NovelToon NovelToon
The Mask Painter

The Mask Painter

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / spiritual / Iblis / hantu
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Asha Krajan

Odessa adalah pelukis topeng yang melanjutkan karir dari leluhur ayahnya.

Keluarganya memiliki sebuah toko topeng kecil yang buka di sebuah gang sepi yang jarang didatangi oleh pengunjung, pada awalnya Odessa tidak mengerti sama sekali mengapa keluarganya harus berjualan dan membuka toko di tempat yang sepi orang lewat.

Namun setelah Odessa mengambil alih bisnis itu, ia mengerti alasannya.

'Mereka' tidak menyukai tempat yang ramai.

Ya, yang Odessa layani sama sekali bukan manusia, melainkan 'mereka' jiwa yang tersesat atau pun arwah yang terjerat oleh masalah di bumi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asha Krajan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14. Masa lalu (2)

     Ming Rui terbelalak kaget, "Hah? Melukis adeganku tadi?"

Song Ru mengangguk, "Ya, sebenarnya aku kesini untuk mencari inspirasi lukisanku. Akhir-akhir ini aku memiliki masalah artblock sehingga aku berpikir melihat angsa-angsa putih di danau menari, mungkin aku bisa mendapatkan inspirasi, aku tidak menyangka bahwa aku akan menemukan angsa yang sesungguhnya di sini."

Song Ru tersenyum menatap Ming Rui, "Kamu tidak akan keberatan, kan?" Ming Rui termenung, untuk pertama kalinya ia menemukan orang yang ingin melukisnya untuk hanya sekedar jeritan dan tangisannya. Ming Rui menatap mata seniornya itu yang tampaknya berharap, ia merasa kasihan sehingga ia memilih untuk mengangguk dan menyetujuinya.

"Baiklah, jika menurut senior aku tidak terlalu jelek untuk di lukis, tidak apa-apa."

Mendengar ucapan gadis itu, Song Ru merasa terkejut, "Jelek? Sosok seperti dirimu kamu sebut jelek?" Ming Rui berkedip ragu, "Ya, kenapa?"

Song Ru tidak bisa berkata-kata, ia menggelengkan kepalanya. Memang wanita, merendah untuk meroket.

"Tidak… hanya saja kamu terlalu cantik untuk disebut jelek, bahkan tidak ada yang terlihat jelek darimu."

Ming Rui menjadi semakin malu mendengar ucapan dari kakak seniornya itu, ia terbatuk dan menggelengkan kepalanya, "Terima kasih … eh, sudah! Bukankah kakak senior ingin melukisku? Katakan saja aku harus berbuat apa!"

"Oh … baiklah, hanya perlu berpose seperti yang kamu bayangkan di dalam adegan." Song Ru menatap Ming Rui dengan serius, untung saja ia membawa pensil beserta buku sketsanya kemanapun ia pergi. Ming Rui tampak berhenti sejenak sebelum akhirnya membuat pose, Song Ru sedikit terpesona melihat gadis itu berpose layaknya angsa yang patah hati dan sepertinya bulu putihnya telah berubah, hal itu membuat ide di kepala Song Ru menjadi liar.

Dengan cepat Song Ru membuat sketsa dan melukis di atas kertasnya, ia sesekali melirik ke arah Ming Rui sebelum melanjutkan menggoreskan goresan pensil di atas bukunya itu. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, lukisan seorang gadis dengan gaun setengah angsa putih dan angsa hitam dalam bentuk grayscale segera terlukis di atas kertas sketsa.

Ming Rui akhirnya bisa duduk begitu Song Ru tersisa melukis background dari gadis angsa, mata Ming Rui melebar terkejut ketika ia melihat betapa ahli teknik yang digunakan oleh kakak senior laki-lakinya ini!

"Senior, apakah kamu adalah jurusan seni lukis?" Rahang Ming Rui terjatuh begitu ia melihat hasil akhir dari lukisan itu di tangan kakak seniornya, ia tergagap menatap Song Ru dengan kagum. Song Ru tersenyum, ia tertawa canggung merasa sedikit malu melihat kekaguman di mata gadis itu, namun di saat yang bersamaan ia juga merasa bangga bahwa keahliannya dapat membuat kagum orang lain.

"Ya, aku masuk jurusan seni lukis."

"Wah! Kamu pasti jenius di jurusanmu, kan!"

"Tidak … aku hanya sedikit berbakat…" Song Ru menyentuh hidungnya malu, pernyataannya membuat cemberut Ming Rui, "Kakak senior pasti berbohong! Pasti senior adalah jenius yang terkenal, kan! Jangan-jangan kakak adalah Song Ru yang terkenal di kalangan anak-anak siswa-siswi itu?!" Ming Rui menebak dengan mata terbelalak.

