NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Ke Dalam Tubuh Putri Buangan

Reinkarnasi Ke Dalam Tubuh Putri Buangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nfzx25r

Seorang gadis muda yang memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan terjun ke dalam laut lepas. Tetapi, alih-alih meninggal dengan damai, dia malah bereinkarnasi ke dalam tubuh putri buangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nfzx25r, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menemukan Sanghyun

Malam di Istana Huolong begitu hening dan sunyi.

Namun di balik keheningan itu, langit seolah menyimpan rahasia yang tak terucap. Putri Minghua berdiri di depan cermin panjang, menatap pantulan dirinya yang tampak lesu. Jemarinya menyentuh kalung pemberian Sanghyun, retakannya mulai membesar. Kilau keunguan yang biasanya lembut kini berdenyut pelan, seolah merespons kehadiran sesuatu… atau seseorang di sekitarnya.

Sejak malam itu di taman belakang, ia merasa seperti terus diawasi. Bukan karena niat jahat, melainkan oleh seseorang yang menjaganya dari kejauhan. Tatapan yang tak terlihat, napas yang tak terdengar… namun hatinya tahu, itu adalah seseorang yang penting baginya.

“Sanghyun,” bisiknya lirih, matanya terus menatap ke arah jendela, ke luar, menembus malam yang dingin dan sunyi.

Ia masih belum bisa melupakan malam itu.

Ketika pisau meluncur cepat dari balik semak, ketika tubuhnya terdorong oleh kekuatan tak kasatmata, dan ketika bayangan hitam yang hendak membunuhnya tiba-tiba roboh sebelum sempat menyentuhnya. Luka di tubuh musuh itu membeku… dan hanya satu orang yang ia tahu memiliki kemampuan seperti itu. Sanghyun. Siluman yang pernah ia selamatkan. Atau… mungkin sebenarnya, ialah yang selalu menyelamatkan dirinya sendiri.

***

Sementara itu, di sudut tergelap istana... di balik lorong rahasia yang hanya diketahui oleh mereka yang pernah hidup dalam bayang-bayang, Sanghyun duduk diam. Punggungnya bersandar pada dinding batu yang dingin, tangan kanannya menekan dada kirinya yang berdenyut nyeri.

Tubuhnya tampak sempurna, tampan, dingin, dan seolah tak tersentuh waktu. Namun di dalamnya, tubuh itu begitu rapuh. Kekuatan yang tersisa terus melemah, sebab selama ini ia terus menjaga Putri Minghua.

Demi melindungi sang putri, Sanghyun rela menyerahkan kalung miliknya...kalung yang terhubung langsung dengan jiwanya sendiri. Kalung itu menyerap kekuatannya perlahan-lahan, membuat tubuhnya lemas, melemah dari hari ke hari.

“Aku terlalu lama berada di dunia manusia…” gumamnya lirih. Rasa sakit yang menjalari tubuhnya tak kunjung mereda.

Namun, setiap kali niat untuk pergi muncul… wajah cantik Putri Minghua kembali muncul dalam benaknya. Bukan sebagai seorang putri, melainkan satu-satunya manusia yang pernah melihat dirinya bukan sebagai siluman… bukan sebagai ancaman… melainkan sebagai makhluk yang juga bisa terluka.

***

Beberapa hari berlalu.

Setiap malam, Putri Minghua berjalan mengelilingi taman istana. Ia berpura-pura tak peduli pada bahaya yang mungkin mengintainya. Padahal, setiap langkahnya penuh kewaspadaan. Ia tahu, serangan seperti malam itu bisa datang kapan saja.

Anehnya, semuanya terasa terlalu sunyi. Kalung di lehernya yang biasa bergetar jika ada ancaman kini diam tak bergerak. Seolah bahaya telah pergi… atau pelindungnya yang telah menghilang.

Perasaan gelisah mulai menggumpal seperti awan hitam di dadanya. Bukan takut pada kematian, tapi takut… takut kalau Sanghyun benar-benar pergi meninggalkannya.

Meskipun mereka belum lama saling mengenal, perasaan itu nyata. Begitu nyata hingga rasanya menyesakkan.

Malam itu, ia berdiri di bawah pohon plum yang hampir mati. Pohon itu menjadi saksi pertemuan terakhir mereka. Ia berharap Sanghyun akan muncul dari kegelapan, membawa kembali kehangatan yang pernah diberikan padanya. Tapi ia terus menunggu… dan tak ada siapa pun yang datang.

Hanya suara ranting pohon yang bergoyang ditiup angin malam, membuat bulu kuduknya meremang. Malam terasa dingin dan kesepian.

Putri Minghua menunduk, kedua tangannya meremas ujung lengan jubahnya. Ia terus memanggil Sanghyun… dalam hati, berulang-ulang. Tapi tak pernah ada jawaban.

