Novel Noda Merah Pernikahan adalah webseries Novel Pertama yang tayang di Genflix dengan judul "Cinta Albirru" yang dibintangi oleh Michelle Joan dan Kiki Farel.
Zeya gadis yatim piatu yang terpaksa karena keadaan membuat dirinya terjun ke dunia hitam menjadi seorang wanita penghibur.
Suatu hari tanpa di duga ia bertemu dengan seorang pria yang bernama Albirru anak seorang ustad.
Tak lama berkenalan Albirru mengajak Zeya menikah, Zeya yang memang ingin bebas dari dunia hitam menerima tawaran Albirru untuk menikah dengannya walaupun hanya secara siri.
Belum genap setahun pernikahan mereka, Zeya harus menerima kenyataan jika suami yang ia harap dapat membimbingnya menjadi wanita yang lebih baik ternyata telah menikah lagi dengan jodoh dari kedua orang tuanya.
Apakah yang akan Zeya lakukan. Apakah ia bisa menerima pernikahan suaminya.
Siapkan sapu tangan dan tisu. Novel ini akan banyak menguras air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Kesedihan Zahra
Dua hari sudah Zahra berada di ruang ICU. Hari ini keadaannya sudah jauh lebih membaik. Zahra telah dipindahkan ke ruang rawat inap.
Ia sudah mulai sadar. Kedua orang tua Albirru dan Zahra menemaninya. Ia tampak masih lemah dan pucat.
"Mas Al mana, Umi." Zahra bertanya karena tak tampak Albirru di ruang itu.
Albirru saat ini sedang berada di salah satu panti asuhan. Ia dan anak-anak panti asuhan mengadakan acara tahlilan buat anaknya yang telah tiada.
"Albirru lagi ada acara di luar. Bagaimana keadaan kamu sekarang nak. Apa yang kamu rasakan saat ini?"
"Badanku terasa lemah banget, Umi."
"Apa yang sakit?" ucap Umi Albirru.
"Nggak ada, cuma perutku masih terasa nyeri. Umi, anakku mana? Apa ia sehat?"
"Sekarang kamu jangan banyak pikiran dulu. Pikirkan aja tentang kesehatan kamu."
"Aku mau melihat anakku, Umi." Zahra memohon pada Uminya lagi.
"Zahra, kamu belum sembuh."
"Tapi aku hanya ingin melihatnya."
Abi Zahra mendekati putri kesayangannya dan menggenggam tangan wanita itu. Ia mengusap tangan itu.
"Zahra, kamu pasti tau ... jika setiap yang bernyawa pasti akan mati. Dan setiap ciptaan-Nya akan kembali kepada-Nya lagi."
"Abi, katakan saja. Apa sebenarnya yang terjadi."
Suara ketukan pintu mengalihkan semua perhatian. Tampak Albirru masuk dengan memberikan senyum pada istrinya itu.
"Mas, Al .... " ucap Zahra. Albirru mendekati ranjang istrinya.
"Anak kita mana, mas. Pasti ia ganteng!"
"Zahra, maafkan mas."
"Kenapa mas harus minta maaf."
"Maaf, karena anak kita tak bisa diselamatkan," gumam Albirru.
"Maksud mas, apa?" ujar Zahra. Air mata sudah mulai menetes dari pipinya.
"Zahra, kamu yang sabar dan ikhlas. Jangan meratapi orang yang telah tiada."
"Semua pasti bohong,kan.Anakku pasti selamat." Tangis Zahra pecah akhirnya.
Albirru memeluk tubuh istrinya erat. Ia juga tak bisa menahan air matanya.
"Mas, semua salahku. Andai saja aku tak berjalan tergesa-gesa pasti aku tak akan jatuh."
"Tidak ada yang salah, semua sudah menjadi takdirnya."
"Maafkan aku, mas. Aku tak bisa menjaganya."
Tangis Zahra makin pecah di dalam pelukan. Albirru. Selama beberapa menit barulah Zahra mulai tampak tenang.
"Kamu harus ikhlas, Zahra. Karena pasti ada hikmah dibalik semua musibah. Dan yakinlah Allah akan menggantikan dengan yang lebih baik. Kamu masih muda, masih bisa memiliki keturunan lagi."
"Kenapa semua ini harus aku alami, Umi. Apa salahku. Kenapa anakku cepat diambil kembali, aku belum sempat melihatnya."w
"Zahra, dengarkan kata Abi," ucap Abi Albirru.
"Ya, Abi."
"Menurut sebuah hadis riwayat Ahmad nomor 2934 yang beebunyi, Aku mendengar Ibnu Abbas berkata; aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa dari umatku mempunyai dua farath (kematian anak kecil), maka ia akan masuk surga.” Maka ‘Aisyah berkata; Aku rela berkorban dengan ayahku, bagaimana nasib yang hanya mempunyai satu anak kecil yang mati? Beliau bersabda, “Begitu pula yang mempunyai satu farath, wahai wanita yang menyepakati (kebaikan).” Aisyah berkata lagi; Bagaimana umatmu yang tidak mempunyai farath? Beliau bersabda, “Maka akulah farath bagi umatku, mereka tidak pernah mendapat musibah seperti (kematian) ku.
