Caca gadis muda berusia 21 tahun, hidup sebatang kara, semenjak Ayah dan Ibunya meninggal Caca tinggal dirumahnya sendiri, Paman Jaka, adik dari Ayah Caca sudah beberapa kali mengajak Caca untuk tinggal bersama, tapi Caca selalu menolaknya.
Niat baik Caca untuk menolong seorang pria yang ditemukan Pingsan di pingir sungai samping rumahnya, harus berakhir dengan mengakhiri masa lajangnya, dan menikah dengan lelaki yang tidak di kenalnya.
Tidak ada rencana, malam ini Caca harus menikah dengan Arkana pria tampan yang tidak di cintanya, semua itu terjadi karena kesalahpahaman warga, yang melihat Caca membawa masuk pria kedalam rumahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aa zigant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
lima lawan satu
Kebahagiaan itu akan terasa, saat orang yang kita sayangi benar-benar ada samping kita.
Caca tersenyum merasakan akhirnya bisa bertemu dengan Diki dan yang lainnya.
Ojol yang ditumpangi Caca berjalan dengan kecepatan sedang, tiba-tiba ada lima orang meghadangnya. Caca yang menyadari ada bahaya yang mengancamnya sangat meretuki kebodohannya, andai tadi ia mendengar apa kata Ayah Joni hal ini tidak akan terjadi.
"Turun, kalau anda mau selamat turunkan wanita itu cepat! bentak lelaki bertato itu dengan wajah yang menyeramkan.
Wajah pengendara ojol itu terlihat pucat, saat pisau menempel dilehernya. Caca segera turun, tapi sebelumnya ia membisikkan kepada driver ojol untuk kembali kerumahnya minta pertolongan.
Setelah kepergian ojol, Caca dikelilingi oleh lima orang yang berbadan kekar. Mereka melihatnya dengan tatapan lapar, ingin rasanya Caca menghajarnya sekarang.
Caca pura-pura ketakutan, untuk mengulur waktu supaya ojol tadi sampai rumah untuk minta pertolongan.
"Tuan tolong lepaskan saya," kata Caca dengan memasang wajah ketakutan serta tangan mengatup di depan dadanya.
Kelima pria bertato itu saling pandang, tidak mungkin mata-mata yang dirumah Arkana salah.
"Siapa namamu?" teriak salah satunya.
Caca terdiam, mengingat luka diperutnya belum pulih Caca terpaksa membohongi mereka.
"Nama saya Shanti tuan," jawab Caca menyebutkan nama salah satu pelayan yang ia curigai.
"Jangan bohong kamu!" bentaknya.
"Ia benar Tuan itu nama saya," kata Caca sebisa mungkin tidak tertawa.
Dari salah satu mereka terlihat menghubungi seseorang, setelah itu pria yang berpawakan hitam dan tinggi itu tersenyum penuh arti, Caca segera waspada.
Tiba-tiba pria tersebut menyerangnya, Caca dengan gesit segera menghindar.
"Serang dia, wanita ini yang sebenarnya dicari Bos," teriaknya.
Caca harus benar-benar hati-hati, karena mereka mengarahkan serangan ke arah lukanya.
"Sepertinya mereka dapat info yang akurat," batin Caca.
...🍃🍃🍃🍃...
Ojol yang mengantar Caca tadi baru sampai rumah besar, Pak ojol tadi segera melapor kepenjaga.
Tak lama mobil yang dikemudikan Doni hendak keluar gerbang segera distop oleh Pak Wira.
Wajah pak Wira terlihat panik, sambil menatap Arkana dan Doni.
"Ada apa?" kata Doni.
"Itu ada ojol yang ngantar Nona Caca, balek lagi dan kasih tahu kalau mereka ditodong senjata tajam," kata Pak Wira.
Arkana dan Doni sangat terkejut, Arkana segera menyuruh Doni keluar setelah itu mobil dikemudikan oleh Arkana melaju begitu kencang.
"Shit...selalu ditinggalkan," umpat Doni segera mengambil motor sportnya.
Arkana seperti orang yang kesetanan membawa mobil, beberapa kali ia di umpatin oleh pengendara lain. Suara clason memekaukan telinga.
Dari jauh Arkana melihat istrinya sudah mulai kuwalahan menghadapi lima orang berbadan kekar.
Doni dan Arkana datang dengan bersamaan, tanpa menunggu lama keduanya ikut menyerang kelima orang yang tidak tahu suruhan siapa.
Caca yang melihat suami dan Doni membantunya ada senyum tipis tersungging dibibir manisnya.
Perlawanan mulai seimbang, dimana Caca yang tadi harus menghadapi lima orang sekaligus kini hanya 1 orang. Namun Arkana dan Doni keduanya harus menghadapi dua orang masing-masing.
"Mas Arkana awas belakang," teriak Caca karena salah satu diantaranya mengeluarkan senjata tajam.
Dengan gerakan memutar,Arkana mendaratkan tendangan tepat didada pria yang berkulit gelap. Arkana akui orang yang meyerang Istrinya bukan orang sembarangan.
