[Sekuel dari Novel "Love Me Please, Hubby"]
Almahyra Tsalsania, seorang mahasiswi berusia 20 tahun yang terjebak cinta dengan pria yang usianya terpaut jauh darinya. Dia mencintai pria itu selama lima tahun, namun sayangnya cintanya tak berbalas. Pria itu terlalu mencintai kakaknya untuk bisa melihat keberadaannya.
Daniel Vieri Nathaniel, pria matang berusia 32 tahun. Dia adalah pewaris kedua dari Grup H, menjabat sebagai wakil direktur utama. Selama lima tahun hidupnya dihabiskan untuk mengejar cinta yang sia-sia. Dia tidak tahu ada cinta tulus yang menunggunya.
Karena jebakan orangtuanya, Daniel harus berakhir menikahi Alma, adik dari wanita yang dicintainya.
Mampukah Daniel menerima cinta Alma?
Mampukah Alma membuat Daniel mencintainya?
Bagaimana kisah cinta mereka? Baca terus kelanjutan kisah mereka dalam novel DANIEL & ALMA.
#StoryOfDaniel&Alma
#CintaDalamDiam
#Diusahakan untuk update tiap hari ^^
~ErKa~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 22 - Cara Untuk Dekat Denganmu
Pada akhirnya Daniel di bantu
oleh perawat pria. Daniel menatap Alma dengan sebal. Dia lebih memilih tubuhnya
di sentuh oleh wanita di bandingkan dengan pria, meskipun itu tenaga medis
sekalipun. Merasakan tubuhnya di sentuh oleh sesama jenis membuat perasaan
Daniel sangat tidak nyaman. Semua ketidaknyamanan ini di sebabkan oleh istri
kecilnya yang licik itu!
"Sudah selesai Pak. Bila
butuh bantuan lagi, jangan sungkan untuk memanggil Kami. Kalau begitu, Kami
permisi dulu." Dua perawat pria pergi dari hadapan mereka. Alma tersenyum
puas.
"Wajahmu terlihat senang
sekali."
"Ya tentu saja senang,
Kakak sekarang sudah selesai mandi. Ada lagi yang Kakak butuhkan? Mungkin mau
buah? Buah pir dan apel sangat bagus untuk lambung Kakak yang luka..."
"Tidak, terima kasih.
Tolong ambilkan laptopku."
"Kakak mau apa? Kakak tidak
boleh kerja dulu. Kakak harus istirahat total..."
"Aku hanya akan melihat
email. Tolong ambilkan."
Akhirnya Alma mengalah. Dia
mengambil laptop itu dan menyerahkannya pada Daniel. Dia mengambil meja
serbaguna dan memposisikannya di depan Daniel sehingga pria itu bisa meletakkan
laptopnya di sana.
"Terima kasih Little."
Daniel tersenyum manis. Meskipun tidak suka karena di panggil
"Little" lagi, namun senyum manis Daniel menghapus rasa kesal Alma.
Begitu membuka laptop, Daniel
sibuk dengan dunianya sendiri. Dia seolah-olah lupa dengan keberadaan Alma.
Alma bingung harus melakukan
apa. Dia mulai mengupas buah dan meletakkannya di meja Daniel, berharap pria
itu menjadikannya camilan. Selesai melakukannya, Alma mulai kebingungan lagi.
Wajah Daniel sangat serius, Alma takut melakukan aktivitas yang mengganggu
konsentrasi pria itu. Alma duduk di sofa yang letaknya tak jauh dari tempat
tidur Daniel. Dia mulai membuka-buka koran yang ada di situ. Lama-lama rasa
kantuk menyerangnya. Tanpa sadar Alma tertidur di sofa dengan koran di
tangannya.
***
Daniel melihat laporan neraca
yang di kirim oleh Tito. Perusahaan ayahnya bergerak di berbagai bidang dengan
ratusan anak perusahaan. Membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk melihat
profit loss (laba rugi) setiap perusahaan.
Tanpa sadar dua jam sudah
berlalu. Daniel mengucek matanya yang sudah lelah. Dia menutup laptop dan
melihat sekelilingnya. Tatapannya terpaku pada sosok lembut yang terbaring di
sofa. Tatapan Daniel menjadi hangat. Perasaannya campur aduk melihat Alma.
Seminggu yang lalu dia masih menatap Alma sebagai sesosok adik kecil yang patut
di lindungi. Namun, dekat dengan wanita itu setengah hari sudah merubah
pandangannya. Dia melihat sesosok wanita dalam diri Alma. Wanita yang memikat.
Ini sangat berbahaya. Dia tidak boleh terlalu dekat dengan Alma. Bukan tidak
mungkin suatu saat nanti dia akan menerkam Alma. Bagaimana dia harus menghadapi
Nisha bila melakukan hal seperti itu?!
Tapi di sisi lain, Alma memang
sudah menjadi istrinya. Rasanya wajar-wajar saja bila dia melakukan hal seperti
itu. Hanya saja Daniel masih merasa tidak bermoral bila dia memikirkan Alma
sebagai wanita. Bagaimana pun juga, selama lima tahun ini dia selalu menganggap
Alma sebagai sosok adik kecil. Arrghh, bagaimana dia harus bersikap?! Mengapa
Alma mulai merubah keputusannya? Hah!
Daniel masih menatap Alma.
Andaikan tangannya sedang tidak di infus, dia pasti akan menggendong wanita itu
dan memindahkannya ke ranjang. Rasanya sangat menyedihkan melihatnya terbaring
di sofa seperti itu.
