Rysta Maura Lian,
dia seorang wanita cantik yang telah berusia 33 tahun.
ia tumbuh dan besar di panti asuhan.
hidupnya yang sebatang kara dan pernah di vonis sulit memiliki keturunan membuatnya menjadi seorang wanita yang memiliki sudut pandang berbeda tentang kehidupan.
ia pun memutuskan, jika ia hanya akan hidup sendiri selamanya...sebuah hubungan hanya akan membuat hidupnya rumit dan membuang buang waktunya.
hingga di usianya 17 tahun seorang wanita konglomerat membawanya dari sana.
merubah dirinya dari yang bukan siapa siapa menjadi dia yang keberadaannya sangat di segani dan di hormati.
karena ia adalah sang asistan pribadi wanita konglomerat itu.
hingga di malam naas itu, seseorang memaksakan dirinya kepadanya.
merenggut apa yang ia miliki dan ia agungkan.
apa yang akan Rysta lakukan jika seseorang itu memaksanya untuk menjalin sebuah hubungan yang tak pernah ia ingin jalani selama ini...??
dan mampukah seseorang itu merubah sudut pandang wanita itu tentang kehidupan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
keputusan Edward.
Hari telah semakin siang, udara pun terasa lebih panas.
Rysta dan tuan Mory beserta beberapa rombongan timnya yang masih tertinggal nampak memasuki area parkiran sebuah restauran yang masih berada di sekitaran rumah sakit Tang Healthy Hospital itu.
Audit yang mereka lakukan memang telah selesai hampir setengah jam yang lalu,
Dan kini mereka berencana istirahat sekaligus makan siang sebelum kembali ke kantor pusat.
Rysta dan tuan Mory sampai terakhir kali di restauran itu karena mereka harus memastikan dahulu finishing laporan audit mereka.
Dua orang itu baru saja menginjakkan kaki mereka di pintu restaurant itu dan hendak menuju meja di mana tim mereka telah berada ketika tiba tiba sebuah panggilan menghentikan langkah kedua orang itu.
" nona Rysta...." panggilan seorang wanita paruh baya yang nampak berdiri dari duduknya membuat tuan Mory dan Rysta menoleh.
Dan detik itu juga, aliran darah di sekujur tubuh Rysta seolah berhenti mengalir.
Tubuhnya tiba tiba terasa membeku.
Pasalnya orang yang menyebut namanya itu sangat ia kenal.
Biasanya ia akan biasa biasa saja ketika bertemu dengan mereka.
Tapi....
Apa yang sudah terjadi di antara dirinya dan Edward membuatnya gemetar sendiri.
" tuan Mory...." kini gantian tuan Mory yang di sapa.
Dengan bahasa isyarat tuan Mory mengajak Rysta mendekat kepada mereka.
Dengan langkah gemetar, Rysta mengikuti langkah tuan Mory di belakangnya.
Sebuah mejan dengan bentuk persegi panjang yang telah nampak di kitari oleh beberapa orang di sana.
Dan tentunya....
Ia cukup mengenal orang orang itu meski hanya beberapa saja.
" nona Rysta apa kabar, senang bisa bertemu denganmu di sini...." wanita paruh baya berwajah campuran itu mengulurkan tangannya dan mendekatkan tubuhnya kepada Rysta kemudian memeluknya sejenak.
" baik nyonya Collin...." jawab Rysta dengan kaku.
Ia sedikit canggung ketika matanya bertemu dengan tatapan seseorang di ujung meja sana yang tertuju kepadanya.
" ayo duduklah....bergabung dengan kami " ajak wanita baya yang di sapa Rysta dengan sebutan nyonya Collin.
Ya...wanita baya itu adalah mama Edward,
Dan pria yang tadi menyapa tuan Mory adalah papa Edward.
Tuan Hilton Adam Collin.
Seorang pengusaha di bidang pertambangan yang perusahaannya juga bernaung di bawah naungan Group Tang Corporation.
" terima kasih nyonya, tapi kami sudah...." kata kata Rysta terpotong oleh tuan Hilton.
" ayolah nona, jarang kita bisa berkumpul seperti ini "
Rysta menatap ke arah tuan Mory dan pria itu menganggukkan kepalanya.
Akhirnya dua orang itu pun turut bergabung duduk di meja keluaga Collin itu.