Makanya kamu jangan bersedih, anakmu anak surga."
Zahra mengangguk mendengar perkataan Abi Albirru. Setelah minum obat Zahra kembali tertidur. Abi dan Umi membawa Albirru ke kantin rumah sakit.
"Abi ... Umi, aku titip Zahra sebentar. Aku akan ke kantin bersama Abi dan Umiku." Albirru pamit sebelum pergi bersama Abi dan Umi.
"Silakan, nak." jawab Umi Zahra.
"Jika ada apa-apa cepat hubungi aku, Umi."
"Baiklah."
Albirru berjalan bersama Abi dan Umi nya menuju kantin.
Mereka memilih duduk di sudut belakang kantin. Albirru telah memesan makanan. Setelah menyantap makanan, barulah dilanjutkan obrolan.
"Bagaimana kabar Zeya, apakah kamu udah bertemu."
"Tidak ada, Abi. Entah kemana perginya Zeya. Aku rasa ia marah karena waktuku lebih banyak dihabiskan bersama Zahra."
"Tapi sikapnya ini tidak dibenarkan dalam agama. Seorang istri yang pergi dari rumah tanpa izin dari suami, maka ia akan berdosa besar," ucap Abi.
"Aku yang salah, saat itu aku baru beberapa jam di rumah Zeya sudah harus kembali lagi ke kediaman Zahra."
"Ubahlah, lupakan saja Zeya. Kamu jatuhkan saja talak buatnya."
"Tapi Umi pernah melihat wanita mirip Zeya."
"Di mana, Umi."
"Di kota P saat Umi pulang kampung bersama Abi."
"Akan aku coba mencarinya."
"Itu tak mungkin Zeya, Umi," ujar Abi.
"Kenapa, Abi."
"Wanita itu sedang hamil, dan juga pergi bersama pria. Ia juga menggunakan hijab," ujar Umi.
"Itu tak mungkin Zeya. Kalau memang ia sedang hamil."
"Abi juga merasa jika itu bukan Zeya."
"Abi, apakah aku ini seorang pendosa."
"Kenapa kamu tanyakan itu, yang tau kamu pendosa atau tidak hanyalah dirimu sendiri."
"Kenapa anak-anakku selalu meninggal sebelum lahir."
"Anak-anakmu ... ? Apakah kamu pernah memiliki anak sebelum ini?"
"Zeya juga pernah mengalami keguguran saat pertama kali ia tau jika aku dan Zahra telah menikah.
"Kamu tak pernah cerita dengan Umi dan Abi,"
"Aku hanya tak ingin larut dalam kesedihan karena kehilangan calon bayiku."
"Tak ada yang salah atas takdir Allah. Semua yang terjadi pada kehidupan kita sudah dituliskan dan digariskan dalam kehidupan kita."
Lama mereka berbincang sebelum kembali lagi ke tempat ruang rawat Zahra.
...................
Setelah satu minggu di rawat Zahra kembali ke rumah. Umi masih menemani hingga ia bisa beraktifitas lagi.
Malam ketika akan tidur, Albirru melihat Zahra yang menangis.
"Zahra, kenapa kamu menangis."
"Aku masih belum bisa melupakan kepergian anak kita, mas. Apakah ini semua hukuman padaku? "
"Kamu tak boleh berpikir begitu, Zahra."
"Bukankah, mas pernah mengatakan jika mbak Zeya keguguran saat tau kita telah menikah. "
"Iya, emangnya kenapa."
"Apakah ini karma bagiku karena pernah menjadi penyebab mbak Zeya kehilangan bayinya? Apakah ini hukuman bagiku karena merebut mas dari mbak Zeya."
"Kamu jangan merasa bersalah begitu. Jika ada yang salah itu adalah mas. Mas yang tidak pernah jujur padamu, mas juga yang telah berbohong pada kalian berdua."
"Ini mungkin teguran buat kita berdua mas. Mbak Zeya pergi dari rumah juga karena aku. Aku sebenarnya tak pernah ingin memiliki mas seutuhnya. Tapi aku memang terkadang manja, dan ingin mas ada disampingku hingga aku melupakan jika mas memiliki istri selain diriku. Aku terlalu egois. Aku ingin bertemu mbak Zeya dan meminta maaf karena sering membuatnya sedih dan terluka."
"Mas juga masih berharap jika Zeya akan kembali ke rumah itu. Makanya mas masih terus mengontraknya."
"Semoga mbak Zeya segera kembali."
"Kita sama-sama berdoa. Sekarang tidurlah. Jangan banyak pikiran."
Albirru membawa Zahra tidur ke dalam pelukannya.
Bersambung
******************************
Terima kasih.... 😍😍😍😍😍😍😍
nasab masih ikut ibu.
Mksih yaa thor byk pembelajaran yg aku dapat dlam cerita ini...🙏🥰
mampus saja kamu, udah ga adil, baru pura2 gaa tau kesalahannya lagii...
rasanya ingin kucekik batang leher mu