NovelToon NovelToon
Dia Juga Anakku

Dia Juga Anakku

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Duda / Janda / Hamil di luar nikah / Cerai / Tamat
Popularitas:444.7k
Nilai: 5
Nama Author: Yutantia 10

Pernikahan yang terjadi karena hamil duluan saat masih SMA, membuat usia pernikahan Ara dan Semeru tidak berjalan lama. Usia yang belum matang dan ego yang masih sama-sama tinggi di tambah kesalah pahaman, membuat Semeru menjatuhkan talak.
Setelah 7 tahun berpisah, Ara kembali bertemu dengan Semeru dan anaknya. Namun karena kesalah fahaman di masa lalu yang membuat ia diceraikan, Semeru tak mengizinkan Ara mengaku di depan Lala jika ia adalah ibu kandungnya. Namun hal itu tak membuat Ara putus asa, ia terus berusaha untuk dekat dengan Lala, bahkan secara terang-terangan, mengajak Semeru rujuk, meski hal itu terkesan memalukan dan mudahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TOLONG KATAKAN PADA PUTRIKU

Dunia seakan runtuh saat itu juga setelah Ara mengecek ponselnya dan milik Meru. Tubuhnya sampai mengalami tremor, dan dadanya sesak, sulit untuk bernafas. Orang yang paling tidak dia inginkan untuk tahu tentang kehamilannya, adalah sang ayah, namun sepertinya, ayahnya malah menjadi orang pertama yang tahu.

[ Aku sudah dapat obat penggugur kandungan. Besok pagi aku kasih ke kamu ]

Pesan itu ada di ponsel Meru, dikirim ke nomernya, tapi tidak ada pesan tersebut di ponselnya. Dan ia baru sadar, jika ada 1 pesan dari Meru yang dihapus. Ia sangat yakin, ayahnyalah yang telah membaca pesan tersebut, lalu menghapusnya.

Meru panik saat Ara tiba-tiba menangis. Gadis itu menjatuhkan ponsel begitu saja, menutup wajah dengan kedua telapak tangan dan tangisnya pecah. Bel masuk sudah berbunyi, berkali-kali Meru berusaha menyadarkan Ara tentang itu, namun Ara sama sekali tak mempedulikannya, hanya terus menangis.

"Aku tinggal, aku harus masuk kelas," Meru sudah tak bisa disana lagi, ia sudah telat 10 menit, dan kemungkinan guru sudah masuk kelas. "Ra!" kembali memanggil saat membuka pintu. Sebenarnya berat mau ninggalin Ara, tapi gak mungkin ia bolos pelajaran. Ia siswa berprestasi, tak pernah sekali pun punya catatan buruk di sekolah. Jangan sampai di akhir masa sekolah, justru bikin masalah dan Maminya dipanggil guru BK. Berdecak sebal, meninggalkan Ara seorang diri di dalam mobil.

Ara masih tetap berada di dalam mobil meski sadar sekarang jam pelajaran pertama sudah dimulai. Saat ini, ia tak bisa memikirkan apapun kecuali ayahnya.

Nanti ayah belikan seblak, tapi kali ini level satu saja ya. Ayah tak mau apa-apa, hanya mau kamu menjadi orang yang lebih baik

Semua perkataan ayahnya pagi tadi, membuat Ara yakin, laki-laki itu sudah tahu jika ia hamil. Tapi kenapa tidak marah? Itu pertanyaan terbesarnya. Alih-alih marah seperti kebanyakan orang tua lain saat tahu anaknya hamil di luar nikah, ayahnya malah memberinya tabungan.

Nanti malam, kita main truth or dare.

Ajakan itu membuat Ara menarik kesimpulan, jika ayahnya ingin ia jujur nanti malam melalui permainan tersebut.

...----------------...

"Ini Pak uangnya," seorang wanita muda yang turun di depan universitas, menyodorkan uang pada Pak Rahmat setelah turun dari motornya.

"Gak usah, hari ini gratis," sahut laki-laki berjaket hijau tersebut.

"Beneran, Pak?" wanita muda yang merupakan mahasiswi tersebut, tampak girang.

