Ratu Yang Digulingkan

Primora sedang memalingkan wajahnya. Matanya pasti sembab karena dia habis menangis sesenggukan tadi. Dia bingung, bagaimana cara menyembunyikan wajahnya di depan tamu nya ini.

"Yang Mulia Ratu..." Pangeran Daniel sama kagetnya. Dia bahkan sedikit tergagap karena terkejut.

Bagaimana kalau dia ketahuan menguping nanti.

"Saya baru datang dan berniat mengetuk hendak menyerahkan surat ini."

Daniel langsung menyodorkan surat itu kepada Primora.

Primora juga langsung mengambil surat itu. Ketika surat itu sudah sampai di tangannya, Primora hendak membuat alasan matanya merah dan sembab, tapi pangeran Daniel malah langsung berpamitan.

"Kalau begitu saya permisi dulu Yang Mulia, karena mau ada perlu."

"Ya?"

Rupanya, tanpa dia membuka mulut dan membuat alasan, pangeran Daniel langsung pergi.

Fiuh... Primora memegang dadanya.

Apa benar dia baru datang? Sesungguhnya Primora meragukan pendengaran nya.

Boodo amatlah Primora pergi dari ruang kerjanya menuju istananya.

Primora mencuci mukanya, rasanya perasaannya lega. Sesuatu yang sudah dia tahan selama ini rupanya bisa tumpah begitu saja. Meskipun tumpahannya meluap, tapi dia lega. Sekarang, dia bingung bagaimana harus berhadapan dengan Ayahnya.

Primora yang wajahnya masih basah karena habis cuci muka itu pun duduk termenung. Kemana dia seharusnya pulang? Kalaupun dimana pun dia berada seperti tidak pernah diterima.

Air dari wajahnya menetes membasahi gaunnya. Acara besar yang dia kerjakan sudah selesai. Bahkan laporan kegiatannya pun telah selesai dia garap.

Dia ingin beristirahat sejenak rasanya. Menjauhkan diri dari tempat yang berisik ini. Hatinya ingin ketenangan.

***

Falcen pulang dengan hati yang hancur. Komunikasi mereka tidak berjalan baik. Dia ingin meminta maaf dan ingin mendukung anaknya. Bahkan kalau anaknya tidak bahagia di istana itu, dia tidak masalah kalau anaknya ingin berpisah, dia bisa kembali ke rumah. Rumah ini, dia bangun untuk anak istrinya, tapi istri pertamanya telah meninggal, dan anaknya kini menjauhinya. Falcen dulu menikah dengan Rita karena tergerak dengan kebaikan hatinya. Rupanya itu hanya sandiwara. Jadi sejauh mana dia sudah tertipu? Sampai belasan tahun mereka bersama. Bohong kalau Falcen bilang tidak ada rasa cinta. Setelah belasan tahun bersama, tentu saja Falcen mencintai Rita. Dia juga menganggap anak yang dibawa Rita sebagai anaknya sendiri. Tidak pernah membeda-bedakan satu sama lain. Tapi rupanya, kebaikan Falcen itu juga sudah silah gunakan.

"Aku memberinya gelar, kekayaan dan limpahan kasih sayang. Tapi dia membalasku dengan begitu kejam."

Falcen ingin menertawakan kebodohannya sendiri.

Setelah dari istana dia tidak langsung pulang. Dia pergi menemui pengacaranya sendiri awalnya. Tapi kemudian dia urungkan. Pengacaranya, Viscount Mega adalah teman baik Rita. Falcen tidak mau segala sesuatu itu berhubungan dengan Rita lagi. Jadi dia diam-diam mencari pengacara baru untuk menuliskan wasiatnya kalau terjadi sesuatu kepadanya.

Wawa, anak tirinya sudah membeberkan rencana mereka untuk menguasai hartanya. Maka Falcen hanya perlu membuat semua harta warisannya itu tidak akan jatuh sepeserpun kepada istri dan anak tirinya. Cukup dia dibuat bodohhh selama ini. Dia tidak mau melanjutkan hidupnya penuh dengan penyesalan yang ada.