Daniel turun dari ranjang.
Sembari mendorong penyangga infus, dia mendekati Alma. Dia mengambil cadangan
selimut bersih dan menyelimuti tubuh Alma. Daniel menatap Alma dalam-dalam.
Kemudian dia membelai rambut Alma dengan lembut.
"Tidur yang nyenyak Little.
Aku adalah kakakmu, Aku tidak bisa memperlakukanmu lebih dari ini." Daniel
mengecup kening Alma dengan lembut. Ciuman seorang kakak terhadap adiknya.
Kemudian dia berdiri dan kembali ke ranjangnya. Dia tidak melihat buliran air
mata yang mengalir di sudut mata Alma. Alma menangis dalam diam.
***
Daniel di rawat selama seminggu
penuh. Sebenarnya dia bisa di rawat lebih lama lagi, tapi Daniel tidak mau.
Selama seminggu Alma dengan setia tetap mendampingi Daniel. Mengambilkan makan
dan menyuapinya. Mengantarkan ke toilet, mengupaskan buah, menggantikan chanel
TV dan hal kecil-kecil lainnya. Untuk masalah mandi, Daniel tidak
mengijinkannya. Alma setuju asalkan yang memandikan Daniel adalah perawat pria.
Mau tidak mau Daniel menyetujuinya. Dia lebih takut bila Alma yang
memandikannya, karena dia takut khilaf lagi.
Selama di rumah sakit Daniel
selalu menyuruh Alma untuk kuliah. Namun Alma tidak mengindahkan kata-katanya.
Alma tetap bersikukuh untuk berada di samping Daniel.
Menjelang Daniel akan keluar
dari rumah sakit, Alma mulai kehilangan alasan. Otaknya berputar, memikirkan
apa yang harus di lakukannya agar bisa selalu ada di samping Daniel. Dia
khawatir penyakit Daniel kambuh lagi. Dia harus berada di sisi pria itu,
mengawasinya selama 24 jam kalau perlu. Tapi kalau Daniel kerja dan dirinya
kuliah, dia tidak akan bisa mengawasinya. Apa yang harus di lakukannya?
Tiba-tiba Alma teringat Mommy
Kate. Mertuanya itu pasti mau membantunya. Dia harus segera menghubunginya.
"Kak, Aku keluar sebentar
ya..."
"Mau kemana?"
"Cari minum di bawah."
"Kenapa tidak minta tolong
bodyguard di depan untuk membelinya?"
"Ak-aku sekalian mau cari
angin Kak."
"Oh. Ya sudah,
hati-hati."
Alma pergi keluar ruangan. Dia mencari
tempat yang sepi untuk menelepon Mommy Kate.
"Ma, ini Alma..."
"Iya darling, Mommy tahu.
Ada apa sayang? Ada sesuatu yang terjadi pada Daniel?"
"Emm gak ada sih Ma,
Tapi..."
"Tapi? Apa sayang? Ada
sesuatu yang mau Kamu sampaikan ke Mommy kan?"
"Emm, iy-ya Ma..." Dan
Alma pun menceritakan uneg-unegnya. "Jadi apa yang harus Aku lakukan agar
bisa tetap di sampingnya Ma? Aku khawatir dia akan kembali ke pola hidupnya
yang lama bila tidak di awasi dengan ketat."
"Tapi sayang, Kamu masih
harus kuliah..."
"Aku akan kuliah setelah
memastikan kondisi dia baik-baik saja Ma. Kuliah bisa di lanjut kapan saja Ma,
tapi tidak dengan kesehatan dia." Alma merayu Mommy Kate. Setelah berdebat
agak lama, akhirnya Mommy Kate mengalah.
"Beri Mommy waktu sebentar
untuk berpikir sayang. Mommy akan menghubungimu kembali setelah mendapatkan
solusi, oke?"
"Oke Ma... Terima kasih
banyak Ma. Maaf bila permintaanku merepotkan."
"Sama sekali tidak
merepotkan sayang. Malah Mommy bersyukur karena punya menantu yang sangat
perhatian dengan anak Mommy. Tunggu kabar dari Mommy ya sayang."
"Iya Ma." Dan
panggilan pun berakhir. Alma merasa senang mendapat dukungan dari Mommy Kate.
Meskipun masih belum ada solusi yang pasti mengenai permintaannya, setidaknya
Mommy Kate sudah berada di pihaknya. Alma memutuskan untuk kembali ke kamar
Daniel dengan hati yang senang.
Hari ke pulangan Daniel pun
tiba. Masih belum ada kabar apa-apa dari Mommy Kate. Alma menjadi resah dan
gelisah. Dengan lesu dia membantu membereskan perlengkapan Daniel.
"Kenapa Kamu lesu?
Sepertinya Kamu tidak senang melihatku sembuh dan keluar dari rumah
sakit." Daniel bertanya dengan menyelidik.
"Ha? Ah, gak kok Kak. Aku
malah senang melihat Kakak sembuh. Jangan sakit-sakit lagi ya Kak..."
"Hem."
Ting...Ting... (Suara notif ponsel
Alma, pertanda ada pesan masuk)
Alma mengambil ponsel dan
melihat siapa pengirimnya. Hatinya menjadi sangat senang ketika mengetahui
siapa si pengirim dan isi pesan yang di sampaikannya.
Mommy sudah tahu solusinya
sayang. Datang ke rumah Mommy besok setelah Daniel berangkat kerja, oke?
*Oke Ma* Alma membalas pesan itu
dengan senyum puas.
***
Happy Reading ^^