NovelToon NovelToon
Larasati & Pak Bupati

Larasati & Pak Bupati

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Perjodohan
Popularitas:18.3M
Nilai: 5
Nama Author: Mak Nyak

Ayu Larasati, seorang dokter spesialis kejiwaan yang lebih senang tidur di rumah sakit daripada harus pulang ke rumahnya. Ada sebab nya dia jarang pulang ke rumah. Apalagi jika bukan drama ibunya yang menginginkannya menikah dan segera memberikannya cucu.
Ibunya memaksa ingin menjodohkan dirinya dengan seorang laki-laki.
Duta Wicaksana, seorang bupati yang amat disegani di kota Magelang. Dia amat pintar mengelola kota nya sehingga kota nya bisa menjadi kota maju. Tapi sayangnya belum memiliki pendamping. Dirinya pasrah ketika akan dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang perempuan.
Mereka dipertemukan dalam ta'aruf. Mungkinkah cinta mereka akan bersemi?
Atau mungkinkah bunga cinta itu akan layu sebelum waktunya?
Mari kita simak perjalanan kisah cinta mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mak Nyak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Takdir Sedang Bekerja (3)

Hari berlalu tanpa terasa sudah petang saja. Laras sudah memberitahu umi bahwa dirinya tidak pulang. Dia harus mengevaluasi keadaan Riana. Ais juga malas pulang. Jadilah dua jomblowati itu menginap di rumah sakit. Mereka sedang makan di ruangan Laras.

"Ras, besok temenin kakak ya ke kondangan temen kakak" pinta Ais kepada Laras.

"Oke, jam?"

"Selepas isya', terus nanti pulangnya langsung ke rumah aku aja. Deket rumah soalnya"

"Hmm" jawab Laras singkat.

"Pak Duta gimana Ras?"

Laras menghentikan makannya.

"Laras baru tahu kalau bang Duta penerima kornea Haris. Aku lagi gak ketemu sama dia sih. Biarin takdir aja yang bekerja. Jika memang jodoh pasti akan bersatu kok"

"Terus kamu istikharoh in gak?"

"Jelas lah kak"

"Lalu?"

"Belum ada jawaban lewat mimpi aku sih. Aku tunggu sampai sabtu jika memang tidak ada jawaban maka aku akan menolak lamarannya"

"Kamu gila Ras, orang mendekati sempurna kamu tolak? Mau cari yang kayak gimana lagi? Gini deh, kakak pengen kamu jujur. Kamu kalau ketemu dia ser-ser an gak? Ada desiran gak?"

"Hhhmmm, ada sih. Kalau aku di dekat dia tuh bawaan seneng gimanaaa gitu. Kadang sebel juga kalau dia godain aku"

Ais semakin bersemangat. "Godainnya gimana Ras?"

"Ya gitu lah pokoknya. Ih kakak malu ah" Laras menutup mukanya dengan tangannya.

"Hahaha, kamu jatuh cinta sama dia tuh Ras. Gak ada alasan buat nolak orang kayak pak Duta" Ais meraih ponselnya yang menerima pesan masuk. Dia membaca pesan itu dan segera meraih jas putihnya.

"Ras ikut kakak yuk, ada pasien suspec appendicitis akut dan butuh pembedahan" ajak Ais.

"Terus aku ngapain disana?"

"Nemenin kakak aja, daripada kamu gak ngapa-ngapain disini"

"Aku mau evaluasi keadaan Riana kak"

"Nanti aja, ayolah" Ais memaksa Laras. Dan akhirnya Laras menemaninya di IGD.

Dengan gontai Laras menemani Ais memeriksa pasien nya. Laras hanya menyimak dan melihat Ais. Karena memang bukan bidangnya Laras hanya diam memperhatikan.

"Masukkan ke ruang operasi. Aku akan bersiap. Dimana keluarga pasien? Aku akan menjelaskan prosedurnya" ucap Ais setelah melakukan pemeriksaan.

"Aduuuuhhh sakitttt" teriak wanita yang didorong di atas brankar itu. Dia memegangi perutnya. Laras menoleh sumber suara. Matanya terbelalak melihat Yuna disana.

"Silahkan mendaftar dulu pak Bupati" ucap perawat yang jaga karena mengetahui Duta adalah seorang bupati.

