Ghost Love

Tok tok tokk...

Vero mengetuk pintu rumah Vana sudah dua hari Vana tidak masuk sekolah Vero menjadi khawatir dengan keadaan Vana, sekalian Vero juga menanyakan apa benar rumor yang tersebar di sekolah jika Vana akan pindah sekolah.

Pintu rumah Vana terbuka dan keluar Tania, "Vero?! '' ucap Tania begitu tau yang datang adalah Vero.

Vero tersenyum," Vananya ada tante? "tanya Vero sopan, Vero membawa satu keranjang buah dan satu kuntum bunga di tangannya.

Tani mengajak Vero untuk masuk kedalam rumah.

Senyum Tania luntur," Ada, tapi udah dua hari ini Vana ngga pernah keluar kamar dia juga ngga makan atau pun bicara. "jelas Tania.

"Pasti Vana masih syok tante." Vero menjeda ucapannya "Tapi kalo Vero boleh tau apa bener Vana mau pindah sekolah tan?" tanya Vero.

Tania mengangguk, "Vana ngga mungkin di sekolahin di sana lagi, terlebih tuntutan Om yang menyuruh Tiara dan bianca untuk di keluarkan dari sekolah tidak bisa di kabulkan karna Tiara dan Bianca adalah anak pemegang saham terbesar di sekolah kamu. '' jelas Tania.

Rumor itu ternyata benar berarti itu artinya Vero dan Vana akn sulit untuk bertemu.

"Yaudah kalo gitu Vero nemuin Vana dulu ya tan, siapa tau Vana kalo sama Vero Vana mau bicara." pamit Vero yang di angguki Tania.

Vero menaiki tangga menuju ke kamar Vana. Saat Vero akan mengetuk pintu kamar Vana Vero mendengar gelak tawa Vana dari dalam kamar.Suara Vana terlihat sangat bahagia, Vero yakin pasti saat ini Vana sedang bersama Aiden.

"Seriuss itu tadi ngga ada lucunya"ucap Vana dari balik pintu diiringi tawa.

"Kalo ngga lucu ngapain ketawa. "Balas Aiden.

" Ya justru aku tuh ketawa karna kamu jatoh. Jatohnya ngga ada karisma sedikitpun. Jelek banget." Vana terus tertawa Vero tidak tau apa yang sedah di bahas oleh Vana dan Aiden sampai Vana bisa sebahagia itu.

Vero meletakkan satu keranjang buah dan bunga yang ia bawa tadi di depan pintu kamar Vana. Vero tidak mau merusak suasana Vana yang kini sedang bahagia dengan Aiden. Mendengar Vana tertawa lepas seperti itu sudah cukup untuk vero setidaknya Vero sekarang tau jika Vana sudah tidak bersedih lagi.

...#######...

"Dari mana aja kamu? Mentang - mentang selama ini papa sibuk ngurusin perusahaan jadi kamu bisa kelayapan dan pulang seenaknya seperti ini?! "Vero yang baru saja masuk ke dalam rumah terkejut dengan suara berat papanya yang berasal dari ruang keluarga.

Vero menoleh ke arah papanya," Vero ngga kelayapan pa, Vero habis jenguk temen yang lagi sakit. "jawab Vero jujur.

" Ck.ini bukan pertama kalinya kamu terlambat pulang sekolah bukan?. Pak samsul bilang ke papa kalo akir - akir ini kamu sering pulang terlambat. "

" Kamu udah ngga peduli lagi sama kedisiplinan yang papa ajarin ke kamu?" lanjut Herman yang sudah naik pitam.

Herman berjalan mendekati Vero" Susah payah papa didik kamu dari anak yang tidak normal menjadi kamu yang seperti ini sekarang tapi sekarang apa balasan kamu?.Papa cuma mau kamu nurutin peraturan papa untuk terus disiplin dan terus belajar mati - matian supaya kamu bisa terlihat seperti anak - anak pada umumnya. Supaya tidak ada orang yang tau dengan kutukan yang kamu miliki. "Herman mendorong kepala Vero dengan satu tangannya.

Vero mengepal tangannya kuat, ia benar-benar tidak tahan dengan perlakuan papanya. Semakin ia dewasa papanya malah semakin mengekang dan menerepkan aturan- aturan yang berat kepadanya beda sekali dengan kakaknya yang hanya di terapkan kedisiplinan biasa yang tidak di tuntut untuk selalu menjadi nomor satu seperti dirinya.