Berkelahian terjadi semakin sengit, dari jauh Caca melihat pengendara motor yang tidak asing lagi. Paman Jaka dan Bik Anis yang niat mau jenguk Caca, sekarang disuguhkan dengan pemandangan yang begitu menarik. Kini perkelahian satu lawan satu.
Tak berselang lama, lelaki bertato itu bisa dilumpuhkan oleh kelimanya. Doni segera menghubungi anak buahnya untuk membawa mereka ke markas.
"Kamu tidak apa-apa Nak?" tanya bik Anis yang terlihat panik.
"Alhamdulillah Bik, seperti kita harus pulang." kata Arkana.
"Bukannya Mas harus kerja," kata Caca
"Kamu lebih penting dari apa yang harus dikerjakan sekarang." ujar Arkana.
"Bikin adek meleleh Babang," goda Caca kemudian ia masuk ke mobil bersama suaminya.
Doni segera menunggu anak buahnya, untuk datang membawa para berandalan yang ingin menyakiti Caca.
Mobil Arkana melaju dengan kecepatan sedang, ia begitu kagum dengan keluarga Istrinya. Bagaimana tidak rata-rata mereka mempunyai kemampuan bela diri yang tidak diragukan lagi.
Orang tidak akan menyangka kalau Bik Anis, wanita yang memakai gamis bisa melakukan hal seperti tadi.
Caca yang merasa perutnya agak nyeri, karena terlalu banyak bergerak tadi. Namun, ia menatap ke arah jendela agak meringis menahan sakit.
Keringat dingin mengucur didahinya, Arkana merasa ada yang beda dari Istrinya. Saat ia melihat istrinya dari spion.
"Sayang, apa ada yang sakit," kata Arkana segera menepikan mobilnya. dia segera keluar dan menghampir Istrinya yang duduk dibelakang sambil memejamkan matanya.
"Caca....," ucap Bik Anis yang baru menyadari kalau ponakannya sudah bercucuran keringat.
Arkana segera menyingkap kaos Caca, untuk melihat bekas luka Istrinya.
"Astagfirullah," ucap Arkana saat melihat bekas luka Caca memerah, ia segera kembali kebelakang kemudi untuk membawa istrinya kerumah sakit.
Paman Jaka hanya bisa menghela nafas berat, Caca persis seperti Ibunya Suci. Mobil membelah jalan Ibu kota yang terlihat padat.
Arkana segera memacu kecepatan mobilnya, Karena ia mengambil jalan pintas yang sepi untuk menghindari kemacetan.
Setelah menempuh perjalanan selama empat puluh menit, mobil terparkir didepan UGD.
Arkana segera mengendong Caca, langkahnya begitu cepat sehingga bik Anis dan Paman Jaka ikut berlari mengejar dari belakang.
"Maaf, sebaiknya keluarga menunggu diluar," kata salah satu Suster.
Arkana dan Paman Jaka duduk di kursi tunggu, sedangkan Bik Anis sibuk hilir mudik didepan pintu UGD.
"Mama, udah atuh duduk sini," ajak Paman Jaka.
"Ia Kang," jawab Bik Anis kemudian ia duduk disamping suaminya.
"Nak Arkana, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Paman Jaka.
"Saya kurang tahu juga Paman, mereka suruhan atau bukan." jawab Arkana.
"Sekarang kita doakan si geulis aja atuh, soal itu nanti aja," sahut bik Anis yang terlihat begitu khawatir kepada Caca.
Paman dan Arkana hanya mengangguk, kemudian suasana menjadi hening.
Doni dan Ayahnya datang tergopoh-gopoh menuju ruang UGD, sesuai pesan yang dikirimkan oleh Arkana.
"Bagaimanapun keadaannya?" tanya Ayah Joni yang panik.
"Dokter belum keluar, Yah," jawab Arkana
"Bagaimana Don, apa mereka sudah diamankan!" kata Arkana dengan suara dinginnya.
"Sudah Bos, meraka sedang di interogasi oleh Tomi," jawab Doni.
Arkana kembali diam, ia merasa ini tidak ada hubungannya dengan Burhan. Namun, siapa batin Arkana bertanya-tanya.
Setelah menunggu sekian lama, Dokter keluar sambil tersenyum menatap Paman Jaka.
"Bagaimana dengan istri saya Dok?" tanya Arkana.
"Alhamdulillah, kondisi Pasien tidak apa-apa. Hanya jangan terlalu banyak bergerak yang membuat dia harus mengeluarkan tenaga berlebihan, saya rasa anda mengerti sebagai suaminya," ujar Dokter muda itu sambil tersenyum.
Arkana mendengus, karena Dokter tadi pasti berfikir kalau dirinya yang membuat luka Caca sakit lagi.
Bersambung ya jangan lupa dukung dengan cara like dan votenya kalau suka berikan hadiahnya 🙏
Waah gercep banget Doni langsung meluk2 aja..🤔🤔