"Iya," Pak Rahmat mengangguk sambil tersenyum. "Belajar yang sungguh-sungguh ya, Dek. Gak semua orang beruntung bisa kuliah. Jangan sia-siakan kesempatan itu."

"InsyaAllah, Pak. Makasih banyak ya Pak, semoga Bapak selalu sehat dan dilancarkan rezekinya."

"Aamiin."

Baru sebentar di dekat universitas, Pak Rahmat kembali mendapatkan penumpang. Dan sekali lagi, ia menggratiskannya.

"Apa Bapak gak rugi jika gratis?" tanya penumpang keduanya. "Motor juga pakai bensin, Pak."

"InsyaAllah, gak akan rugi saat kita berbuat baik." Hari ini, saat hatinya gundah gulana, ucapan terimakasih dan doa dari orang-orang yang dia gratiskan, sedikit mengurangi rasa itu. Bahagia rasanya, saat orang yang tidak ia kenal, mendoakannya dengan ikhlas tanpa diminta.

Setelah sholat ashar, Pak Rahmat ke warung kopi dekat sekolahan yang biasa menjadi tempat kumpulnya dan teman-teman sesama ojol. Disana, mudah dapat orderan, jadi banyak yang mangkal sambil ngopi.

"Udah dapat berapa hari ini, Brother?" Arif, teman sesama ojol yang baru masuk warkop, menepuk bahu Pak Rahmat. Hubungan keduanya memang dekat, meski jarak usia mereka sangat jauh.

"Belum dapat," sahut Pak Rahmat sambil tersenyum. Seharian ini, ia memang menggratiskan semua penumpangnya. Bahkan yang sudah bayar lewat aplikasi, ia kembalikan uangnya.

"Masa sih, satu pun gak nyantol?" Arif mengerutkan kening, agak gak masuk akal jika mulai pagi hingga ashar, gak dapat satupun orderan. Duduk di kursi panjang, sebelah Pak Rahmat.

"Pesen kopi Rif, mie juga sana kalau lapar, aku traktir."

Arif tergelak mendengar Pak Rahmat mau mentraktirnya. "Emang punya uang?" ledeknya sambil mencebikkan bibir. "Udah, aku aja yang bayarin kopi Bapak."

"Simpan saja duit kamu. Ingat, adek kamu banyak. Biar Bapak yang bayarin kali ini."

Arif terkekeh saat diingatkan. Kedekatan yang terjalin diantara mereka, membuat keduanya sering berbagi cerita tentang keluarga. "Baik banget sih Pak jadi orang," ia sampai geleng-geleng. "Awas loh, dimanfaatin orang."

"Arif, Arif," Pak Rahmat menepuk bahu pria itu. "Kalau mau berbuat baik, ya berbuat baik aja, gak usah mikir lainnya. Urusan orang tersebut mau manfaatin atau membalas kita seperti apa, itu urusan dia. Yang penting niat kita baik. Saya yakin, semakin banyak kita berbuat baik, istilahnya menanam kebaikan, InsyaAllah akan banyak juga kebaikan yang kita dapat."

"Level saya belum seperti Bapak. Kalau saya sih ogah, berbuat baik sama orang yang gak baik sama saya."

Pak Rahmat tersenyum, bisa memahami cara berfikir Arif. Pria itu masih muda, egonya pasti masih tinggi.

"Kurangi mengeluh karena masa muda habis untuk kerja, bantu ibu kamu membiayai sekolah adik kamu. InsyaAllah, setiap hal baik yang kamu lakukan, akan dibalas oleh Allah. Kalau tidak di dunia, ya di akhirat."

"Aku aminin aja lah Pak," Arif memanggil penjaga warkop, memesan kopi dan mie instan.

"Rif, kamu tahu anak perempuan saya kan?"

"Ara, yang cantik itu? Tahu dong Pak, kan udah beberapa kali ketemu. Kadang heran deh, Bapaknya jelek, kok anaknya cakep."

Pak Rahmat tergelak mendengar ucapan Arif. "Ibunya cakep Rif. Makanya nanti kamu kalau nikah, cari yang cakep, untuk memperbaiki keturunan."