"Aku tau pa aku bukan anak normal seperti kakak, tapi satu hal yang papa harus tau kelebihan yang aku miliki sekarang ini bukan kutukan seperti yang papa bilang. Jangan mentang - mentang aku bisa mendengar hal yang ngga bisa papa dengan membuat papa mengklaim kalau aku ini adalah anak yang di kutuk. Aturan - aturan yang papa terapin ke aku ngga akan pernah membuat aku menjadi normal pa. ATURAN - ATURAN PAPA MALAH MEMBUAT HIDUP AKU TAMBAH MENDERITA. "

Herman langsung menampar keras pipi Vero ketika Vero berbicara dengan nada tinggi kepadanya.

" KURANG AJAR KAMU." ucap Herman setelah memukul pipi Vero.

" STOP PA!" ucap Lidia Mama Vero keluar dari kamar. Lidia berjalan ke arah Vero dengan langkah yang lemah. Sudah beberapa bulan ini Lidia sakit, penyakit jantung yang di derita Lidia semakin parah, itu yang membuat lidia sering bolak balik rumah sakit dan kurang berbicara dengan Vero bahkan melihat wajah Veropun Lidia jarang karna ia selalu menghabiskan banyak waktu di dalam kamar.

Herman langsung berlari ke arah istrinya, Herman memegangi lidia kuat menuntunnya untuk duduk di sofa.

"Kamu lihat apa yang baru saja kamu lakukan?, kamu telah membuat mama kamu terbangun dan keluar dari kamarnya. "ucap Herman menyalahkan Vero.

" Papa yang memulai ini semua jadi jangan salahin aku. Yang patut papa salahkan itu diri papa sendiri!! "ucap Vero yang kemudian pergi.

"Kurang ajar____"Lidia menahan tangan Herman saat ia hendak menyusul Vero.

" Cukup mas!!!, Berhenti menekan Vero seperti ini sudah cukup kamu memperlakukannya seperti ini mas. Sikap kamu yang seperti ini malah membuat Vero semakin merasa kalau dirinya memang tidak normal. Hentikan semua ini mas sebelum semuanya terlambat.!!!" ucap Lidia memohon kepada suaminya.

...######...

" Sayang!" ucap Akden tersenyum manja ke arah Vana.

Vana menyengitkan keningnya," Kenapa? "tanya Vana menyium bau - bau yang tidak enak di balik senyum Aiden.

" Kamu udah baikan kan? "

" Maksudnya?" tanya Vana yang semakin tidak mengerti dengan kelakuan Aiden.

" Kamu udah ngga sedih lagi kan? "

"Hmm." jawab Vana berdehem sambil terus mengerutkan keningnya. Vana masih tidak bisa membaca pikiran Aiden.

Aiden bangkit dari duduknya"Ikut aku ke suatu tempat yuk!!! "ucap Aiden mengacungkan tangannya ke arah Vana menyuruh Vana untuk cepat berdiri.

" Kemana?" tanya Vana penasaran. Ia baru saja keluar dari rumah sakit dan melupakan kesedihannya. Kemana Aiden akan membawanya? Apa Aiden tidak mengerti setakut apa saat ini untuk Vana keluar dari rumah.

"Ke tempat di mana kamu akan bisa lebih bernafas dan merasa tenang." jawa Aiden meyakinkan Vana.

Berarti kita akan keluar dari rumah? "tanya Vana yang mulai gemetar.

Aiden langsung memrgang tangan Vana kemudian menggandengnya, ia tidak ingin melihat princesnya itu ketakutan seperti ini." Aku janji ngga akan biarin kamu di ganggu oleh Nenek lampir itu lagi.aku akan selalu ada di samping kamu kemanapun kamu pergi!!!" ucap Aiden terus meyakinkan Vana.

"Percayalah Van tidak semua orang yang ada di luar sana bersikap seperti Bianca dan Tiara masih banyak orang baik di luar sana. Jadi jangan pernah takut untuk keluar, jangan biarin mereka yang jahat ke kamu merasa kalau mereka sudah menang dan membuat hidup kamu menderita. "Aiden menatap Vana penuh keyakinan menyalurkan energinya untuk menyemangati Vana. Aiden tidak akan rela jika wanita yang ia cintai itu menderita dan terus terusan menguruh diri di dalam kamar seperti ini.

...Bersambung...