Hingga tiba-tiba...kalung di lehernya bergetar keras.

Retakan di dalamnya melebar dengan cepat, cahayanya kini berkedip-kedip tak beraturan. Sakit tiba-tiba menyerang kepalanya, matanya mulai buram. Napasnya tercekat.

Tubuhnya limbung… dan dalam sekejap, Putri Minghua ambruk begitu saja di bawah pohon plum tua, tubuhnya terhempas ke tanah yang dingin.

***

Pelan-pelan, mata Putri Minghua terbuka. Pandangannya masih buram. Udara terasa dingin, lututnya lemas tak bertenaga. Namun anehnya, ia tidak benar-benar merasa kedinginan. Sekeliling tampak samar di balik penglihatannya yang belum sepenuhnya pulih.

Tepat sebelum kegelapan kembali menyeretnya, ia melihat sosok yang memeluknya erat. Kehangatan dari pelukan itu menjalari tubuhnya, seolah menepis rasa dingin yang sempat menyergap.

Jemari itu menyentuh pelipisnya, sentuhan yang begitu familiar. Tapi kali ini, tangan itu tampak... rapuh. Sisa darah di ujung kuku Sanghyun membekas di pipinya, meninggalkan noda sekaligus jejak rasa sakit yang dalam.

Sanghyun menatapnya penuh kekhawatiran. "Aku... di sini," bisiknya lirih nyaris tak terdengar.

Putri Minghua terkejut mendapati Sanghyun berada begitu dekat, bahkan memeluknya dengan erat seolah takut kehilangan. "Kenapa kamu..." suaranya terputus, tak sanggup melanjutkan.

Sanghyun menggeleng pelan. "Jangan banyak bicara. Kalung itu... tak akan bertahan lama lagi," ucapnya dengan nada sendu. Raut wajahnya menyiratkan duka, seakan harapan yang selama ini digenggamnya perlahan sirna.

Putri Minghua mencoba bangkit, namun tubuhnya begitu lemah. Ia hanya mampu menangis dalam diam, air matanya jatuh satu per satu. "Kenapa kamu terus menyelamatkanku... berkali-kali?" bisiknya lirih, perasaannya diliputi rasa bersalah.

Sanghyun menunduk. Pandangannya menjauh, seolah tak sanggup menatap mata Putri Minghua. Dalam hidupnya, belum pernah ada yang menanyakan hal seperti itu padanya. "Aku... tidak tahu," jawabnya jujur, penuh getir.

"Kalau kamu terus memakai kekuatanmu... kamu akan..." Belum sempat Putri Minghua menyelesaikan ucapannya, Sanghyun langsung menyela.

"Aku tahu."

"Kenapa kamu tidak menghentikan semua ini?" Putri Minghua tetap berusaha, mencoba meyakinkan Sanghyun agar menyerah demi dirinya sendiri.

Sanghyun mengangkat wajahnya, menatap dalam ke mata Putri Minghua. Tatapan itu mengandung banyak arti, luka, dan harapan yang nyaris padam. "Karena... kau adalah satu-satunya cahaya dalam hidupku yang gelap," jawabnya.

Isak tangis langsung pecah dari Putri Minghua. Air matanya menetes tanpa bisa dihentikan. "Jangan mati," bisiknya, suaranya pecah oleh emosi. "Aku tidak peduli jika dunia ingin membunuhku. Tapi kalau kamu yang hilang... aku tidak sanggup."

Sanghyun mengusap pipinya dengan lembut. Tangannya dingin. Tapi, Putri Minghua tak pernah menolak sentuhan itu, sentuhan yang selalu membawa ketenangan, tak peduli seberapa dinginnya.

Ia merindukan sentuhan itu. Kehadiran Sanghyun membuat semua rasa takut dalam dirinya menguap perlahan, digantikan rasa damai yang dalam.

Sanghyun memeluknya lebih erat, seolah tak ingin melepaskan. Ia ingin melindunginya sampai napas terakhir, meski tahu waktunya tak banyak lagi. Namun, ia sadar... saat Putri Minghua pulih, ia harus segera pergi.

Tiba-tiba, Putri Minghua teringat pada liontin yang diberikan oleh Putri Minghua yang asli. Ada sesuatu yang harus ia lakukan. "Bantu aku duduk!" pintanya, mencoba mengangkat tubuhnya sendiri.

Sanghyun menuruti dengan lembut. Ia memapahnya perlahan, memastikan setiap gerakan tidak menyakitinya, lalu menyandarkan Putri Minghua ke dadanya yang kokoh.

1
Cha Sumuk
ap ga ada ingatan yg tertggl hemmm
Murni Dewita
double up thor dan tetap semangat
Nfzx25r: Iya, makasi
total 1 replies
Murni Dewita
next
Murni Dewita
nyimak
Murni Dewita
👣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!