Estsaffa ahiara, gadis yatim piatu yang diadopsi oleh kedua orangtua angkatnya. Terpaksa menikah untuk membayar hutang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riendiany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Jealous
Drrrtt...drrrttt...
Suara ponsel di dalam tas Ara bergetar. Sang empunya asyik berbincang dengan ibu dari Adrian. Sementara tas Ara berada didekat Adrian.
Gegas lelaki itu menghampiri Ara dan menyerahkan tas yang dibawanya.
"Ponselmu bergetar sejak tadi".
"Ohh..iya mas. Tante permisi sebentar ya" Lina mengangguk. Dan kemudian Ara menjauh dari ruang keluarga tempat mereka bercengkrama diikuti Adrian dibelakangnya.
Diambilnya ponsel dari dalam tas, terpampang satu nama pemanggil yang tidak asing. Ara menoleh pada Adrian, dan lelaki itu menatapnya penuh tanda tanya. Kemudian dengan gerakan bibir tanpa suara Adrian menanyakan siapa yang menelpon.
"Kak Akio" jawaban itu membuat Adrian membuang muka. Sungguh sepupunya itu menelpon pada waktu yang tidak tepat sekarang. Mengganggu dan membuat was-was.
"Angkat!" dengan mengedikkan kepalanya lelaki itu memerintah Ara mengangkat teleponnya seraya berjalan mendekatinya. Lelaki itu berdiri tepat di sebelah Ara dengan menyilangkan tangan didada. Benar-benar membuat gadis itu tidak nyaman, seperti berada dibawah tekanan.
"Iya kak" Ara menjawab teleponnya namun sepasang matanya malah menatap Adrian yang dengan wajah datarnya tengah memperhatikannya. Kemudian bibir Adrian mengucap 'nyalakan speaker' tanpa suara.
Setelah speaker menyala, lelaki itu merebut ponsel Ara sehingga yang terlihat seperti ia dan Ara sedang berbicara dengan penelpon, padahal ia hanya ingin mendengarkan obrolan mereka berdua.
"Kamu sibuk?" suara Akio terdengar lembut dan sayang seperti seseorang yang tengah berbicafa dengan kekasihnya, membuat Adrian jengah hingga ia melirik sinis gadis disebelahnya itu.
"Tidak, ada apa kak?"
"Lama sekali kau angkat teleponku. Ini kan hari libur, temani aku makan siang ya, jangan menolak!" terdengar memerintah dan memaksa, Ara tersenyum miris, lelaki yang meneleponnya ini bertingkah sama persis dengan lelaki disebelahnya sekarang. Dasar satu darah.
"Aku tidak bisa kak"
"Kenapa? Kamu takut dengan bosmu itu? Ayolah Ra, ini hari libur, apa kau harus menurut padanya terus? Dia bukan bosmu setelah kamu pulang kerja, apa dia mengancammu?"
Ditatapnya wajah Adrian yang kesal setelah Akio menyebutnya dalam pembicaraan mereka. Bahkan lelaki itu melotot seakan menuduh Ara membicarakan hal yang buruk dibelakangnya.
"Tidak kak, dia tidak seburuk itu" Ara menjepit bibirnya, lidahnya mendadak kelu menyusun kata yang akan ia sampaikan untuk menolak ajakan sepupu Adrian yang pantang menyerah itu.
"Lalu, ahh aku tak mau tahu....aku ke apartemennu sekarang. Berapa nomernya?"
"Jangan kak! A-aku sebenarnya tidak sedang berada di apartemen. Iya..iya aku tidak ada disana" ditelannya saliva yang sebenarnya kering. Ia harus punya alasan hingga Akio tidak jadi mengunjunginya. "Aku sedang di rumah temanku" mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Sungguh ternyata sesusah ini mengatakan kebohongan dalam prakteknya.
"Ara...kenapa kau gugup, kalau memang berada di rumah temanmu ya sudah tidak apa-apa. Nanti sore atau..kapan-kapan saja"
"Tidak kak, aku tidak gugup. Terima kasih ya kak dan maaf mengecewakan. Mungkin lain kali..."
Klik! Terdengar suara panggilan terputus. Dan Adrian lah pelakunya. Padahal gadis itu belum selesai bicara, ia merasa tidak enak hati dengan Akio.
"Aku belum selesai bicara mas.." Adrian menatap sengit gadis didepannya itu. Mendadak hatinya berdesir, ia tampak menggemaskan saat merajuk seperti itu.
'Ahh tidak-tidak, sandiwara ini harus tetap dijalurnya tanpa melibatkan perasaan didalamnya' ucap Adrian dalam hati.
