa. Papa harap setelah ini kamu akan memaafkan Papa.'' Bisik Tuan Bagas dalam hati.
'' Maafkan Papa Nak, bencilah Papa sampai kamu rasa Papa sudah pantas untuk di maafkan. Jaga Adikmu, cintai dan sayangi dia karena Papa dan Mama tidak bisa bersama kalian lagi. Maafkan Papa Nak.'' Telihat Tuan Bagas berusaha mengambil oksigen, nafasnya terlihat sesak, dan tiiiit...tiiiit...tiiiiit. Layar monitor di sebelah Tuan Bagas menunjukan garis lurus.
Tama hanya bisa menagis terisak di samping tempat tidur Papanya, bahunya bergetar kuat. Bagaimanapun jahatnya Papanya, Tuan Bagas tetaplah Ayahnya. Tidak berapa lama masuklah Dokter dengan beberapa orang Suster. Tama sudah mengikhlaskan, dengan langkah terhuyun Tama keluar dari ruang operasi Papanya.
Melihat raut wajah Tama yang sangat memilukan, semua yang sudah menunggu di depan pintu menatap penuh makna dan mengerti apa yang telah terjadi. Tuan Agung hanya bisa menundukan kepalanya. Tes....air mata jatuh berlahan dari matanya, Tuan Agung tetap merasa kehilangan terlwpas dari apa yang telah dilakukan oleh Tuan Bagas. Sampai kapanpun Tuan Agung tetap menganggap Tuan Bagas anaknya sendiri.
Saat Tama melihat Imah yang tengah berdiri di sudut dinding juga menatapnya dengan wajah sedih, dengan langkah pelan Tama mendekat dan langsung memeluk Imah dari depan sambil mengais terisak di bahu Imah. Imah yang kaget tiba-tiba dipeluk Tama, tubuhnya langsung kaku. Wajahnya memerah karena ada suatu rasa yang tidak dia mengerti dalam hatinya.
'' Waduh, kenapa Tuan Tama peluk gue? Dan ini kenapa jantung gue kayak gendang rebana nih, kenceng banget bunyinya.'' Imah membatin.
Reflek tangan Imah mengelus-elus punggung Tama, dan Tama pun semakin mengeratkan pelukannya.
Setelah seluruh administrasi selesai, semuanya langsung menuju pemakaman Tuan Bagas. Tidak mau berlama-lama, sesuai kesepakatan karena hari sudah menjelang tengah hari akhirnya keluarga menyegerakan pemakamannya.
Hanya Tisa, Danu dan Mayang yang tidak hadir karena masih dalam perawatan di rumah sakit.
Tepat pukul tiga sore acara pemakaman Tuan Bagas selesai, semua tamu sudah pulang. Tuan Agung langsung pulang kerumah bersama sekretaris Rudi mengingat kondisi Tuan Agung belum sehat betul. Sedangkan Tama, Beni dan Mayang langsung menuju rumah sakit.
'' Assalammu'alaikum Pak.'' Jawab Imah saat mendapat panggilan telepon dari Bapaknya Mang Dudung.
''______________.''
'' Imah masih dijalan ke rumah sakit dari pemakaman.'' Jawab Imah.
''_______________.''
'' Iya Pak, seperti yang sudah Imah chat ke Bapak Tadi. Nanti Imah kabari kalo Imah sudah ketemu Mayang ya Pak. Sudah dulu Pak, ga enak lagi di jalan. Assalammu'alaikum.'' Setelah mengakhiri panggilan telepon Bapaknya, Imah langsung menatap dua orang pria yang ada di depannya. Beni yang menyupiri, dan Tama berada dikursi sampingnya.
'' Mas bangun lah lagi Mas, cepatlah sadar. Aku sangat merindukanmu.'' Ujar Mayang dari samping tempat tidur Danu dengan air mata yang sudah menetes dipipinya. Mayang hanya bisa pasrah melihat suaminya masih betah memejamkan matanya sejak paska operasi yang ketiga ,dengan titik luka yang sama.