Pendekar Sinting adalah seorang pemuda berwajah tampan, bertubuh tegap dan kekar. Sipat nya baik terhadap sesama dan suka menolong orang yang kesusahan. Tingkah nya yang konyol dan gemar bergaul dengan siapapun itulah yang membuat dia sering berteman dengan bekas musuh atau lawan nya. Perjalanan nya mencari pembunuh keluarga nya itulah yang membuat sang pendekar berpetualang di rimba persilatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RONGGO WARSITO
RUMAH Cukup besar dan tak terlalu lebar itu di kepung oleh lima orang anak buah nya Urat Cambuk Iblis. Pintu digedor-gedor dengan keras dan tak lama pintu rumah itu dibuka oleh seorang perempuan muda berumur dua puluh dua tahun.
"Mohon maaf, Apa ada yang bisa saya bantu...?" Wajah cantik dan mungil menggemaskan itu membuat kelima anak buah Urat Cambuk Iblis terkesima dan matanya jelalatan.
"Siapa namamu cah ayu?" Tanya Orson.
"Cantik sekali wajah mu duhai gadis..." Ucap Legowo memuji seraya memegang dagu anak gadis itu, Namun segera di tepis oleh anak itu.
"Lancang sekali kau menepis tanganku hih!" Kecam Legowo marah namun segera di tegur Loyada.
"Hei babi! Kita disuruh mencari Ronggo Warsito!! bodoh!" Legowo pun mendengus kesal karena ia tak berani membalas makian itu sebab Loyada dan Garong adalah dua orang paling sakti diantara mereka bertujuh.
Tiba-tiba ada seorang lelaki setengah tua diperkirakan berumur enam puluh lima tahun menghampiri putri nya yang sejak tadi sedang di goda ketiga anak buah Urat Cambuk Iblis.
"Siapa yang bertamu sore-sore begini, Laras?" Laras adalah anak kedua dan anak pertama nya bernama Sinta sedang membantu ibu nya memasak didapur.
"Tidak tahu ayah, Mereka seperti nya sedang mencari Ayah." Tukas gadis muda itu sambil angkat bahu.
Kelima anak buah Urat Cambuk Iblis pun mulai memasang wajah napsu membunuh, Mereka hampir saja menebas lelaki setengah tua itu ketika melihatnya keluar rumah. Namun segera dibentak oleh ketua mereka yang saat itu sudah pergi meninggalkan Ki Rajang. Bersama empat anak buah lainnya, Urat Cambuk Iblis memperlakukan Ki Rajam seperti binatang melata. Ia di siksa dan di pukuli karena sudah berbohong kepada ketua mereka. Ki Rajam sekarat, Namun satupun tak ada warga sekitar yang berani menolong. Mereka takut terkena imbas dari kemarahan Urat Cambuk Iblis dan begundal nya.
"Hei pak tua! Apa benar nama mu Ronggo Warsito..??" Tanya Urat Cambuk Iblis.
"Yah memang itu nama ku, Apa ada sesuatu yang penting bagi kalian datang bertamu ke rumah ku...?"
"Tidak salah lagi! Apa kau masih ingat dengan seorang lelaki bernama Gandaputro..?" Ronggo Warsito terdiam sedang mengingat nama itu, Lalu sepintas ia teringat akan kejadian dulu sewaktu ia masih menjadi wakil adipati.
"Oh manusia keji nan menjijikan itu yang dihukum gantung karena telah berani memperkosa istri nya Adipati Panembahan?. Memang sepantasnya hukuman itu bagi Gandaputro karena ia manusia yang tak tahu terimakasih, Sudah diberi jabatan enak malah ia pergunakan untuk berbuat zina dengan semena-mena! Bahkan berani memperkosa istri Adipati yang telah mengangkat nya menjadi pemimpin prajurit kadipaten!"
"Maka sebab itu aku datang kemari untuk membalaskan kematian kakak ku!! Ronggo!!" Urat Cambuk Iblis marah dan melayangkan tinju ke arah wajah Ronggo. Namun Ronggo Warsito bukan orang kosong ilmu, Ia menangkis nya namun tetap saja ia kalah tenaga. Hingga tubuh setengah tua itu terlempar ke dalam rumah nya dan membentur tembok yang keras.
"Habisi semua keturunan orang tua bangsat itu!! jangan sisakan keturunan nya biar tidak jadi penyakit dikemudian hari!" Perintah sang ketua segera di laksanakan oleh ke sembilan anak buah nya.