"Duta tuh Ras, takdir kalian lagi kerja keras buat menyatukan kalian ya kayaknya. Kakak ke ruang operasi dulu"

"Iya" Laras menghampiri Yuna. "Kak, kakak kenapa?" tanya Laras ikut panik.

"Kakak habis jatuh di kamar mandi Ras, aaawww" jawab Yuna menahan sakit.

Seorang dokter internship memeriksa keadaan Yuna. Laras ikut tegang menunggu hasil pemeriksaan.

"Alhamdulillah, bu. Tidak ada perdarahan yang keluar dari jalan lahir ibu. Mungkin ini karena kram perut. Saya hubungi dokter kandungannya dulu ya bu" ucap Dokter itu.

"Terima kasih dokter" ucap Laras.

Duta yang selesai mendaftar menghampiri Yuna. Dia melihat ada Laras disana. Tapi ia sengaja tak menyapa nya.

"Kak, gimana kata dokter?" ucap Duta panik.

"Katanya kram perut. Kamu udah hubungi mas Agus dek?" tanya Yuna.

"Sudah"

Dokter internship itu kembali lagi. "Ibu, kata dokter kandungannya ibu harus di rawat inap disini dulu satu malam. Jika samoai besok tidak ada mulas yang seperti ibu rasakan saat ini, ibu boleh pulang"

"Iya dok, lakukan saja yang terbaik" jawab Duta cepat.

"Diinfus dulu ya bu, ini kami suntikkan juga pereda nyeri nya" ucap perawat yang datang dengan dokter tadi.

Duta dan Laras sama-sama tak bertegur sapa. Hingga Yuna selesai diinfus dan dipindahkan ruang masih saja mereka diam. Laras mengikuti Yuna yang saat ini sedang dipindah ruang. Sesampainya disana adzan isya' berkumandang. Duta pamit untuk sholat terlebih dahulu kepada Yuna.

"Kak, Duta sholat dulu" ucap Duta meninggalkan Laras dan Yuna. Sedikitpun tidak merespon keberadaan Laras. Melirik saja tidak.

Laras hanya bisa diam. Karena dia yang meminta untuk tidak bertemu dan tidak berkomunikasi. Mungkin memang benar, jawaban dari doa Laras bukan di mimpi, tapi lewat takdir yang bekerja.

"Kamu gak sholat Ras?" tanya Yuna yang melihat Laras hanya diam saja.

"Laras lagi halangan kak, kakak udah gak kesakitan lagi?" tanya Laras ganti.

"Alhamdulillah, udah mulai ilang mulesnya Ras. Kamu lagi ada masalah sama Duta? Kok kalian sama-sama tidak bertegur sapa?"

Laras tersenyum miris. "Laras yang minta tidak bertemu dan berkomunikasi seminggu ini kak"

"Kenapa?"

"Laras sedang mengistikharohi niat bang Duta kak, dan sepertinya takdir kami terus bekerja mempertemukan kami. Kemarin lewat mamah. Sekarang lewat kakak"

"Ooohh, kamu masih ragu terhadap perasaan kamu ke Duta?"

Laras mengangguk. Yuna hanya tersenyum dan mereka sama-sama diam.

"Kak, Laras ke kantin sebentar ya, Laras belikan makanan dan minuman dulu untuk kalian"

"Oke, oh ya, pesenkan Duta kopi hitam dengan 1 sendok gula Ras. Dia sangat suka dengan itu"

"Iya kak" Laras segera menuju kantin dan membelikan minuman dan beberapa makanan untuk Duta dan Yuna. Tak berapa lama Laras sudah kembali ke ruangan Yuna.

"Makasih ya Ras, Duta lagi telpon mamah. Mungkin di depan. Kamu kasih aja kopinya. Gak baik saling mendiamkan" ucap Yuna sambil tersenyum

Laras mengangguk dan mencari keberadaan Duta. Duta sedang duduk di kursi taman yang ada di depan kamar Yuna. Laras menghampirinya dan menyodorkan kopi untuk Duta.

"Assalamualaikum, bang" sapa Laras sambil menyodorkan kopi.

"Waalaikum salam, Ay" jawab Duta menerima kopi itu. Laras duduk di sebelah Duta.