"Maaf? Mengecewakan? Hah kata-kata apa itu. Kenapa kau jadi genit dengan sepupuku itu? Apa kau berencana menggodanya?"
"Menggoda? Aku hanya merasa tidak enak dengan kak Akio karena selama ini dia baik padaku dan aku malah membohonginya terus. Sungguh kalau aku tidak terlibat dalam sandiwara_" uups! hampir saja Ara keceplosan, kepalanya menoleh kekanan dan kekiri, semoga saja benar-benar tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka.
"Apa mungkin mas cemburu?" terdengar suara Ara yang membuat lelaki itu kaget. Sungguh Ara tidak menyadari bibirnya yang mendadak lancang mengucap hal itu.
"Kauuu..." suaranya lirih dan geram. Adrian tiba-tiba mendekati tubuh gadis itu, berada sangat dekat hingga rasanya persendian dilutut Ara melemas. Otak gadis itu berkelana, mengandai-andai apa yang akan dilakukan sang bos padanya. 'Bukan dipeluk kan? Apalagi dicium pasti bukan, lalu kenapa lelaki itu terus mendekat seperti ini? Tidak-tidak, aku bisa pingsan kalau itu sampai terjadi'.
Tubuh mereka berdua yang berhadapan semakin condong, dan tampak sekali raut wajah Ara yang tidak baik-baik saja akibat menahan nyeri punggungnya yang terlalu melengkung. Tangannya berusaha menahan dada Adrian yang hampir menempel didadanya. Namun ia tak berani mencengkeramnya, lelaki itu tengah emosi akibat perkataan Ara yang sepertinya menyinggungnya.
"Adrian, apa yang kau lakukan!?" Lina yang berjalan keluar dari ruang keluarga seketika berteriak mendapati putranya tengah dalam posisi mengancam.
Dan berhasil membuat dua orang yang sedang berseteru halus itu kaget. Hingga Ara hampir jatuh kalau saja tidak ada lengan kekar Adrian yang dengan cepat merengkuh pinggang gadis itu. Apa yang terjadi kemudian sungguh sesuatu yang diharapkan.
Bukan hanya pinggang mereka saja yang menempel, tapi dada dan kemudian bibir yang sedari tadi saling melempar kata-kata menuduh pun tak ayal bersentuhan. Meski hanya sepersekian detik, tentu saja sengatan yang terasa sungguh bisa membuat jantung mereka tidak baik-baik saja. Apalagi Ara yang sempat membayangkannya.
"Kau ini!" Lina menatap garang Adrian. "Buruan kalian menikah kalau memang tidak sabar". Adrian melepaskan lengannya dari pinggang gadis itu. Kemudian sedikit menarik krah tshirtnya yang sempat bergeser dari tempatnya.
Menikah!
Adrian seperti tersengat listrik mendengar kata-kata itu. Skenarionya tidak sepanjang itu, mengapa tiba-tiba muncul kata menikah sedangkan ini hari pertama ia mengenalkan Ara sebagai kekasihnya. Bahkan sang ibu belum menginterogasi gadis itu dari A hingga Z seperti yang dilakukannya pada Andina ataupun Laura.
"Aku hanya mencium sedikit, mengapa mommy langsung menyuruhku menikahinya. Bagaimana cake nya enak kan mom?" lelaki itu mengalihkan perhatian Lina dengan menanyakan hal lain.
"Ara kan kekasihmu, kalau kau tidak berniat menikahinya, untuk apa kau kenalkan mommy heu.." wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan juga tegas ini mengintimidasi putranya sendiri.
"Mommy..." Adrian meraup wajahnya. "Jangan bicarakan hal ini sekarang, lebih baik kita makan siang saja" direngkuhnya bahu Lina, dituntunnya wanita yang melahirkannya itu menuju ruang makan.
Tidak berapa lama, terdengar suara deru mobil berhenti di halaman depan. Ini hari Minggu, siapa yang mengunjungi ibunya selain dirinya.
Adrian berinisiatif membuka pintu sendiri demi melihat siapa yang datang berkunjung. Dan mengejutkan, seseorang yang tidak diduga mengapa begitu berjodoh bertemu dengannya kembali.
Mengapa dia tidak mengambil hari lain saja jika ingin datang. Sungguh merusak suasana yang sudah dibangunnya sejak awal kedatangannya tadi. Kalau sudah begini, apa yang harus ia lakukan.
Kira-kira siapakah gerangan yang datang berkunjung😏
terima kasih othorku🤣🤣🤣💯💯💯👏👏👏