"Uh … ya…? Itu aku, Song Ru." Song Ru mengangguk, ia sepertinya tidak bisa menyembunyikan identitasnya lagi di depan gadis ini. Ming Rui semakin kaget mendengar bahwa pernyataannya di benarkan, ia memekik tertahan karena terlalu bersemangat.

"Astaga! Aku dilukis oleh seorang jenius yang terkenal!"

"Haha … oh ya, boleh aku mengenal siapa namamu?" Song Ru bertanya dengan sopan, ia tersenyum hangat menatap gadis itu. Meskipun Song Ru tahu bahwa nama gadis itu adalah Ming Rui, tetap saja ia ingin melalui perkenalan yang umum langsung dari gadis itu.

"Oh! Namaku Ming Rui, salam kenal Kakak Song!"  Ming Rui menunjuk dirinya dan memperkenalkan diri dengan senyuman manis, hal itu membuat jantung Song Ru kembali berdegup dengan kencang. Song Ru berpura-pura batuk dengan tenang, ia mengangguk, "Ya … salah kenal juga, namaku Song Ru."

"Yeah~ bolehkah kita berteman?"

Song Ru mengangguk, ia merasa sedikit antusias mendengar permintaan teman dari Ming Rui, "Tentu saja, mari berteman."

Yah … kira-kira seperti itulah awal pertemuanku dengannya, sosok yang menjadi cinta pertama di masa mudaku. Ming Rui, gadis polos dengan senyuman manis itu, aku tidak pernah mengira akan menjadi begitu dekat dan jatuh cinta padanya. Waktu berlalu dengan begitu cepat tidak terasa olehku, aku merasakan nyaman bersama dengan Ming Rui, terlebih lagi aku selalu mendapatkan ide-ide yang tak terduga hanya dengan melihat gerakan-gerakan atau pun ekspresi dari Ming Rui.

Gadis ini sungguh menakjubkan, seperti harta berharga bagiku.

Singkatnya, pertemanan kami terus berlanjut hingga akhirnya di bulan ketiga, sebuah acara ulang tahun universitas dirayakan dengan meriah, berbagai pertunjukan pentas seni menjadi hiburan di dalamnya. Universitas tempat kami belajar cukup ternama sejak dulu, banyak mahasiswa atau pun siswi yang berbakat terlahir dari sini, dan karena nama yang terus melejit itu membuat pembiayaan untuk fasilitas menjadi semakin lengkap dan bagus.

Hari itu adalah hari lainnya yang tidak pernah akan aku lupakan dalam seumur hidupku, dan pada saat itu juga aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku telah lama jatuh cinta pada sosok dengan inisial Ming Rui itu. Gadis manis yang seperti membawa panah cinta. Begitu aku melihat pertunjukan Ming Rui sebagai gadis angsa putih yang patah hati karena telah dikutuk pada acara pentas seni di hari ulang tahun universitas yang ke 100 tahun, aku begitu terpesona melihat sosoknya yang begitu murni dan berbakat dalam menunjukkan karakter dari yang diperankan.

Sungguh disayangkan, bakat yang begitu bagus mengapa tidak dibuat, kenapa gadis itu malah masuk ke jurusan bisnis. Padahal seharusnya Ming Rui sangat cocok masuk jurusan seni teater.

Setelah hari itu terlewat, aku menjadi yakin dengan perasaanku. Mungkin karena pengakuanku yang terlalu tiba-tiba atau Ming Rui yang canggung untuk merubah pertemanan menjadi kekasih, ia menolakku begitu pertama kali aku mengungkapkan cintaku kepadanya. Sedikit sakit, namun aku tidak akan menyerah hanya karena sekali ditolak.

Siapa Song Ru? Aku adalah orang yang tidak mungkin patah semangat.

Aku terus berusaha untuk mengejar dan mendekati sosok manis nan cantik itu, bahkan karena gerakanku yang begitu terang-terangan, berita tentang aku yang jatuh cinta pada seorang gadis dari jurusan bisnis menjadi rahasia umum bagi para mahasiswa maupun siswi, entah senior maupun junior pasti tahu masalah ini, bahkan hingga ke para guru yang mengejar sekalipun.

Tidak peduli aku mengirimkan apapun kepada Ming Rui entah hari spesial apapun, pengakuanku masih saja terus menerus di tolak mentah-mentah. Aku menjadi frustasi pada saat itu, bahkan secara mengejutkan aku lebih frustasi tidak diterima oleh Ming Rui dibandingkan terkena artblock seperti dulu. Apakah mungkin karena Ming Rui adalah sumber dari ide-ide cemerlangku?

