NovelToon NovelToon
Daisy

Daisy

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Romansa / Kriminal dan Bidadari / Chicklit
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Inisabine

Hidup Singgih yang penuh kegelapan di masa lalu tanpa sengaja bertemu dengan Daisy yang memintanya untuk menjadi bodyguard-nya.


Daisy
Penulis: Inisabine
Copyright Oktober 2018

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inisabine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Dari satu jam lalu, Singgih masih berkutat dengan komik di tangan. Hanya membalik-balik halaman pada komik tanpa berniat untuk membacanya. Pikirannya melayang pada hari di mana Daisy tiba-tiba minta diantar ke Bintaro dan mengatakan akan tinggal sementara di sana.

"Mulai hari ini aku akan tinggal di sini. Itulah yang dikatakan Daisy dua hari lalu. Kamu bisa tidur di apartemen. Oh, mobil bawa kamu aja. Besok jangan telat jemputnya."

Mendadak sikap ramah dan cerewet Daisy berubah pendiam dan dingin. Tak ada maksi bersama lagi. Daisy hanya memberinya uang makan.

Mungkinkah Rolan mengatakan sesuatu? Entah mengapa hal ini justru mengusiknya...

Namun, ada lagi yang mengusiknya. Ada seseorang yang sedang mengawasinya sedari tadi. Siapa orang itu? Jelas, ia tak punya teman―kecuali Reas―bahkan musuh. Kalau pun musuh pasti dari pihak keluarga korban yang kemungkinan besar masih menaruh dendam padanya.

Singgih menutup bacaannya. Ia harus mencari tahu siapa dan apa motif orang itu mengawasinya.

Beranjaklah Singgih keluar dari Coffee Taste. Sengaja ia menggiring si pelaku ke tempat yang sepi. Langkahnya dipercepat dan telinganya menangkap langkah orang itu pun dipercepat. Sepuluh tahun di penjara, tentu saja, membuat insting bertahannya tajam. Dan, dua tahun hidup di luar (setelah bebas) yang mengharuskannya bertahan hidup dari kejamnya dunia.

Singgih berbelok, lalu berlari cepat di antara orang-orang yang berlalu-lalang. Secepat langkah memasuki gang kecil, dan bersembunyi di balik kios kecil. Kepalanya mengintai sedikit untuk memastikan orang itu mengejarnya.

Orang yang mengikutinya itu berlari panik karena kehilangan jejak.

Sekarang, gantian Singgih yang mengikuti orang itu. Hingga orang itu masuk ke sebuah jalan buntu.

Orang itu―seorang pria yang sepertinya berada di pertengahan tiga puluhan―mengesiap kaget saat memutar arah dan menemukan Singgih tepat berdiri di belakangnya. Pria itu menurunkan topi untuk menutupi wajahnya. Berjalan santai―meski Singgih dapat melihat langkah kaku―untuk menutupi keterkejutannya.

Dalam sekali gerakan cepat, Singgih menangkap lengan pria itu saat melewatinya. Menatap tajam pria itu yang kini tampak menyembunyikan kegusaran.

"Siapa yang mengirimmu?"

"Aku... nggak ngerti." Pria bertopi itu coba melepaskan lengannya dari cengkeraman Singgih.

Singgih mencengkeram keras, bahkan mendorong tubuh pria itu ke tembok. Kedua tangan pria itu ditelikung ke belakang. Pria itu mengaduh kesakitan saat lengannya dipelintir Singgih. Singgih tak peduli dengan suara rintih kesakitan itu, yang tak seberapa jika dibandingkan dengan dunianya.

"Siapa yang mengirimmu?" ulang Singgih sekali lagi. Tajam dan mematikan.

"Nggak ada yang mengirimku!" pria itu coba memberontak, tapi tak mampu mengimbangi kekuatan yang dimiliki Singgih.

Singgih tak percaya. Ia merogoh kantongan jaket pria itu untuk mencari ponsel.

"Mau ngapain?" sergah pria itu panik saat Singgih berhasil mengambil ponselnya.

"Mencari tahu siapa yang mengirimmu."

"Aku hanya lewat saja!"

Singgih mengabaikan teriakan pria itu. Ia tetap mencari nama di panggilan terakhir. Lalu, meneleponnya.

"Misi selesai," pancing Singgih.

"Misi apa?" omel seorang wanita di seberang sana. "Udah seminggu nggak pulang-pulang. Mana? Katanya mau bawa duit"

Singgih mematikan saluran telepon, lalu beralih ke nomor berikutnya.

"Lepaskan!"

"Katakan siapa yang mengirimmu!" Singgih makin keras memelintir lengan pria itu. "Kalau nggak, aku akan menelepon semua nomor di sini. Wanita tadi bilang kamu udah seminggu nggak pulang dan dia menagih duit. Itu baru satu yang kutelepon."

Pria itu tampak gusar.

"Kamu nggak sedang dalam pelarian, kan?" Singgih mulai menekan nomor yang lain. Terhubung. "Misi selesai," pancingnya lagi.

"Woi, lo di mana? Vega nyariin lo. Dia curiga lo punya simpanan."

Singgih kembali mematikan sambungan telepon. "Dia bilang kamu dicariin Vega. Vega, ya?" ujung bibirnya menyeringai saat melihat nama yang ditelepon sebelumnya adalah kontak Vega. "Haruskah kutelepon Vega dan memberitahunya di mana kamu sekarang?"

Makin gusar saja pria itu.

Singgih menekan kembali nomor wanita yang bernama Vega. Kegusaran di wajah pria itu tergurat jelas.

"Aku pernah melenyapkan orang. Hari ini pun aku juga bisa melenyapkanmu diam-diam. Tanpa ada seorang pun yang tahu. Termasuk, Vega." Seringai Singgih. "Ada pesan terakhir?"

"Ro―Rolan." Suara pria itu bergetar.

Suara wanita di seberang sana yang tengah mengomel, dan sekali lagi Singgih mematikan sambungan telepon.

"Si―siapa?" mata Singgih membeliak. "Rolan Hanggono―maksudmu?"

"Iya, dia..."

"Apa yang dia mau? Kenapa dia mengirimmu?"

"Untuk mengawasimu. Nyari tahu apa yang kamu lakukan di sini."

Singgih memejam mata untuk menahan emosi. Lalu kembali membuka mata dengan menajamkan pandangannya ke pria itu, sembari berkata, "Bilang padanya, aku punya bukti yang bisa membuktikan dia bersalah." Ia melepaskan cengkeraman tangannya di lengan pria itu.

Pria itu mengusap lengannya yang kemerahan. Tampak bergidik ketakutan. Sejurus kemudian ia gegas menangkap ponsel yang dilempar Singgih padanya. Ponsel yang ditangkapnya nyaris saja terpental dari tangannya.

"Bilang itu padanya!"

Kepala pria itu langsung mengangguk.

    *

1
elica
wahhh keren bangettt🤩🤩
mampir di ceritaku juga dong kak🤩✨
elica
hai kak aku mampirrr🤩✨
Inisabine: Haii, makasih udah mampir 😚✨
total 1 replies
US
smg aksyen baku hantam /Good//Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!