"Yang cakep mana mau sama ojol kayak saya, Pak."

"Jangan ngomong gitu, jodoh ada di tangan Allah. Rif, saya boleh nitip pesen gak?"

"Pesen apa? Wah, gak bener nih, nraktir karena ada maunya." Arif berdecak sambil geleng-geleng.

Pak Rahmat tersenyum dikatakan seperti itu. "Nanti, kalau kamu ketemu anak saya, Ara, tolong bilangin sama dia, ayahnya minta maaf," matanya mulai berkaca-kaca. "Maaf karena terlalu sibuk kerja hingga tak pernah punya waktu untuknya. Maaf karena membuat dia kekurangan kasih sayang dari sosok ayah."

Pak Rahmat merasa bersalah, merasa hamilnya Ara karena kurang kasih sayang darinya. Ia pernah mendengar, anak perempuan yang kurang kasih sayang ayahnya, akan mencari kasih sayang dari laki-laki lain. Sedikit saja perhatian dari laki-laki, bisa membuat ia terlena, merasa disayang, dan akhirnya menyerahkan segalanya pada laki-laki tersebut. Ara pasti kesepian setelah ibunya meninggal. Abangnya sudah menikah dan punya kehidupan sendiri, sedang ia bekerja setiap hari, pulang malam.

"Kenapa gak ngomong sendiri sama dia?"

"Pengennya, orang lain yang bilang ke dia. Bilang juga, kalau ayahnya sangat menyayanginya," Pak Rahmat menyeka air mata di pelupuk matanya.

"Kamu kenapa sih Pak, hari ini kayak lain gitu?" Arif mengerutkan kening.

"Perasaan kamu aja kali. Ya udah," Pak Rahmat berdiri. "Nih buat bayar kopi sama mie kamu," menyerahkan uang 50 ribu pada Arif. "Saya pergi dulu, mau pulang."

"Tumben sore udah pulang?"

"Mau beliin Ara seblak."

...----------------...

Ara terus berusaha menghubungi ayahnya sambil mondar-mandir di teras. Hari sudah gelap, sudah mau masuk waktu Isyak, tapi ayahnya belum pulang.

1
Arsih qqq
makasihh kakak.. ditunggu karya selanjutnya. semangat 😘🤭🤭🤭
Sri Wahyuni
novel kak yutanti ini sebenarnya gak ada yang gagal cuma update nya aja kadang lama.semangat kakak q selalu suka dengan seluruh karyamu
Gia Gigin
perasaan masih di Bali tahu"udah tiga bln aja 😂congrat Meru and Ara semoga Samawa 😍🥰🥰🥰 terimakasih kak untuk semua karya mu😘👍💪
Gia Gigin
Juno tengil 😂🤣🤣🤣
Gia Gigin
cemungut untuk tiga bln, 😂
Gia Gigin
Dasar gunung takut di tikung dgn gercep nya main melamar aja padahal, masih pengen lihat Ara cuekin si gunung 😏🤦‍♀️
Gia Gigin
Si gunung menang banyak 😂
Gia Gigin
Ternyata Meru masih seperti yg dulu nggak cpt respon
Gia Gigin
Ternyata si gunung di prank 🤣🤣
Gia Gigin
Next
Gia Gigin
Dasar egois
Gia Gigin
Blang aja cemburu 😜
Gia Gigin
Siap "aja menahan emosi ya Ru😜
Gia Gigin
Saingan tuh di depan mata
Gia Gigin
Lanjutkan
Gia Gigin
Benar mom Ara skrng kamu yg memegang kendali 😂buat Meru mengiba untuk mendapatkan maaf mu
Gia Gigin
Nah lho apa jawaban mom Ara🤭
Gia Gigin
Kasihan Lala harus menerima kenyataan klau papa dan mamanya sdh berpisah 🥺
Gia Gigin
klau Meru nggak ganteng mama Ara nggak akan sebucin itu, hingga hadir Lala
Gia Gigin
kembali bucin nggak tuh 😂🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!