Bismillah,
Kisah ini sekuel dari Pengobat Luka Hati Sang Letnan (Kisah Maslahat).
Ikuti FB Lina Zascia Amandia
WA 089520229628
Patah hati karena cinta dan hampir saja bunuh diri. Nyawa Aika hampir saja melayang, kalau saja tidak ada seorang pria arogan dan kasar menolongnya.
"Gila, kamu mau bunuh diri? Patah hati karena lelaki. Lelaki mana yang telah menghamilimu, biar aku kejar supaya menikahimu?" Serka Lahat menarik tubuh gadis itu ke dalam mobil bututnya.
Mobil itu berlari kencang menuju sebuah klinik. Tidak disangka penemuan itu, benar-benar merubah hidup Maslahat yang monoton dan betah membujang.
Lalu apa yang membuat Maslahat berubah, menemukan jodohnya, atau justru menikahi gadis putus asa yang diduganya hamil oleh pacarnya atau mendapat jodoh lain yang lebih baik? Temukan jawababnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Pertemuan Yoda Dan Aika
"Bagaimana, Ai, sudah selesai?" Indra menyambut kedatangan Aika dan Raka.
"Sudah, Mas. Tapi kata Bu Nuri, kita harus mengunggu jangan langsung pulang dulu, menunggu Komandan memberikan bayaran," ujar Aika.
"Ok. Tidak apa-apa, biarkan saja menunggu. Kita bisa santai-santai dulu di taman kesatuan ini." Indra merasa tidak keberatan harus menunggu di taman kesatuan, daripada harus cepat kembali ke Taman Puri Bunga, yang tentu saja akan langsung bekerja memilah bunga untuk penjualan selanjutnya.
Aika mendengus tidak setuju, padahal ia ingin segera kembali dari kesatuan itu. Hal paling ditakutkan adalah bertemu dengan Yoda. Pria tidak punya hati.
"Kamu bisa lihat-lihat tanaman lain di taman kesatuan ini, Ai, kalau mau. Tuh, di sana, pohon jambu air yang pernah dibeli dari Taman Puri Bunga setahun lalu, jambu airnya sangat lebat merah-merah dan bagus. Ada juga pohon mangga yang sudah berbuah lebat hanya dengan tinggi satu setengah meter, itu juga dibeli dari Taman Puri Bunga," tutur Indra seraya menunjukan tanaman yang tumbuh di taman kesatuan itu, yang beli di Taman Puri Bunga.
Aika tidak fokus dengan obrolan Indra, justru dia malah mual. "Mas Indra, sebentar, ya, rasanya aku mual banget. Aku mau ke kamar mandi dulu. Kalau boleh minta tolong, tolong belikan
"Kamu mual, kenapa?" tanya Indra heran.
"Asam lambung aku kumat. Obatnya kemarin malah dibuang Mang Asep di meja," ujar Aika sembari berlalu menuju toilet di kesatuan itu.
Selang beberapa saat, Aika sudah kembali, dengan wajah yang sedikit pias. "Mas Indra, boleh tidak aku minta tolong?"
"Minta tolong apa?" Indra mengerutkan keningnya.
"Tolong belikan aku obat mag, aku tidak kuat rasanya kalau dibawa jalan, mual aku terasa lagi,"
"Tapi, kalau aku antar kamu ke kantin, siapa yang akan menerima nota pembayaran dari Komandan?" Indra bertanya seperti enggan mengantar.
Aika diam sejenak, dia merasa Indra sedang malas mengantar, karena posisi dia sedang merokok saat ini. "Baiklah, tidak usah diantar, aku mau pergi sendiri saja ke kantin," ucap Aika sambil berlalu. Indra sedikit tersentak karena Aika terlihat kecewa.
"Marah deh perempuan." Indra mendengus, karena ia merasa tanggung sedang merokok.
Aika kini sudah berada di kantin, tepat saat jam istirahat kesatuan tiba. Buru-buru Aika membeli roti, obat mag serta air teh tawar.
"Berapa, Bu?" tanya Aika.
"Tujuh ribu."
Aika meraih uang pas dalam saku tasnya, lalu memberikan uang itu pada pemilik kantin. Setelah itu ia membalikkan badan. Aika sedikit terkejut saat melihat kondisi kantin yang perlahan mulai ramai. Jantung Aika kembali berdebar, jangan sampai ia bertemu Yoda di kantin. Sebab firasatnya mengatakan, Yoda akan ke kantin ini.
Buru-buru, Aika berjalan menuju pintu keluar kantin tanpa menunda lagi. Namun, malang tidak dapat dicegah, beberapa langkah lagi menuju pintu kantin, sosok Prayoda sudah muncul dan masuk ke dalam kantin, tapi dia belum melihat ke arah Aika.
Aika berjalan seperti biasa, menundukkan wajah sembari fokus menuju keluar kantin.
"Ai, ini kamu, kan? Kamu ada di sini?" tanya pria itu. Hati Aika tiba-tiba semakin perih saat mendengar pria itu bertanya demikian. Sakit hatinya belum terobati, karena laki-laki di dekatnya ini dinilai tega memutuskan hubungan dengan menghadapkan langsung perempuan yang akan dijodohkan dengan Yoda. Aika merasa dirinya sangat rendah dan tidak ada apa-apanya dibanding dokter itu.