Rumah itu di geladah dan dua anak perawan Ronggo Warsito diperkosa oleh mereka, Bahkan istri Ronggo Warsito yang sedang sakit pun digasak oleh mereka tanpa peduli jeritan kesakitan dari mereka. Ronggo hanya bisa bertahan, Melawan sebisanya karena wajah nya sudah babak belur. Suara jerit tangis menyakitkan terdengar oleh para warga dan tak ada satupun dari mereka yang berani menolong.
Setelah puas memperkosa, Istri dan kedua anak Ronggo Warsito dibunuh. Rumah itu dibakar dengan pukulan tenaga dalam inti api oleh Urat Cambuk Iblis. Disitulah suara ledakan dan suara jeritan penuh kesakitan terdengar oleh Rangga dan Paman Gadung. Rangga sudah lebih dulu berlari dan tiba di belakang rumah nya, Ia hanya diam tertegun karena rumah nya sudah sepenuh nya di lalap api. Suara jeritan tangis masih terdengar oleh Rangga dan membuat anak itu menjerit menangis."
"Ayaah! Ibuuu! Kakaaak! Hikzhikz!" Rangga segera berlari ke arah pintu depan melewati pinggir rumah nya. Disitulah ia melihat ayah nya sedang di aniaya oleh kelima anak buah Urat Cambuk Iblis dan sisanya menonton sambil tertawa terbahak-bahak.
"Ayaaah!?" Ucap Rangga menyentak kaget dan segera berlari menghampiri ayah nya. Suara teriakan itu didengar oleh Ronggo,
"Rangga cepat lariii....! Auhhhh!" Wajah Ronggo ditendang oleh Logaya hingga terpental. Urat Cambuk Iblis menatap ke arah Rangga dengan nanar,
"Tangkap anak itu dan bawa kepada ku!" Ketiga anak buah Urat Cambuk Iblis mengejar Rangga dan Rangga pun berlari sekencang-kencangnya sambil menangis. Tiga orang itu mengejar Rangga dengan kuda, Lari nya semakin cepat dan Rangga hampir tertangkap. Namun anak itu tak kalah cerdas, Ia berlari ke arah lorong-lorong sempit gang rumah-rumah yang berdekatan. Ia bingung harus lari kemana lagi sedangkan ia tak punya tujuan hidup lagi setelah keluarga nya dibantai.
"Sialan anak itu pergi lewat jalan sempit!" Seru Tayub.
"Cepat cari jalan memutar!" Ucap Lodaya dan Lalu ketiga nya memutar ke arah barat. Jika Rangga tak berbelok ke arah timur, Mungkin ia akan tertangkap oleh ketiga orang itu. Disaat itu pula Paman Gadung bergegas meraih tubuh Rangga yang berlari hampir menabrak nya.
"Aaaaa....! Ampuuuun...!" Teriak Rangga dikira ia tertangkap oleh ketiga orang tadi.
"Hust! Jangan berisik! Ini Paman, Rangga!" Rangga lalu membuka mata dan rasa takut nya kini memudar. Paman Gadung yang sudah tahu apa yang sedang terjadi dan menimpa tuan nya itu hanya bisa terdiam dalam mulut terkatup rapat. Ia terus memacu kuda menuju tempat bukit tempat dimana mereka sebelumnya berlatih berkuda.
"Kita akan pergi kemana Paman?"
"Tak tahu tujuan kita kemana, Yang jelas kita selamatkan nyawa kita dulu Rangga!" Hanya itu ucapan Paman Gadung dan Rangga pun ikut terdiam dalam keheningan. Suara derap kaki kuda terdengar oleh ketiga orang yang mengejar Rangga, Salah satu orang bernama Tayub melihat kelebatan kuda.
"Itu mereka..!!" Teriak Tayub kepada dua teman nya, Kemudian mereka bertiga bergegas mengejar kuda itu. Paman Gadung mendengar suara derap kaki kuda lebih dari satu. Lalu ia menolehkan wajahnya ke belakang,
"Astaga! Mereka ada dibelakang!" Rangga pun kaget mendengar perkataan Paman Gadung. Rangga hendak meloncat namun segera dicegah oleh Paman Gadung.
"Hei mau kemana kau Rangga!?"
"Aku akan melawan mereka untuk membalaskan kematian keluarga ku, Paman!"
"Jangan bodoh Rangga! Kau masih kecil! Sayangi nyawa mu, Dendam atas kematian keluarga mu bisa kamu balas nanti jika kamu sudah dewasa dan mempunyai ilmu yang cukup!"
Ucapan Paman Gadung ada benarnya juga dan membuat Rangga undurkan niatnya untuk melompat.