"Kenapa gak nyapa Laras duluan bang?"

Duta tersenyum. "Bukannya kamu yang minta tidak komunikasi dan bertemu?"

Laras diam. Seakan disindir oleh perkataannya sendiri.

"Sruuuupp, ah nikmatnya" ucap Duta. "Kamu kenapa jam segini masih ada disini?" tanya Duta penasaran.

"Laras harus melakukan evaluasi terhadap pasien"

"Besok-besok lagi tetap sempatkan pulang. Aku tahu cerita kamu dari mamah yang jarang pulang ke rumah. Bukan apa-apa, kamu itu anak umi satu-satunya. Kalau di rumah hanya umi dan abi apa gak terasa sepi tanpa pertikaian kecil kalian?"

"Iya" jawabnya singkat.

"Kembalilah jika memang merasa tidak nyaman disini bersama abang"

"Siapa yang bilang aku gak nyaman? Aku nyaa man kok"

Duta tersenyum. Laras sedang mencuri pandang kepada Duta. Dia melihat senyuman Duta yang menurutnya begitu manis. Entah apa yang ada dipikiran Laras, telunjuk tangan kirinya begitu saja menusuk-nusuk pipi Duta.

Laras melotot dan segera menarik telunjuk miliknya. "Astaghfirullah" ucap Laras.

"Kenapa senyum abang menggoda kamu?"

"Biasa ajah"

"Masaaaaa"

"Ih abang ihhh"

"Mau abang antar kembali ke poli? Sudah malam. Beristirahatlah. Atau kamu mau menemani kak Yuna disini bersama abang?"

"Kamu nya kali bang yang minta ditemenin Laras"

"Memang iya" jawab Duta. Laras sangat tak menduga akan jawaban Duta. Dia hanya memancing dan kena juga umpannya. Sekarang malah Laras yang tak bisa berkutik.

"Abang tuh ya, paling bisa kalau suruh godain Laras"

"Kok abang? Kan tadi kamu yang godain abang"

"Ih godain dari mananya. Orang Laras cuma tanya kok"

Duta hanya tersenyum dan geleng kepala mendengar alasan Laras.

.

.

.

Like

Komen

Vote

Tip

1
Erna M Jen
suka ceritanya
Erna M Jen
semoga jodoh dokter laras sama pak bupati
Erna M Jen
mampir juga
Julia Juliawati
mampir
budak jambi
enak y ngomong nybrama tu.coba dia yg di posisi mm aini apa rela jg dia kl duta yg meninhgal .dasr dak punya otak rama...coba dia alami kecelakaan dan yg meninggal ank ny gama apa bisa shila terima itu kecelakaan
budak jambi
otak dak di pakai kyk gitu la si arjun egois
Len's Sky
seruu..
Acha Askhatalah
Kecewa
Acha Askhatalah
Lumayan
Gina Savitri
Ngakak sih pas adegan ini 😂😂😂
Gina Savitri
Rena malu klo diledek laras punya hubungan sama mantan musuh
😂😂😂
Gina Savitri
Klo di jawa yg keluar terakhir sulung ya, jadi yg cowok sulung..
Gina Savitri
Sulungnya cewek malah cowok bontot
Gina Savitri
Emang kadang orang tua jadi penghancur rumah tangga anak sendiri gara2 omongan 🙄
Gina Savitri
Mau nyogok cuma 30rb 😂😂😂 buat makan 1 keluarga sehari aja kagak cukup apalagi buat beli suara selama 5tahun..wkwkwk
Gina Savitri
cie..cie..mas ari jodohnya dateng sendiri ke rumahnya tanpa harus di cari 😁
Gina Savitri
Mana ada sibuk sampai lupa sama acara 4 bulanan 🙃
Gina Savitri
Nina menghindar karna punya rasa sama dirga kayanya, bnr kata nina gak ada pertemanan antara perempuan dan laki2 pasti salah satunya ada yg suka lebih dulu atau sama2 suka 😁
Gina Savitri
Kirain arjun mantan nya dini 😂 ternyata ada 2 orang berbeda yg ngasih teror
Gina Savitri
Jangan2 arjun mantan pacarnya dini, masa bisa kenal dan tau klo abang duta dulu pacar dini..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!