Rysta duduk di depan seorang gadis cantik yang sejak tadi juga nampak tersenyum ramah kepadanya.
Sementara tuan Mory duduk di sisi Rysta dan tepat di depan tuan Hilton ayah Edward.
Dan dari tempatnya pula, pria paruh baya bisa melihat tatapan tak biasa Edward yang sejak tadi terarah pada Rysta.
Sudut bibir tuan Mory sedikit terangkat ke atas, ketika melirik ke arah Rysta yang nampak biasa biasa saja.
" nampaknya akan sangat sulit...." bisik pria baya itu kepada dirinya sendiri dan hanya di dalam hatinya saja.
" nona Rysta mari kuperkenalkan kepada seseorang di antara kami, seorang calon anggota baru keluarga kami.
perkenalkan dia nona Lilyana Kim...calon menantu kami.
Calon istri Edward " nyonya Collin memperkenalkan seorang wanita yang duduk di sisi Edward yang sedari tadi juga sudah tersenyum ramah kepada Rysta.
Mendengar hal itu seketika Edward terbatuk.
Matanya terangkat menatap sang mama.
Sungguh ia tak tahu tentang hal ini.
Mama dan papanya tak mengatakan apapun tentang hal ini.
Wanita yang di perkenalkan oleh nyonya Collin sebagai menantunya itu segera berdiri dan mengulurkan tangannya kepada Rysta.
begitupun dengan Rysta,
" Perkenalkan nona, namaku Lilyana..." gadis cantik berdarah Tionghoa dan Belanda itu menyebutkan namanya dengan lembut dan sopan.
Rysta tersenyum lembut namun nampak begitu berkharisma.
Aura seorang pemimpin sangat kentara tersirat dalam senyumannya.
Ia jelas tahu nama keluarga Kim.
Dan Rysta angat jelas tahu jika keluarga Kim bukanlah kekuarga sembarangan.
Mereka juga keluarga pebisnis handal.
Dalam beberapa kali pertemuan bisnis di mana ia mendampingi nyonya Tang, beberapa kali juga ia mendengar tentang keluarga Kim.
" aku Rysta nona....salam kenal " jawab Rysta tak kalah sopan.
Senyum hangat masih tersungging di bibirnya.
Interaksi antara Rysta dan Lilyana tak luput dari mata tuan Mory yang sesekali melirik ke arah Edward sembari menyungingkan senyum.
Ia ingat....
Nyonya besar Tang sempat memerintahkannya untuk mengawasi dua orang ini beberapa waktu yang lalu.
Tepatnya satu minggu setelah kembalinya ia ke Tiongkok.
Sama seperti tuan Mory, tatapan mata Edwardpun juga tertuju pada interaksi Rysta dan Lilyana terutama Rysta yang nampak biasa biasa saja.
Pria yang sedari sejak kehadiran Rysta selalu menatapnya tajam.
Edward tanpa sadar mengehembuskan nafas dengan kasar melihat reaksi Rysta itu.
Ada rasa jengkel di sudut hatinya melihat reaksi Rysta itu.
Namun...tak dapat ia pungkiri, hampir satu minggu tak melihat wanita itu, Rysta nampak berubah di mata Edward.
Entah kenapa penampilan wanita itu terlihat begitu sempurna baginya.
Namun juga cukup membuat jiwanya terbakar.
Pasalnya, stelan long span warna hitam dengan kemeja putih dan di padukan dengan blazer warna hitam pula cukup mencetak tubuh seksi Rysta.
Rysta semakin nampak mempesona dengan rambut panjang sebahunya yang ia gerai.
Dan Edward tak suka itu.
Jantungnya berdetak lebih cepat, darahnya juga berdesir menahan emosi sejak melihat Rysta datang bersama tuan Mory tadi.
Sebenarnya hatinya sudah mulai memanas sejak pertemuan mereka pagi tadi di depan lift rumah sakit.
Apalagi wanita itu bahkan seolah tak menganggap keberadaannya sama sekali.
dan kini, tanggapan Rysta tentang kata kata sang mama tentang wanita cantik di sisinya cukup membuat hatinya sesak.
" pasti kau pun cukup mengenal nona Rysta kan nona Lilyana ?! " tanya nyonya Collin dengan senyuman di bibirnya.
