Luna Alexandra, gadis cantik berumur 20 tahun, seorang Mahasiswi semester 5 di Universitas XX.
Putri dari Wyman Alexander seorang pengusaha restoran yang sukses.
Ia tidak menyangka ayahnya meminta izin untuk menikah lagi setelah 10 tahun hidup menyendiri sepenigggal ibunya.
Apakah Luna mengizinkan Ayahnya untuk menikah lagi? Lalu siapa wanita yang ingin dinikahinya? bagaimana pula dengan kehidupan cinta Luna?
ikuti kisahnya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syauqi Namaria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Wyman yang mendengar percakapan istri dengan asisten putranya ikut merasa cemas apalagi melihat istrinya yang tidak tenang lalu ia menghentikkan mobilya di pinggir jalan.
“Kamu mau aku anterin ke apartemen Saga?” tanya Wyman sembari menggenggam tangan istrinya.
“Itu yang bikin aku bingung, pagi ini ada tamu penting yang akan berkunjung ke salon” Sonya mulai berpikir.
“Luna hari ini libur kan?” tanya Sonya pada suami yang duduk di sampingnya.
“Ya, dia bilang hari ini nggak ada kelas” balas Wyman.
Tanpa berpikir dua kali Sonya langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi Luna.
Drrrrt…Drrrrt…
Suara dering ponsel Luna terdengar di ruang kamarnya, Luna yang berada di kamar mandi dengan secepat kilat melangkahkan kakinya keluar dan berjalan kearah ranjang dimana ponselnya di letakkan.
“Dari tante Sonya” gumam Luna saat melihat nama orang yang menghubunginya di layar ponsel.
“Halo tante” jawab Luna.
“Lun hari ini kamu sibuk nggak? atau punya rencana pergi keluar?’’ tanya Sonya.
“Nggak tante aku di rumah aja” jawab Luna, “emang kenapa tante?” imbuh Luna yang penasaran.
“Tante boleh minta tolong” pinta Sonya.
“Iya” jawab Luna singkat.
“Saga sakit Lun tante minta tolong, kamu pergi ke apartemen Saga sekalian bawain dia bubur ya” pinta Sonya lagi penuh harap.
Luna terdiam sejenak tanpa berkata apa-apa, “Lun, Luna” panggil Sonya dari sebrang telepon. Membuat luna tersadar dari lamunannya, “i…iya iya tante” bicaranya terbata.
“Tante akan kirim alamatnya lewat pesan, makasih ya Lun maaf jadi ngerepotin kamu” tutur Sonya.
“Iya tante nggak apa-apa” sahut Luna. Sonya mengakhiri panggilannya.
Luna menghela nafas panjang, kemudian ia bersiap-siap untuk pergi ke apartemen Saga, seperti biasa ia mengendarai sepeda motornya, menerobos hiruk pikuk jalanan ibukota yang macet dan dengan santainya ia
menyalip kendaran lain yang berada di depannya dengan kecepatan maksimun agar segera sampai di apartemen Saga.
Beberapa menit kemudian ia sampai di gedung apartemen, memarkirkan sepeda motornya di parkir khusus kendaraan roda dua, setelah itu ia berjalan masuk ke dalam lift dan menekan tombol angka 20 menuju apartemen Saga.
Ting
Suara pintu lift terbuka, Luna melangkahkan kakinya keluar dari lift dan mencari unit 1302 tempat Saga berada. Setelah menemukan unit 1302 Luna berdiri mematung di depan pintu apartemen, ia sedikit ragu-ragu untuk menekan tombol.
Ting Tong Ting Tong
Tak ada yang merespon, Luna berkali-kali menekan tombol namun tetap tak ada yang merespon. Ia lalu merogoh ponsel di dalam tasnya, saat akan menghubungi nomor Saga….!
Ceklek
Suara pintu terbuka terlihat sosok laki-laki menggunakan kaos oblong dengan memakai celana pendek dan rambut yang acak-acakan, orang itu tidak lain adalah Saga.
Luna menatap Saga dari ujung kaki sampai ujung rambut, senyum mengembang terlihat dari sudut bibir kecilnya “nggak salah nih orang, penampilannya kaya gitu kenapa masih keliatan ganteng” pikirnya.
“Luna” tutur Saga ternganga, dia tidak menduga orang yang datang ke apartemennya adalah adik tirinya.
“Aku di suruh Tante Sonya anterin bubur buat Mas Saga” Luna memberikan bungkusan plastik.
“Aku langsung balik ya” ucapnya lagi setelah memberikan bungkusan yang berisi bubur kepada Saga.
Grep
Saga menggenggam tangan Luna “udah sampai sini masa nggak masuk dulu” ujar Saga sembari menarik tangan Luna dan membuatnya masuk ke dalam apartemen.
Saat di dalam apartemen Luna berdiri mematung di depan pintu, matanya mulai mengedarkan pandangan ke tiap sudut ruang apatemen Saga, banyak buku-buku yang berjejeran tersimpan di dalam rak lemari yang tertata rapi.
“Duduk Lun” Saga menepuk-nepuk sofa dengan tangannya meminta Luna untuk duduk di sampingnya.
Luna berjalan mendekati Saga dan duduk di samping Saga, “suapin aku” pinta Saga sembari memberikan sendok kepada Luna dengan tersenyum licik.
“Hah” pupil mata Luna membesar, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.
“Emang yang sakit tangannya?” tanya Luna kesal.
Saga mengangkat tanganya “nih lihat tangan aku lemas nggak ada tenaganya” tutur Saga sembari menunjukkan tangan kanannya.
Luna hanya menatap Saga tanpa berkata sepatah kata pun, ia tak habis pikir dengan tingkah manja kakaknya. Walau tak suka namun Luna tetap melakukan apa yang di minta Saga menyuapinya makan.
“Uhuk…uhuk…! pelan-pelan Lun nyuapinya, kamu mau bunuh kakak kamu sendiri” keluh Saga yang tersedak bubur.