kanaya seorang gadis yang baru saja akan merasakan bangku kuliah tiba tiba harus menikah dengan Bumi Mahesa Erlangga teman masa kecilnya yang sudah di anggap seperti kaka sendiri , hari dimana Bumi akan melakukan akad , tiba tiba Nesa menghilang . Pak Arif ayah kandung Bumi meminta Naya untuk menggantikan posisi mempelai perempuan. disinilah cobaan untuk Kanaya di mulai orang yang selama ini ia kagumi , dan selalu melindunginya tiba tiba menjadi orang yang dingin dan tidak berperasaan . luka hati akibat penghiantan Nesa membuat Bumi berubah menjadi orang yang sangat kejam bahkan kepada wanita lembut yang selalu berada di sampingnya. WARNINGGGG!!!!! siapkan tisu dan kanebo setiap membaca karena akan banyak mengandung bawang merah , bawang putih, dan bawang bombay... canda bawang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shadirazahran23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8 PERGI
Setelah membersihakan diri, Kanaya segera mengambil barang miliknya yang ia letakan diatas nakas,diliriknya sang suami masih tertidur lelap setelah kegiatan panas mereka.Hancur? ini yang dirasakan seorang gadis yang baru saja menginjak dewasa, Entah apa yang akan terjadi akhirnya nanti,Ia pun bingung.Pasalnya Bumi pernah mengatakan akan mencari Nesa,Pastinya dirinya yang akan Bumi tinggalkan.
Naya pergi dari Apartement milik Devan dengan hati yang hancur. Bukan karena dirinya yang sudah tak utuh lagi,Tapi karena sang suami yang menganggap dirinya adalah Nesa saat penyatuan mereka.Sudah jelas menandakan bahwa Bumi masih sangatlah mencintai mantan kekasihnya itu.
“Mas Bumi tidak akan pernah melupakan Mba Nesa sampai kapanpun juga,Jadi untuk apa aku berada disisinya saat ini.” Ucapnya lirih.
“Lebih baik aku pergi dari sini,” lanjutnya.
Di Rumah,
Bu Ningsih baru saja terbangun dari tidurnya saat hari sudah menjelang subuh.Biasanya Kanaya akan mengetuk pintu kamarnya begitu terdengar suara Adzan berkumandang, namun sampai pukul 6 pagi, gadis itu tak datang juga.
Pak Arif baru saja keluar dari kamar mandi,Pria paruh baya itu telah gagah dengan setelan kemejanya.Diliriknya sang istri yang tengah duduk termenung,kemudian lelaki itu menghampiri istrinya.
“Ada apa Mah? Ko melamun?’
“kanaya belum bangun ya Pah, biasanya dia langsung kesini tiap subuh,”
Pak Arif mencoba mengingat seusatu, benar juga yang diakatakan istrinya,bahkan dirinya tadi hampir saja kesiangan,Biasanya gadis itu yang akan jadi alaram mereka.
“Mungkin Naya kecapean Mah, sebentar Papa akan chek kamarnya.” Ucap Pak arif mencoba menenangkan istrinya.
Kini pasangan suami istri itu telah keluar kamar menuju meja makan. Saat disana tampak ruangan yang sangat sepi ,Putra dan menantunya tidak terlihat sama sekali.
“ Apa Naya masih di kamarnya Pah, Mama kira dia disini? Tanya Bu Ningsih lagi.
“Papa juga heran, sebentar Papa panggil.
Namun tiba-tiba Naya muncul dengan menyeret koper besarnya, membuat pasangan suami istri saling memandang, seakan penuh tanya mau kemana menantu kesayangannya itu.
“lho Nay, ko bawa koper segala. Mau kemana?” tanya Bu Ningsih penasaran.
“maaf Mah, Nay lupa kasih tau Mama besok Naya sudah mulai kuliah, jadi hari ini Naya harus berangkat ke Bandung.” Jawab gadis cantik itu sambil berusaha tersenyum.
“ oh ia Mama lupa, Bumi sudah tau kan kamu mau berangkat, dimana anak itu Mama belum melihatnya?”
Mendengar nama Bumi disebut membuat Naya teringat kembali kejadian tadi malam yang mebuat harga dirinya terluka, namun di depan Bu Ningsih Ia berusaha untuk menyembunyikan sakit hatinya,tak ingin melihat Ibu mertuanya kembali sakit.
“Mas Bumi sudah minta izin sama Naya semalam Mah, dia gak pulang karena ada pekerjaan yang mengharusnkannya lembur.Ia Mas Bumi juga sudah tau Kok kalau Naya akan berangkat hari ini.” Jawab Kanaya dengan gugup.Padahal pria itu sama sekali belum tahu tentang hal ini, bahkan ia masih tertidur dengan pulas di Apartement Devan.
“ Sudah Ya Mah, taksi udah nunggu di depan, Naya harus beres beres juga di kostan yang baru nantinya.” Lanjutnya.
“Tunggu dulu Nay, kenapa harus pesan taksi sich, kenapa gak minta anter Bumi saja.”
“Gak usah Mah, Naya gak mau repotin Mas Bumi. Ya udah Naya berangkat ya.”
Gadis itu langsung meraih tangan BU ningsih dan menciumnya, ia juga mencium tangan pak Arif. Setelah berpamita buru-buru Naya masuk ke dalam taksi dan langsung menyuruh sang supir untuk segera jalan. Membuat Bu Ningsih dan Pak Arif menatapnya dengan heran.
BERSAMBUNG