Aika yang sempat menahan langkahnya, kembali melanjutkan perjalanan tanpa menoleh ke arah Yoda. Baginya Yoda adalah rasa sakit yang tidak boleh ia hampiri lagi. Sebab sakit di hatinya yang baru saja ditorehkan Yoda, sama sekali belum reda.
"Aika, dia Aika. Berarti benar, orang tadi yang masuk ke dalam ruangan Kabag bersama Bu Nuri, adalah Aika." Yoda termenung sejenak, sebelum seorang rekan menyadarkannya.
Di luar kantin, Aika segera berlari menuju taman, di mana Indra dan yang lainnya menunggu.
"Eh, siapa itu yang berlari kecil menuju taman, kayaknya baru lihat. Pegawai kantinkah?" Lahat yang baru saja mau ke kantin, sejenak berhenti untuk sekedar mengamati seorang perempuan yang berlari menuju sebuah taman yang dia dengar sedang ada pemugaran. Taman itu akan ditanami tanaman hias baru.
Lahat melanjutkan kembali perjalanannya dan masuk ke kantin, tidak peduli siapa perempuan tadi.
Aika sudah tiba di taman, Pak Lendra dan Indra serta Raka dan Ragi, sudah menunggunya.
"Sudah, Ai? Maafin aku, aku tidak bisa antar karena tadi lagi pewe," alasan Indra. Aika tidak menjawab, wajahnya muram dan tidak ceria seperti tadi pagi. Indra dan Pak Lendra menganggap Aika masih menahan rasa mual.
***
Jam di tangan sudah menunjukkan pukul 15.30 Wib, Lahat sudah menaiki motornya untuk pulang ke rumah. Hari ini lumayan melelahkan baginya, setelah tadi mempersiapkan kursi dan podium di aula Triguna untuk kegiatan donor darah hari Senin, tiga hari mendatang.
Tiba di rumah, Lahat tidak segera menuju kamar, ia duduk santai di ruang tamu lalu merogoh saku jaketnya, melihat pesan WA dari orang tua Aika tadi pagi.
"Nak Lahat, putri kami tetap tidak mau jujur, kalau Nak Lahat bisa bantu, coba dibujuk, siapa tahu oleh Nak Lahat dia mau buka mulut. Kami sudah berulang kali mendesaknya, tapi tetap saja dia tidak mau mengaku, sepertinya dia malu. Karena Nak Lahat pernah menolong Aika dari percobaan bunuh diri, coba sekali saja Nak Lahat bujuk supaya buka mulut. Kalau setelah ini, Aika tetap tidak mau buka mulut, kami pasrah. Kami akan terima rasa malu ini."
Pesan WA itu kembali dibaca, terkesan putus asa, Lahat memutar otak bagaimana caranya ia bisa bicara dengan Aika dan membuat gadis itu buka mulut.
"Aku ajak janjian saja besok, kebetulan aku besok libur. Tapi, Aika gimana, apakah dia libur atau tetap bekerja? Aduh mau bantu, tapi bingung cara bantunya. Orang tuanya malah mempercayakan padaku, dia anggap dengan aku membujuknya, maka Aika akan buka mulut. Jangankan aku, orang tuanya saja tidak bisa membuat Aika buka mulut. Huhhhh." Lahat mendengus, antara ingin membantu tapi bingung apabila Aika masih belum mau buka mulut. Lalu ia harus bantu pakai apa?
"Saya akan coba bantu, Bu. Insya Allah besok saya mau ajak Aika janjian dan memancing dia supaya buka mulut," balas Lahat.
Sementara itu di kediaman Bu Andini dan Pak Andi, Bu Andini baru saja menerima balasan WA dari Lahat. "Pak, Nak Lahat sudah membalas. Katanya besok dia mau coba ajak Aika janjian di suatu tempat, dia akan mencoba memancing Aika untuk buka mulut," lapor Bu Andini pada suaminya.
"Oh ya? Syukurlah. Janjiannya di mana, coba tanyakan, Bu? Tapi, apa kita tidak merepotkan minta tolong Nak Lahat yang notabene masih asing bagi kita?" Pak Andi mendadak bimbang.
"Sudah terlanjur, Pak. Pesan WA kita saja sudah dibalasnya. Ibu juga bukan tidak malu, tapi melihat dia pernah menolong Aika dari percobaan bunuh diri, rasanya ibu yakin kalau dia tulus dalam menolong kita, buktinya dia bilang kalau Aika mau buka mulut, dia mau mendatangi pria yang menghamili Aika," tukas Bu Andini optimis.
"Iya sih, Bu. Tapi, apakah Nak Lahat berani menyusulnya kalau ternyata kekasih Aika adalah seorang tentara?"
"Iya juga, ya, Pak. Tapi, apa Bapak tidak perhatikan Nak Lahat saat dia baru datang kemari, dia memakai celana loreng, kaos loreng sama sepatu khas tentara, jangan-jangan dia seorang anggota juga."
Sejenak Pak Andi termenung mendengar pertanyaan istrinya. Kalaupun Lahat bersedia membantu, dan ternyata Lahat masih seorang anggota, apakah Lahat masih bisa membantunya dalam kasus sang anak?
coba komunikasi yg bener..kata BPK jgn egois kan??
Luluhkan bang hati istrimu...
raihlah kebahagiaan mu bang, buat aika tergila-gila padamu 😄😄😄