" tentu saja bibi,
Siapa yang tak mengenal asistan pribadi nyonya besar Tang....saya merasa banggga bisa bertemu secara langsung dengan anda nona Rysta " jawab Liliana menanggapi kata kata nyonya Collin.
Sembari tersenyum kepada Rysta.
" anda telalu berlebihan nona Lilyana...." jawab Rysta, jujur ia mulai jengah dengan basa basi ini.
Jika tak ingat tentang siapa pasangan paruh baya itu, sudah tentu ia akan lebih memilih bergabung dengan timnya saja di sana dari pada berbasa basi di sini.
Apalagi tatapan tajam seseorang dari ujung meja sana cukup membuatnya jengah juga gerah.
" aku pun tak menyangka bisa bertemu dengan nona Rysta di sini. Kupikir anda sedang berada di Tiongkok bersama kakak ipar " kata nyonya Collin lagi.
Ya...ibu Edward adalah adik ipar nyonya besar Tang.
nyonya Cassandra Collin, Karena suaminya, ayah dari Edward yang tak lain adalah tuan Hilton Adam Collin adalah adik kandung suami nyoya besar Tang.
Mendiang tuan besar Harvey Adam Collin Tang.
Itulah sebabnya kenapa Rysta tak berani mengabaikan dua orang itu begitu saja.
Hubungan mereka dengan sang majikan cukup dekat dan sangat baik
Terbukti dengan di angkatnya putra sulung mereka yakni Edward Adam Collin atau yang lebih di kenal dengan sebutan Edward Tang menjadi salah satu ahli waris Group Tang.
" anda cukup beruntung nyonya Collin, hari ini adalah hari terakhir nona Rysta berada di sini.
Besok dia sudah harus kembali ke Tiongkok " tuan Mory turut menimpali perbincangan mereka.
Ekor mata pria baya itu sedikit melirik kepada Edward, dan ia sempat menangkap perubahan raut wajah pias dan terkejut dari pria itu.
Mata Edward seketika membulat sempurna.
Giginya bergemerutuk menahan marah.
Dia akan segera kembali ke Tiongkok dan tanpa memberi tahunya....?!!
Desisnya dalam hati.
" oh ya....ya Tuhan, kalau begitu ayo kita rayakan pertemuan kita ini. Mari kita makan, semoga di lain waktu kita masih di berikan waktu untuk makan di atas meja yang sama, bukan begitu nona Rysta " ajak tuna Hilton dan di angguki oleh nyonya Collin.
Rysta tersenyum kaku, namun tak urung ia pun menganggukkan kepalanya juga.
" ha ha ha.....anda benar tuan Hilton, anda benar.
Sebelum kesempatan itu benar benar hilang kita harus pintar pintar memanfaatkannya " tuan Mory menimpali dengan tertawa lebar.
Ia sengaja turut menimpali demi menyembunyikan kegelian hatinya melihat ekspresi Edward dan Rysta yang sangat bertolak belakang.
Tak mungkin bukan ia tiba tiba tertawa tanpa alasan, karena ia yang hampir tak bisa menahan tawa karena Edward dan Rysta.
Rysta yang nampak begitu abai, sementara Edward yang lebih terlihat seperti cacing kepanasa, namun tak bisa berbuat apa apa.
Keadaan meja itu seketika menjadi ramai dan cukup riuh dengan perbincangan santai yang di sertai dengan makan makan.
Namun berbeda dengan Edward.
Ketika yang lain sibuk dengan perbincangan dan makanan di depan mereka,
Edward justru sibuk menatap dengan tajam sosok Rysta yang duduk di hadapan Lilyana sembari sesekali menyesap minuman dingin di tangannya.
Ada perasaan aneh yang kini hinggap memenuhi batinnya.
Dan kini, ia tahu yang harus ia lakukan pada sosok wanita di hadapannya itu.
Keputusannya sudah bulat.
Ia akan benar benar menjerat Rysta hingga wanita itu tak bisa lagi berbuat seenaknya.
Main pergi pergi saja ke Tiongkok tanpa mengabarkan apapun kepadanya.
Kita lihat....apa kau akan benar benar bisa kembali ke Tiongkok tanpa izinku.
Bisik Edward di dalam hati dengan tatapan mata masih setia terarah kepada Rysta.
Lanjut