***

"Sayang sudah pulang..." Seperti biasa, Rota selalu menyambut suaminya dengan kehangatan.

Falcen hanya tersenyum dan mengangguk.

"Tumben lama, darimana saja?"

"Hanya jalan-jalan."

"Oh..." Rita sebenarnya penasaran, kemana saja suaminya pergi. Sudah hampir sebulan dia dirumah. Biasanya dia hanya akan dirumah beberapa hari dan berangkat lagi untuk bekerja. Bisnisnya adalah kapal mengangkut barang import dan eksport. Selain itu juga bidang ritel dan properti. Makanya, keluarga Falcen Wiston sangat kaya raya.

"Aku pikir habis menemui Ratu. Kamu tahu kan, rumor yang beredar."

"Itu bukan rumor, tapi fakta."

"Benarkah?"

Rita, diam-diam menertawakan anak tirinya. Hidupnya sengsara sejak dulu. Bahkan sekarang suaminya pun berpaling darinya. Membawa selir dan terus membuat gebrakan baru. Memberikan keluarga angkat yang pangkatnya setara dengan Ayahnya, bukankah itu sudah sangat keterlaluan. Meskipun secara kekayaan, keluarga Broker jauh dibawah keluarga Falcen Wiston, tapi itu juga tidak bisa dianggap remeh.

Falcen ditanya Rita tapi diam saja. Rita pikir bahwa suaminya memang sudah tidak perduli lagi dengan putri semata wayangnya.

Karena itu Rita, pura-pura bersedih dan bersimpati. "Kasian sekali Putri kita, kenapa dia harus menderita seperti itu. Dia pasti kesepian sendirian.

'Kesepian sendirian.' Kata-kata Rita mengingatkan Falcen lagi.

"Benar..." Jawab Falcen dengan nada sedih.

Kata-katanya itu hanya pemanis saja kan. Sebab seumur Primora berada di istana, Rita tidak pernah datang ke istana untuk sekedar berkunjung. Dia pandai sekali dak berakting.

Falcen rupanya selama ini sudah tertipu oleh aktris berbakat. Mau menyesal pun sudah terlanjur terjadi sampai belasan tahun.

Falcen meninggalkan istrinya begitu saja.

"Dia aneh sekali hari ini."

Wajah Falcen kuyu dan layu. Tidak seperti dirinya yang selalu penuh wibawa.

Falcen tidak pergi ke kamarnya. Dia pergi ke ruang kerjanya. Dia tidak mau melihat istrinya. Mendengar suaranya saja mengingatkan suara anaknya yang menangis. Bertahun-tahun yang lalu. Ketika anaknya berbicara akan sesuatu, dia tidak pernah mempercayainya. Dia mengkhianati dan menghancurkan nya. Dia menjadi pendiam dan tidak seriang dulu. Kalau dipikir-pikir, senyuman paling indah Primora yang pernah dilihat Falcen adalah ketika Primora menikah di altar dengan Robert. Tapi senyumannya itu pun pasti sirna.

Kepala Falcen berdenyut-denyut, rasa sakit itu datang sudah beberapa bulan ini. Tapi dia mengabaikannya. Kalau dia memanggil pelayan, Rita akan tahu kondisinya. Dia benci diperhatikan oleh Rita. Semua pelayan dirumah ini juga sudah diganti. Satu persatu, semua orang di rumah ini adalah orang-orang Rita.

Huh.... Falcen baru menyadarinya.

Bahkan kepala pelayan, Sebastian, yang dulu melayaninya sejak lama juga dipecat oleh Rita. Karena dia sering pergi, dia menyerahkan seluruh urusan mansion kepada Rita. "Ayah, Sebastian tidak salah.... Dia hanya..."

"Cukup Primora!" Falcen membentaknya, dia tidak mendengarkannya sampai selesai. Kepala pelayan yang satu-satunya bisa melindungi anaknya pun dia singkirkan.

Falcen benar-benar mempercayai Rita sepenuhnya. Termakan oleh bisa mulutnya yang berbahaya.

Sekarang, dia sendiri terasing dirumahnya.