Hingga akhirnya tiba pada suatu hari aku dengar bahwa Ming Rui telah jatuh sakit dan tidak memasuki kelas selama dua hari karena demam tinggi yang tidak kunjung membaik. Hal itu membuatku khawatir, namun di sisi lain aku menggunakan kesempatan dibalik kesempitan itu dengan baik. Selama seminggu aku menemani dan merawat Ming Rui dengan baik, entah tindakanku meluluhkan hatinya, atau ada salah satu yang aku lakukan membuatnya jatuh cinta padaku.

Di hari Jum'at mingguan aku mengaku setelah Ming Rui sembuh, secara tidak terduga aku diterima menjadi kekasihnya. Entah apa yang aku rasakan pada saat itu, hatiku sepertinya telah dilanda oleh kebahagiaan tertinggi bahwa aku tidak lagi di tolak oleh cinta pertamaku.

Semenjak hari aku di terima, tentu saja kami menjadi lebih romantis dan lebih sering bertemu, namun saat-saat kencanku dengan Ming Rui adalah saat-saat yang tidak akan pernah aku lupakan. Dimana saat aku perlahan mengetahui baik-buruknya gadis manis itu, otaknya yang pelupa, hingga kecerobohan yang sering terjadi, kenaifan dan kepolosan Ming Rui setiap harinya membuat hidupku lebih berwarna dari yang sebelumnya.

Tentu saja, sebagai kekasih aku juga tahu bahwa kekasihku ini sebenarnya berbeda dengan wanita pada umumnya yang selalu biasa dimanja oleh kemewahan dan kepraktisan di kota. Yang tidak pernah aku berhenti kagumi adalah betapa mandirinya Ming Rui dalam mengerjakan sesuatu, bahkan seperti mencangkul tanah saja ia melakukannya sendiri tanpa meminta tolong sama sekali, katanya ia terbiasa mencangkul kebun kentang sendiri jika ia berada di desa.

Sungguh wanita kecil yang tangguh, bukan? Pantas saja tangannya memiliki kapalan, ternyata Ming Rui meskipun penampilannya lembut pekerjaan yang ia kerjakan semuanya hampir adalah pekerjaan berat yang seharusnya dikerjakan oleh laki-laki.

Sungguh adalah wanita idaman yang memikat kelembutan hati, karena begitu besar cintaku kepada Ming Rui, akhirnya aku memberanikan diri untuk memberikan janji kepadanya bahwa aku akan menikahinya nanti setelah gadis itu lulus dari studinya dan mulai bekerja. Aku berjanji bahwa pada saat itu aku akan mengunjungi orang tua Ming Rui yang berada di desa untuk dimintai restu dalam menikahi anak manis mereka.

Satu tahun dengan cepat berlalu, di pertengahan tahun kedua akhirnya aku lulus dengan lancar hingga mendapatkan gelar sarjanaku. Pada saat itu lukisan yang aku buat juga sudah melejit bahkan hingga masuk ke museum lukisan yang terkenal, karya lukisanku 'Sang angsa putih' yang aku lukis dari inspirasiku ketika pertama kali bertemu dengan Ming Rui berhasil memasuki museum karena makna yang begitu dalam hanya dengan satu pose.

Bahkan karena kepopuleranku, aku dijuluki sebagai sang pelukis jenius cat minyak. Sungguh gelar yang sangat aku banggakan sebagai pecinta lukisan yang menggunakan cat minyak. Aku sungguh bersyukur kepada Ming Rui atas segala kesuksesan yang aku peroleh karena berkat dia, menurutku Ming Rui adalah gadis pembawa keberuntungan di dalam hidupku.

Hari-hari indah berlalu begitu saja, dan aku pikir semuanya akan tetap indah seperti ini hingga akhirnya kami lulus, menikah, hingga memiliki anak dan cucu bersama hingga tua nanti. Namun sepertinya aku melupakan sesuatu yang sangat penting, yang bahkan seharusnya tidak pernah aku lupakan sama sekali.

1
bbyylaa
sukakk banget sama konsep novelnya, underrated banget!!! semangat ya thorr
A.K: Terima kasih banyak bbyylaa❤️🔥
total 1 replies
L K
hahahhaha tasnya ilang di gedung hotel
Setsuna F. Seiei
Tiap habis baca chapter pasti bikin aku pengen snack sambil lanjut baca!
A.K: Terima kasih telah berkomentar! komenmu membuat thor bersemangat deh!✨
total 1 replies
Desi Natalia
Ceritanya memukau, jangan berhenti menulis ya author!
A.K: Terima kasih telah memberi dukungan! nantikan bab selanjutnya ya~😉
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!